Skenario 3, neraca gas bumi Indonesia juga akan mengalami defisit sejak 2025-2027. Pada 2025, defisit neraca gas sebesar 1.072 mmscfd dan akan meningkat menjadi 1.572,43 mmscfd pada 2026, tapi turun menjadi 1.374,95 mmscfd pada 2027. Dalam skenario 2 dan 3 belum memperhitungkan produksi gas dari Blok Masela dan East Natuna. Karena kedua blok tersebut baru diperkirakan baru berproduksi pada 2027.
Adapun, sumber pasokan LNG di Indonesia berasal dari lapangan-lapangan wilayah kerja blok-blok migas dalam negeri, yakni:Â
- Region I: wilayah Aceh dan Sumatra Bagian Utara,
- Region II: wilayah Sumatra Bagian Tengah, Sumbagsel, Kepulauan Riau, Natuna dan Jawa Bagian Barat
- Region III: Jawa Bagian Tengah
- Region IV: Jawa Bagian Timur
- Region V: Kalimantan dan Bali
- Region VI: Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua
Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, per tahun 2017 Indonesia diperkirakan memiliki potensi cadangan gas alam atau gas bumi sebesar 142.7 TSCF, dengan 100.36 TSFC cadangan gas alam yang telah terbukti dan cadangan potensial gas alam sebesar 42.36 TSCF. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga telah mencatat beberapa proyek besar gas alam yang telah didirikan di Indonesia antara lain Blok A Aceh yang memiliki cadangan gas alam sebesar 0.56 TSCF, East Natuna yang memiliki cadangan gas alam sebesar 46.00 TSCF, Jambaran Tiung Biru (JTB) yang memiliki cadangan gas alam sebesar 1.20 TSCF, IDD dengan cadangan gas alamnya sebesar 2.32 TSCF, Merakes dengan cadangan gas alam sebesar 0.81 TSCF, Tangguh Train 3 dengan jumlah cadangan gas alam sebesar  5.7 TSCF, Asap-Kido-Merah dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 1.49 TSCF, dan yang terakhir Abadi dengan jumlah cadangan gas alam sebesar 10.73 TSCF.
Dari paparan diatas, cukup jelas bahwa kekayaan sumber gas alam dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat yang lebih baik dan murah. Salah satu langkah strategi pemerintah untuk menggantikanpenggunaan minyak bumi adalah meningkatkan penggunaan bahanbakar gas bumi untuk sektor rumahtangga dan pelanggan kecil. Programini disebut jaringan gas untukrumah tangga atau gas kota. Jaringan gas untuk rumah tanggaberarti mengalirkan gas melaluijaringan pipa hingga ke rum tangga.
Hanya saja, kendala dan hambatan untuk melakukan eksploitasi lapangan gas bumi dapat disebabkan tidak adanya jaringan atau infrastruktur gas bumi terdekat, misalkan jaringan transmisi gas bumi, jaringan distribusi gas bumi, ataupun LNG Liquefaction. Jauhnya pasar gas bumi terhadap sumber gas bumi, misalkan pabrik pupuk, pabrik pembuatan besi/baja, pabrik manufaktur, pabrik petrokimia dan lain sebagainya. Tidak adanya jaringan transmisi listrik yang dekat dengan sumber gas bumi tersebut sehingga tidak
memungkinkan untuk membangun pembangkit listrik berbahan bakar gas. Subsidi bahan bakar minyak yang dapat disubtitusikan dengan gas bumi sehingga harga gas bumi kurang kompetitif. Ketakutan pihak investor untuk berinvestasi akibat kurang jelasnya landasan hukum di negara ini.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kelemahan gas bumi ada pada sisi biaya pengembangan jaringan distirbusinya yang sangat mahal per kepala keluarga atau per titik. Hal ini disebabkan volume konsumsi bahan bakar gas bumi rumah tangga rata-rata per harinya
dalam setahun sangat kecil atau rendah.Â
Kendala atau hambatan tersebut hampir tidakditemui pada negara-negara dengan empat musim. Gas bumi akan mengalami peak demand/supply pada saat musim dingin tiba karena digunakan untuk memanaskan suhu ruangan sepanjang hari sehingga secara rata-rata dalam satu tahun akan lebih tinggi konsumsi gasnya dibandingkan negara-negara yang menganut dua musim seperti
Indonesia.
Alhasil, pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga masih belumlah maksimal.