Pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menguatkan bahwa tumpukan gulungan kulit kabel itu sudah lama. "Kita sedang membentuk tim dari Ditkrimsus PMJ bersama dengan Sudin Tata Air dan PLN untuk melihat apakah ini barang lama atau barang baru. Info sementara, itu barang lama," ujarnya seusai peresmian gedung parkir di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/3).Â
Sekadar mengingat, lima tahun lalu, bulan Desember 2012, saat itu Joko Widodo, menjabat Gubernur DKI pernah masuk kedalam gorong-gorong di di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, untuk mengecek penyebab banjir. Sayangnya, isu gorong-gorong, saat itu, Pemprov DKI Jakarta lebih memilih mengoptimalkan pompa serta mengawasi tanggul untuk menanggulangi banjir di Bundaran HI.
Lain halnya, masa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Ahok melibatkan Pasukan dari TNI Angkatan Laut (AL) untuk menelusuri gorong-gorong di kawasan Ring I. "Ngapain gue masuk gorong-gorong? Sudah banyak yang masuk sana juga, buat apa gue masuk sana?" kata Ahok.
Jadi, di berbagai media massa yang beredar, awak berita hanya diperlihatkan foto-foto dari ponsel milik Basuki Tjahaja Purnama. Sementara, temuan tumpukan gulungan kulit kabel berada di lokasi yang dekat dengan akses informasi untuk kegiatan peliputan media massa, di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Masuk akal, jika kemudian, ada yang bersikap ragu-ragu atau skeptis sebab foto-foto tersebut diproduksi oleh akun pendukung Ahok, baik melalui facebook dan twitter dari akun Teman Ahok. Apakah foto-foto dari ponsel milik Basuki Tjahaja Purnama, adalah foto-foto lama? Tentunya, awak media perlu melakukan verifikasi langsung.Â
Akhirnya, beredar berita di media massa, beberapa petugas PPSU (Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum) mengangkat kulit kabel yang jumlahnya bertruk-truk. Bahkan, ada sebagian media melaporkan ada 12 truk kulit kabel dikeluarkan dari gorong-gorong air di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Namun, terkait isu sabotase banjir Jakarta yang melibatkan kulit kabel yang jumlahnya bertruk-truk itu, berlebihan. Mengapa? Seperti telah diungkap diatas bahwa berita temuan kulit kabel di gorong-gorong bukanlah hal baru. Lalu, bagaimana hal ini seolah terulang dengan bahan materi yang sama? Apakah temuan kulit kabel yang jumlahnya bertruk-truk itu, membuktikan kinerja pembersihan gorong-gorong selama ini, tidak serius?
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun menegur Dinas Komunikasi dan Informasi Pemprov DKI Jakarta sebab kepala dinas belum memberi rekaman CCTV soal temuan kulit kabel berjumlah besar yang menyumbat aliran air di gorong-gorong dan got di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Â Artinya, Pemprov DKI melalui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai kinerja jajaran lingkungan Pemprov DKI, Dinas Komunikasi dan Informasi.
Kepala Dinas Kominfo DKI Jakarta Ii Kurnia, "Masalah utilitas seperti itu bukan kewenangan DisKominfo melainkan ada di tangan Dinas PU Bina Marga. Oleh sebab itulah dia tak bisa berbuat banyak dan belum bisa menemukan siapa pelaku yang membuang sampah itu ke got."Â
Andai mengikuti alur dugaan Ahok tentang adanya sabotase, mengapa pelaku yang membuang tumpukan kulit kabel di gorong-gorong justru lolos dari pengawasan petugas terkait? Bagaimana caranya, pelaku melakukan sabotase? Padahal, lokasinya pun berseberangan dengan Pos Polisi Lalu Lintas, tentunya anggota Polantas hilir mudik mengatur arus lalin di simpang Patung Kuda, depan Gedung Sapta Pesona, di Kawasan Monumen Nasional. Rupanya, dugaan sabotase yang dilontarkan Ahok semakin jauh? Toh, selama dua periode pemerintahan SBY, lima kali kawasan Istana tergenang banjir. Isu sabotase tak pernah muncul.Â
Pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian pun mengukuhkan bahwa dugaan tumpukan kulit kabel di beberapa selokan di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, bukan karena sabotase, namun disebabkan alasan ekonomi. Dia mengatakan tingginya biaya operasional menjadi alasan kulit kabel dibuang di selokan.Â