Mohon tunggu...
W_ MBK
W_ MBK Mohon Tunggu... karyawan swasta -

bukan syapa syapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mallaby, dibalik Tewasnya Sang Jenderal di Surabaya

30 Oktober 2012   15:35 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 12748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya pihak Inggris dipimpin Kolonel Carwood disertai beberapa perwira Inggris melakukan perundingan dengan para pemuda.  Permintaan  mereka adalah bendera Merah Putih harus diganti dengan bendera Inggris Union Jack. Wilayah pantai sejauh 200 meter harus dikosongkan agar mereka leluasa mendaratkan pasukan. Tetapi perwakilan Republik menolak karena bendera Merah Putih hanya bisa diturunkan atas perintah Pemerintah Pusat. Pengosongan wilayah pantai tidak mungkin karena diperlukan masyarakat setempat.

Penolakan ini menimbulkan kemarahan tentara Inggris dan mereka mulai mengeluarkan ancaman dan intimidasi.  Bila bendera Merah Putih tidak diturunkan dalam 5 menit akan dikeluarkan perintah penembakan dari kapal.  Tetapi seketika itu juga mereka menunjuk petugas untuk menurunkan bendera Merah Putih diluar gedung perundingan dan menggantinya dengan Union Jack.

Sungguh kondisi sangat pelik bagi Mallaby saat itu. Dia tak menyangka Jepang sudah dilucuti rakyat di Surabaya. Perundingan  terus dilakukan mulai tanggal 25 Oktober hingga 26 Oktober 45. Mulai dari ijin penempatan pasukan sejauh 800 meter hingga ijin untuk mengevakuasi tentara Jepang yang telah menjadi tahanan rakyat Surabaya. Hasil perundingan pada 26 Oktober 1945 cukup melegakan semua pihak. Kesepakatan tersebut adalah

1. Pasukan Inggris akan melucuti tentara Jepang dan mengangkut mereka keluar Surabaya. Pelucutan senjata hanya berlaku kepada pasukan Jepang. Setelah itu mereka akan dievakuasi keluar Surabaya melalui laut.

2. Pasukan Inggris akan mengangkut dan mengatur eks interniran sekutu terutama anak-anak dan perempuan yang masih tersisa di Surabaya.

3. Stabilitas keamanan di Surabaya adalah tanggung jawab bersama.

Hingga sesaat setelah tercapai kesepakatan, Tentara Inggris menyebar di seluruh penjuru Surabaya seperti Gedung Internatio, Rumah Sakit Darmo, Hotel Brantas Kajoon, Gedung Aniem Gemblongan, Kantor besar Kereta Api Semoet, Gedung Radio Republik Indonesia, Kantor kesusteran Boeboetan, serta menempati tempat-tempat strategis seperti Darmo, Sawahan, Stasiun Kereta Api Goebeng, HBS, Kantor Polisi Boeboetan, Ketabang dan Kalisosok.

Setelah kondisi mulai kondusif, tiba-tiba pada Jam 11 Tanggal 27 Oktober 1945 sebuah pesawat terbang berputar-putar di atas Surabaya dan menyebarkan ribuan pamflet ancaman, "... seluruh rakyat Soerabaja harus mengembalikan semua senjata hasil rampasan dari tentara Jepang. Mereka yang menyimpan senjata akan langsung ditembak di tempat". Pamflet tersebut dibuat di Jakarta dan ditanda tangani oleh Mayor Jendral HC Hawthorn pimpinan Mallaby.

Mallaby tentu merasa ditampar. Pamflet yang disebar lewat udara itu adalah kiriman langsung dari Jakarta.  Mallaby tertunduk dan menyatakan sikap harus mentaati instruksi pimpinan di Jakarta. Sementara para pimpinan rakyat di Surabaya juga kecewa dengan sikap Mallaby. Moestopo dan Residen Soedirman mulai kehilangan kepercayaan bahwa Inggris akan tetap mematuhi isi perjanjian.

Mallaby sendiri mengakui penyebaran pamflet itu adalah sebuah kecerobohan. Sementara Mallaby berusaha mencari jalan keluar, Mallaby juga tidak melarang Moestopo yang menyampaikan pengumuman lewat radio bahwa pamflet tersebut adalah keputusan Panglima Inggris di Jakarta sehingga kesepakatan di Surabaya tetap berlaku.

Sangat disayangkan, pidato Moestopo di radio sudah terlambat. Semenjak pamflet disebar ke penjuru kota, Surabaya dalam sekejap mendadak sunyi senyap. Kewaspadaan meningkat dan tentara-tentara Inggris yang sudah tersebar di seluruh penjuru kota melakukan penggeledahan setiap kendaraan yagn lewat. Suasana semakin memanas setelah pasukan Inggris menyita semua  kendaraan  dan menyuruh para penumpang keluar  dari kendaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun