Setengah tidak percaya dengan yang dikatakan Ayu. Ia mempercepat langkahnya untuk menjalankan misinya itu. Joy kemudian mencoba konsentrasi untuk menemukan ruangan itu meski sambil berlari.
"Oh my god, i can't belive this mission can be a survival challenge." Joy kehilangan konsentrasi setelah melihat banyak orang bergelimpangan.Â
Ia masih berlari hingga menemukan sebuah koridor besar yang penuh dengan orang pucat. Terlihat keluarga mereka menunggu di sisi si pesakitan tersebut. Tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang memangku kepala anaknya memberikan seperti sebuah petunjuk. Ia menunjukkan jarinya ke sebuah pintu dan seolah berkata 'yang kamu cari ada di sana'. Tanpa pikir panjang, Joy yang setengah putus asa itu mengikuti petunjuknya.Â
Kemudian ia menuju ruangan tersebut. Didalamnya ada dua mayat di masing-masing pembaringan. Pembaringan itu terletak di sudut ruangan, mereka dipisahkan sebuah pintu lain yang berada di tengah. Anehnya mayat itu masih terlihat segar dan seolah saling menghadap pintu tersebut. Di bawahnya terlihat beberapa orang yang sedang menangis.
Joy memasuki pintu tersebut dengan hati-hati. Ia kemudian terkejut karena tidak ada apapun yang ada di sana kecuali lantai yang membentuk sebuah lukisan segi delapan ditengahnya. Ia menuju pusat ruangan itu dan duduk diatasnya.
'ini sia-sia, tak ada petunjuk di sini' pikir Joy yang tengah duduk dan mencari-cari sesuatu. Ia kemudian teringat akan Layla dan Ocit.
'lebih baik menyelamatkan mereka untuk saat ini' Joy kemudian keluar dari ruangan. Ia kembali terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia merasa baru saja memasuki ruangan tersebut tetapi saat keluar mayat-mayat yang ada di sana telah rapih dengan keranda dan tutup keranda siap untuk diantarkan ke peristirahatan terakhirnya. Juga orang-orang yang berdatangan menangisi mayat-mayat baru. Mayat itu tidak lain adalah orang-orang yang tadi dilihatnya sebelum memasuki ruangan aneh tadi.
'ini terlalu cepat merebak' Joy bergerak sambil menghindari orang-orang yang masuk.
"Apa yang kau temukan di dalam sana?" Wanita yang memberi petunjuk tadi menanyakan sesuatu yang tak bisa dijawab Joy. Ia hanya menggelengkan kepala dan kembali berlari. Ia kini berada di koridor sempit, di sana ia diberikan sebuah plastik besar untuk menutupi tubuh. Joy memakainya dengan cepat.
Joy nampak tidak nyaman berlari dengan plastik besar menutupi tubuhnya. Kemudian menyobeknya dan melepaskannya. Ia terus berlari tanpa berfikir panjang. Koridor ini sepertinya lebih panjang dari sebelumnya, di depannya terlihat kerumunan orang yang terjebak. Beberapa mencoba untuk masuk dan yang lainnya mencoba keluar. Mereka memadati koridor tersebut hingga terhimpit dan tak dapat bergerak satu sama lain.
"Bagaimana ini?" Joy terjebak dengan sebuah keadaan yang sulit dijelaskan. Badannya bergerak sendiri dan kini ia melompati orang-orang tadi. Ia berlari dengan pundak dan kepala kerumunan yang tak bisa bergerak sebagai pijakannya. Namun sayang ia tak menyadari bahwa koridor tersebut membentuk sebuah belokan. Ia berusaha untuk mengurangi kecepatan namun itu terlambat, apalagi dengan pijakan yang tidak sempurna. Itu memaksanya menghantam kaca penghalang dengan cukup telak.
Joy kehilangan kesadaran. . .
Saat tersadar ternyata itu hanyalah mimpi. . .
Mimpi yang indah bukan? Good night! Have a nice dream.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H