Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salahkah Yahudi-Islam Itu Bersaudara?

13 Januari 2022   18:09 Diperbarui: 13 Januari 2022   18:19 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama masih ada penjajahan, Indonesia tidak boleh membuka hubungan diplomatik. Di sisi lain, ia mengakui bahwa tanah Kana'an diberikan untuk umat Yahudi berdasarkan kitab Taurat. Sebaliknya, jaman sudah modern, kita tidak bisa hanya membawa Taurat untuk dijadikan dasar hukum. Fakta di situ ada warga Palestina dan Israel.

Toleransi di Indonesia itu paling terbaik di dunia, kata David, yang menikahi perempuan muslimah asal Jawa. Kami pun sampai hari ini masih guyub rukun.

Secara internasional, orang Yahudi adalah kelompok etnoreligius yang telah memperkaya peradaban manusia selama ribuan tahun, mulai dari pertanian hingga psikiatri, kewirausahaan teknologi, hingga seni rupa. 

Orang Yahudi telah tinggal di Indonesia sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Saat ini, diperkirakan 200 orang Yahudi, sebagian besar keturunan Yahudi Timur Tengah dan Belanda, aktif mengamalkan Yudaisme di Indonesia saat ini.

Kelemahan diplomatik utama Jakarta adalah bahwa ia terus-menerus menawarkan dua aspirasi yang saling bertentangan kepada dunia: yang pertama adalah aspirasi untuk kepemimpinan global menuju pembangunan jembatan damai dan solusi dua negara. Yang kedua adalah penolakan untuk secara resmi mengakui orang Israel dan Yahudi Indonesia, yang tidak mendekati penyelesaian kedua masalah tersebut.

Namun, di panggung global, apalagi di dalam Dewan Keamanan PBB, dua aspirasi yang saling bertentangan ini terlihat konyol. Solusi dua negara tidak dapat dinegosiasikan hanya dengan salah satu pihak, karena demarkasi batas yang diperlukan, pertukaran lahan, dan evaluasi kepatuhan terhadap perjanjian harus didiskusikan.

Kedua, sebagian besar orang Israel dan semua orang Yahudi Indonesia tidak bertanggung jawab atas nasib orang Palestina. Lebih jauh lagi, Israel bukanlah sebuah monolit: Adalah keliru bagi sebagian orang Indonesia untuk percaya bahwa orang yang serupa secara politis atau ideologis sama, hanya karena mereka berbagi satu properti (seperti budaya atau agama).

Keyakinan seperti itu juga sangat anti-Semit. Sebaliknya, kunci pembangunan jembatan yang efektif adalah agar orang Indonesia memandang baik Palestina maupun Israel sebagai "saudara" mereka, dan kemudian dengan tulus bercita-cita untuk melihat kedua belah pihak berhasil.

Jakarta harus memimpin dalam hubungan Yahudi-Muslim dalam beberapa cara yang berani dan positif. Pertama, di tingkat domestik, Indonesia harus memberi contoh dengan terlebih dahulu mengakui Yudaisme dan semua agama sebagai agama resmi, dan tidak lagi mewajibkan agama apa pun untuk dicantumkan di KTP.

Hari Raya Suci Yahudi, khususnya Rosh Hashanah dan Yom Kippur, Seorang presiden Indonesia berikutnya harus menyampaikan keinginan baik kepada semua orang Yahudi, dan mengumpulkan para pemimpin Muslim dan Yahudi di sekitar area yang menjadi perhatian bersama. Seperti Uni Emirat Arab, Indonesia juga harus mengangkat menteri toleransi, meningkatkan literasi agama siswa melalui pendidikan lintas agama, dan secara resmi mengakui semua agama minoritas, termasuk Yahudi. Ini akan menjadi pembangunan jembatan dan kepemimpinan sejati.

Sebuah resolusi yang mengutuk kebangkitan global anti-Semitisme dan Islamofobia. Indonesia juga harus secara resmi mengakui Israel dan Palestina, membuka hubungan diplomatik dengan keduanya, dan terlibat dalam negosiasi perdamaian multipihak untuk solusi dua negara. Rekomendasi-rekomendasi ini tidak terlalu berkaitan dengan "orang-orang Yahudi", dan lebih berkaitan dengan reputasi jangka panjang Indonesia: untuk melindungi kredibilitas Indonesia sebagai "pembangun jembatan" global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun