Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bianglala Caruban Nagari

20 Desember 2015   17:43 Diperbarui: 20 Desember 2015   18:45 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat hari lagi, di Cirebon, peringatan Maulud Nabi dilaksanakan di empat tempat, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan. Hari Maulud Nabi bagi masyarakat  Cirebon merupakan hari yang cukup penting. Upacara Panjang Jimat adalah puncak acara dari serangkaian tradisi hari Maulud Nabi. Mulai jamasan, tabligh akbar, keliling kampung, dan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati. 

Peringatan Maulud Nabi bagi Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan, merupakan hari istimewa yang sekaligus memperingati leluhurnya Pangeran Cakrabuana, pendiri Cirebon. Sepanjang 12 hari, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan menggelar upacara dan ritual membersihkan berbagai pusaka, benda-benda peninggalan, dan makam para leluhur.

Biasanya, pertunjukan wayang golek cepak yang digelar di area makam. Cerita dalam wayang cepak lebih banyak menampilkan cerita-cerita kepahlawanan para leluhurnya dalam upaya syiar Islam.

Panjang Jimat memiliki arti filosofis bahwa agama, adat istiadat, dan budaya akan dipegang sepanjang waktu, serta pusaka akan selalu dipelihara. Jimat  atau siji di mat mat (satu disayang-sayang) dapat diartikan bahwa satu-satunya kalimat syahadat yang telah diajarkan harus tetap dipelihara sepanjang masa.

Pakar antropolog, AL Kroeber menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.  Maka, senada dengan JJ Honigmann dalam bukunya The World of Man, membedakan adanya tiga 'gejala kebudayaan', yaitu ideas, activities dan artifacts.

Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Baik pikiran dan ide, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Peristiwa budaya Cirebon, seperti panjang jimat, dalam rangka tiap kebudayaan dan adat-istiadat, secara khusus terdiri dari nilai-nilai, pandangan hidup, dan cita-cita, norma-norma dan hukum, pengetahuan dan keyakinan. Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat.

Sebab, nilai-nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga berfungsi sebagai pedoman arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tersebut.

Oleh karenanya, sangat menarik untuk dipahami, kepedulian terhadap indentitas Indonesia dari Aceh hingga Papua seharusnya hadir di nurani kita semua. Ada suatu perasaan yang tidak terlalaikan dalam menyelami ruang waktu silsilah keberadaan kita di nusantara ini. Siapa kita saat ini tidak terlepas begitu saja dari peninggalan para leluhur kita.

*) Sumber Gambar: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun