[caption caption="Presiden Joko Widodo menunjuk terowongan Bendungan Raknamo, Kabupaten Kupang, NTT yang hampir kelar pengerjaannya, Sabtu (25/7/2015)"][/caption]Mantan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menjelaskan kebutuhan air untuk rumah tangga, industri dan pertanian sudah tidak sebanding dengan jumlah penduduk di Pulau Jawa. Setiap penduduk Pulau Jawa mendapat sekitar 1.210 liter air per tahun. "Dari hasil perhitungan indeks pemakaian air di seluruh Indonesia. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT telah mencapai kondisi yang mengkhawatirkan," ujar pak Djoko Kirmanto. Diantaranya, pembangunan Waduk Jatigede, waduk terbesar kedua di Indonesia setelah waduk Jatiluhur. Pembangunan Waduk Jatigede adalah strategi pemerintah untuk mengatasi kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan khususnya di daerah Pantura Jawa Barat (Kabupaten Majalengka, Cirebon, dan Indramayu). Saat itu, Presiden Jokowi semula dijadwalkan meresmikan pengairan Waduk Jatigede didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, batal hadir. Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengakui, ketidakhadiran Presiden Jokowi dalam peresmian penggenangan awal Waduk Jatigede menjadi sorotan. Terlebih lagi, waduk Jatigede masih meninggalkan beberapa masalah yang belum terselesaikan seperti penolakan atas ganti rugi.
[caption caption="Waduk Jatigede Jelang Pengisian Awal, 30 Agustus 2015"]
[caption caption="Presiden Jokowi yang semula direncanakan meresmikan pengairan Waduk Jatigede didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, batal hadir"]
[caption caption="Pengairan awal Waduk Jatigede Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mendampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono"]
Hari ini, Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, Kupang, NTT. Bendungan Rotiklot adalah satu di antara tujuh bendungan yang akan dibangun di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam waktu lima tahun. Rekam jejak diatas, menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia sigap, waduk adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Apalagi, Indonesia diprediksi akan mengalami kelangkaan air pada 2025. Bumi terdiri dari 97, 5 persen air, tetapi hanya 1 persen dari air tersebut yang tawar. Air tawar tersebut bersumber dari curah hujan yang tertampung pada danau, situ, waduk, sungai, maupun cekungan air tanah. Diperkirakan Indonesia memiliki total volume air sebesar 3.906,5 milyar meter kubik.
Bahkan, tercatat Indonesia memiliki sumber daya air terbesar kelima di dunia. Potensi cadangan sumber daya air Indonesia sekitar 3.900 miliar meter kubik per tahun. Potensi itu berada di 5.886 aliran sungai dan 521 danau. Sebanyak 82 persen air permukaan secara nasional berada di Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Sedangkan Pulau Jawa hanya memiliki 4 persen atau 125 ribu liter per detik. Jumlah itu tak sebanding dengan total penduduk Jawa dan Madura sebanyak 138 juta jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2011.
Dan, Indonesia kurang lebih 286 waduk besar di Indonesia. 80 persen keberadaan waduk itu berada di Pulau Jawa, sedangkan sisanya tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Dari seluruh waduk tersebut, total volume air hanya 14 milyar meter3. Volume air tersebut dibagi kepada seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta jiwa, maka setiap orang di Indonesia ini hanya mendapatkan sekitar 18 m3/kapita.
Angka tersebut masih jauh jika dibandingkan dengan China atau Amerika Serikat bahkan masih kalah dengan Thailand. Penduduk China mendapatkan 3000 m3/kapita dan Amerika Serikat mendapatkan 5000 m3/kapita. Dengan jumlah penduduk China dan Amerika Serikat yang lebih banyak dibandingkan Indonesia, dapat dibayangkan berapa banyak bendungan yang sudah dibangun oleh pemerintah kedua negara tersebut. Sementara tetangga Indonesia, Thailand mendapatkan 1.227 m3/kapita.
Tentunya, masyarakat di provinsi lain tidak perlu cemburu. Sebab, kedaulatan pangan hanya bisa dicapai salah satunya dengan mendirikan lumbung-lumbung pangan. "Lumbung-lumbung pangan kuncinya hanya satu, ada air. Air itu akan ada jika ada bendungan dan waduk," kata Jokowi.
Setidaknya patut dicatat, pembangunan waduk yang berkelanjutan adalah upaya yang berdampak penting bagi lingkungan hidup karena pembangunannya mengubah bentuk lahan atau bentang alam, eksploitasi sumber daya air, proses dan kegiatannya dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya, penerapan teknologi yang berpotensi mempengaruhi lingkungan hidup.