Hal ini akan memberikan dampak saat kenaikan harga elpiji nonsubsidi ditetapkan. Maraknya praktik pengoplosan elpiji bersubsidi dengan yang nonsubsidi. Pada masa harga normal saja, praktik tersebut seringkali ditemukan di pemberitaan. Selisih harga yang lebar antara elpiji bersubsidi dan yang nonsubsidi menggoda pihak tak bertanggung jawab untuk mengoplos gas dan menjualnya dengan harga nonsubsidi.
Bukan hanya itu, kenaikan harga liquefied petroleum gas (LPG) nonsubsidi dinilai akan mendorong terjadinya migrasi pola konsumsi masyarakat menjadi lebih memilih gas LPG 3 kilogram bersubsidi, karena memiliki harga yang lebih murah. Belum lagi, momen kenaikan elpiji nonsubsidi berbarengan dengan harga telur, minyak goreng dan cabai yang meroket. Sekalipun, di badan tabung elpiji pun tercantum tulisan "Hanya untuk Masyarakat Miskin" dan kebijakan kenaikan harga elpiji nonsubsidi diklaim tidak mengganggu masyarakat miskin sebagai pengguna elpiji 3 kg atau yang dikenal istilah gas melon, oleh sebab disubsidi negara.
Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira menyebut penyesuaian harga LPG pada akhir tahun ini akan berdampak pada inflasi 2022. Pasalnya, LPG memiliki kontribusi besar terhadap biaya industri makanan dan minuman serta rumah tangga. "Ada kecenderungan rumah tangga kemudian mengurangi pengeluaran sekundernya, sebagai dampak dari kenaikan harga energi dan kenaikan harga kebutuhan pokok,” ujar Bhima, Selasa (28/12).
Meningkatnya inflasi menjadi perhatian pemberitaan dan publik. Masyarakat telah melihat lonjakan harga untuk barang sehari-hari seperti makanan dan gas selama beberapa bulan terakhir — perubahan yang memaksa mereka untuk mengevaluasi kembali anggaran mereka dan menjadi ekstra hati-hati dalam pengeluaran mereka.
Inflasi memukul semua orang dan rumah tangga berpenghasilan rendah semakin merasakan tekanan, terutama karena kenaikan upah bagi banyak pekerja gagal mengimbangi inflasi. Harga yang lebih tinggi untuk barang-barang konsumsi lebih sedikit pengeluaran untuk keluarga dengan pendapatan lebih rendah, tetapi itu juga berarti banyak keluarga harus mengubah anggaran mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Kenaikan harga elpiji nonsubsidi ini diyakini supaya kalangan mampu tidak menikmati harga elpiji dibawah harga keekonomian. Ironisnya, Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat menyebutkan bahwa penyaluran subsidi liquefied petroleum gas (LPG) banyak ditemukan yang tidak tepat sasaran. Subsidi yang seharusnya diperuntukan untuk golongan yang kurang mampu justru malah digunakan oleh golongan mampu. Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah mengatakan banyak temuan tentang ketidaktepatan penyaluran subsidi: 76 persen penerima subsidi LPG 3 kg salah sasaran.
Masyarakat kurang mampu merubah anggaran rumah tangga dan melupakan kegiatan rekreasi. Mereka umum mengatakan: Apa-apa sekarang serba mahal. Apa-apa naik. Situasi mendorong orang untuk mengubah anggaran rumah tangga, kadang-kadang dengan meninggalkan kegiatan rekreasi dan dalam kasus lain dengan mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Banyak yang mencoba menghemat dengan menghabiskan lebih sedikit waktu di jalan, proposisi yang sulit saat musim liburan, dan dengan itu godaan untuk menebus perayaan tahun baru hilang tahun ini.
Anda tidak akan pernah pergi ke pusat perbelanjaan, atau keluar untuk makan malam. Anda tidak bisa bepergian untuk bersenang-senang. Saat ini, waktunya sudah tidak ada lagi untuk liburan. Alih-alih mencari kesepakatan yang lebih murah, rumah tangga didorong untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran mereka. Cukup jelas ada rasa tidak nyaman yang berkembang tentang kenaikan harga elpiji nonsubsidi diantara masyarakat. Jika Anda memerlukan bantuan, klik cara untuk menghemat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H