Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inilah Buku yang Harus Dibaca Ahok

5 Maret 2016   15:33 Diperbarui: 12 Januari 2022   22:29 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menariknya, halaman 837, disebutkan narasumber berasal dari Indonesia, Jusuf Adjitorop. Jung Chang dan Jon Halliday hanya mengungkapkan penyesalannya karena tidak dapat menyebut arsip-arsip yang diteliti di China Daratan.

Buku garapan Jung Chang dan Jon Halliday ini, ditulis dengan analisa yang pedas dengan rujukan yang komprehensif, di bagian awal disebutkan bagaimana prinsip-prinsip umum Mao yang inkonsisten, psikologis yang sangat rumit, tabiat, ajaran-ajaran, dan brutal. Mao pernah mengungkapkan bahwa pendekatan untuk mengubah China adalah dengan penghancuran. Halaman 19, saat Mao berusia dua puluh empat tahun, "Negara harus dihancurkan lalu dibentuk kembali. Ia mengarahkan pernyataan itu bukan hanya untuk China tetapi juga untuk seluruh dunia bahkan untuk alam semesta. Ini berlaku bagi negara, bangsa dan umat manusia. 

Orang seperti aku mendambakan penghancuran alam semesta, karena ketika alam semesta yang lama dihancurkan, alam semesta baru akan terbentuk." Inilah inti pemikiran Mao sepanjang hidupnya. Mao juga menggunakan kampanye teror dan mengeksekusi orang-orang yang menentangnya, halaman 118. Fakta, ketika Mao melakukan gerakan Lompatan ke Depan dan Revolusi Kebudayaan. Tahun 1957, saat Mao berada di Moskow, "Kami siap mengorbankan 300 juta rakyat China demi revolusi dunia," halaman 574. Chang dan Halliday juga menyatakan bahwa lawan politik utama Mao di Yan'an, Wang Ming, diracun oleh Dr Jin, bertindak atas perintah Mao. 

Buku ini, melukiskan Mao adalah ciptaan Soviet. Di sisi lain, buku ini membantu seseorang untuk memahami perpecahan Sino-Soviet. Hubungan Sino-Soviet sangat akrab saat Stalin masih berkuasa. Namun, ketika Stalin meninggal, Hubungan Sino-Soviet menjadi tidak jelas. Sebab, perebutan posisi sebagai 'bos komunisme internasional' antara Khrushchev dan Mao. Chang dan Halliday memperkirakan bahwa Mao bertanggung jawab atas 70 juta orang yang mati karena kelaparan. Berbeda dengan hasil penelitian Amerika yang mengajukan angka 30 sampai 40 juta orang.  Buku ini menyediakan informasi baru tentang 'kebrutalan' Mao dengan gaya meletakkannya di meja samping tempat tidur di seluruh dunia. Tak heran pemerintah China pernah melarang Mao, Kisah-Kisah yang Tak Diketahui, dalam versi bahasa Inggrisnya, Mao: The Unknown Story karya Jung Chang dan Jon Halliday. 

Selain sebagai tokoh Partai Komunis China, Mao adalah tokoh yang penuh dengan mitos, dan itulah mengapa potretnya tergantung di Lapangan Tiananmen. Bahkan, rakyat China tidak segan mengatakan bahwa Mao masih hidup di hati mereka. Pertanyaannya, benarkah ia seseorang yang layak dikultuskan? Pertanyaan itulah yang dijawab Jung Chang dan Jon Halliday. Buku setebal 5 centimeter ini, kedua penulis berupaya keras mengungkapkan siapa diri sesungguhnya Mao? Diawali dari watak pribadi, karakter, rutinitas, kehendak, kegemaran, hingga orientasi ideologisnya. Bahkan sepak terjang dan tipu muslihat Mao di dunia politik pun dikuliti habis. 

Jung Chang dan Jon Halliday menegaskan, misalnya, bahwa Mao sesungguhnya bukan pendiri Partai Komunis China, seperti yang banyak diyakini. Selain itu, mereka bergantung pada penelitian arsip-arsip Rusia yang menunjukkan bahwa sepenuhnya China di bawah ibu jari Rusia. Dalam satu periode sembilan bulan di tahun 1920-an, misalnya, 94 persen dari dana partai berasal dari Rusia, dan hanya 6 persen dibesarkan secara lokal. Mao menjadi pemimpin partai bukan karena ia adalah figur karismatik rakyat China, tetapi karena Moskow memilih Mao. 

Dalam laman pribadinya, ia mengungkapkan berdasarkan satu dekade penelitian, dan wawancara dengan banyak lingkaran terdekat Mao di China yang tidak pernah berbicara sebelumnya, dan dengan hampir semua orang di luar China yang pernah bertemu secara signifikan dengannya. Buku ini adalah kehidupan Mao paling otoritatif, yang pernah ditulis. 

Proyek kesayangan Mao yang terlalu percaya diri dan tidak rasional malah membawa dampak kesengsaraan bagi rakyat China. Adalah pembuatan tanur rakyat yang akhirnya ditelantarkan. Pemborosan material dan tenaga manusia yang luar biasa, memicu kerugian yang jauh lebih besar. Sementara itu, masa Revolusi Kebudayaan tahun 1966, secara gamblang Mao menegaskan untuk melakukan Pembersihan Besar-Besaran. Mao menggunakan Jiang Qing, kepala polisinya, dalam penggayangan kebudayaan di seluruh negeri. Salah satu tugas Jiang Qing adalah membuat manifesto untuk mengecam setiap bentuk kebudayaan dijalankan oleh para pejabat yang mengikuti "kebijakan gelap yeng bertentangan dengan pemikiran Mao"

Sebagai sebuah biografi, buku ini sangat mudah diikuti, karena setiap babnya adalah periodesasi usia Mao dengan peristiwa-peristiwa khusus. Semisal, bab Menjadi Orang Komunis, dituliskan periode ini terjadi pada tahun 1920-1925, di usia 17-26, lalu Bersaing dengan Stalin dituliskan terjadi pada tahun 1947-1949, pada usia 53-55. Penyusunan seperti ini, ibarat ensiklopedia Mao. Pembaca dituntun menelusuri perkembangan pemikiran sampai metamorfosis orientasi politis Mao dari masa ke masa. 

Sedangkan bagi para peneliti sejarah, periodesasi dalam buku ini memudahkan pelacakan dan perunutan setiap peristiwa sejarah, terutama jika dikaitkan dengan peritiwa-peristiwa lain dalam stadium yang sama. Jung Chang, saksi hidup yang pernah mengalami tekanan yang berat di masa Mao. Dan, Jon Halliday berhasil melakukan penelusuran sejarah Mao secara mengagumkan. Semua bahan yang dihimpun dan disusun menjadi sebuah historiografi. Upaya kedua penulis buku ini, dalam menghimpun dan menyusun, merangsang pembaca untuk setia mengikuti Mao dalam setiap babnya. Dan, acap kali melampirkan fakta-fakta yang belum diketahui orang, hingga akhir.

Buku garapan Jung Chang dan Jon Haliday bukan sekadar sebuah biografi Mao, tetapi buku ini mematahkan teori mitos Mao. Jung Chang dan Jon Halliday seperti ingin 'melucuti baju' Mao kepada dunia bahwa Mao telah meriwayatkan kehidupannya yang kelam bagi kemanusiaan di China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun