Pengintegrasian kebenaran Allah dalam pembelajaran agar siswa mampu mengenal dan menghidupi kebenaran tersebut. Brummelen (2006, hlm. 19) menjelaskan bahwa siswa harus hidup berdasarkan kebenaran Allah, yang hanya bisa mereka terapkan jika sebelumnya mengenal kebenaran itu. Pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran menjadi sarana untuk mengenal kebenaran Allah, karena pada dasarnya pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari kebenaran. Namun, pengetahuan yang diberikan tidak hanya berupa materi akademis, melainkan nilai-nilai kebenaran yang mencerminkan kehendak Allah.
Meskipun demikian, mengenal kebenaran Allah bukanlah hal yang mudah karena dosa telah menghalangi manusia untuk melihat-Nya dengan jelas (Calvin, 2000, hlm. 60-62). Tanpa anugerah Allah, pengenalan akan kebenaran melalui pengetahuan menjadi mustahil. Namun, Allah telah mewahyukan diri-Nya melalui Alkitab sebagai sumber kebenaran yang diilhamkan (Berkof, 2014, hlm. 33). Selain Alkitab, Roh Kudus dan wahyu umum juga berperan penting dalam membantu manusia mengenal kebenaran Allah. Melalui iman, Roh Kudus memberikan pengertian yang lebih dalam mengenai kebenaran tersebut (Hodge, 2005, hlm. 43).
Grudem (2009, hlm. 29-33) menyatakan bahwa setiap pembelajaran harus didasarkan pada kebenaran Alkitab. Oleh karena itu, integrasi antara Alkitab dan pengetahuan dalam pembelajaran menjadi hal yang sangat penting. Integrasi ini mencakup semua mata pelajaran, termasuk sejarah, yang dapat mengarahkan siswa untuk melihat masa lalu sebagai panduan hidup yang sesuai dengan kebenaran Allah. Hidup yang lebih baik, dalam hal ini, berarti hidup yang selaras dengan kehendak dan kebenaran Allah, bukan hanya peningkatan kondisi duniawi.
Observasi yang dilakukan di sebuah sekolah Kristen menunjukkan bahwa integrasi belum sepenuhnya diterapkan. Sebagai contoh, doa pembuka dan penutup dalam pembelajaran memang sudah dilakukan, tetapi pembelajaran belum sampai pada tahap mengaitkan materi dengan kebenaran Allah. Hal ini menyebabkan siswa hanya memahami sejarah sebagai pengetahuan akademis tanpa menghubungkannya dengan nilai-nilai spiritual. Barna (2003, hlm. 18) mengingatkan bahwa pengetahuan tanpa integrasi tidak akan membawa siswa pada pemahaman yang benar sesuai pemikiran Kristus.
Guru Kristen memiliki tanggung jawab besar dalam penerapan integrasi ini. Sebelum mengajarkan siswa, guru harus terlebih dahulu memahami dan mengimani kebenaran Allah. Holmes (2000, hlm. 20) menekankan bahwa Roh Kudus dapat menuntun guru untuk memahami dan menyampaikan kebenaran Allah melalui pembelajaran. Namun, meskipun guru memiliki pemahaman yang baik tentang Alkitab, kemauan mereka untuk menerapkan integrasi juga menjadi faktor penentu keberhasilan.
Dalam praktiknya, penulis menerapkan model integrasi Bryan Smith tahap 2, yaitu "responding with the Bible". Tahapan ini mendorong siswa untuk memberikan respons konkret berdasarkan pengetahuan yang telah diintegrasikan. Sebelum tahap ini, penulis menerapkan tahapan awal, yaitu tahap 0 (kegiatan kerohanian seperti doa) dan tahap 1 (menggunakan analogi Alkitab). Misalnya, siswa diajak untuk memahami providensi Allah melalui pembelajaran cara berpikir kronologis dalam sejarah. Namun, hasil awal menunjukkan bahwa siswa masih belum mampu menghubungkan kesimpulan materi dengan providensi Allah, sehingga tahap selanjutnya diterapkan.
Tahap 2 dilakukan dalam dua langkah. Langkah pertama menggunakan rangkuman materi berbasis Alkitab, seperti Amsal 8:22-31, untuk menunjukkan penciptaan Allah dalam kerangka berpikir kronologis. Langkah kedua melibatkan siswa memberikan respons konkret melalui aplikasi, seperti Mentimeter, tentang penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, tidak semua siswa berpartisipasi aktif, sehingga respons yang diperoleh belum sepenuhnya mencerminkan seluruh kelas.
Hasil akhirnya menunjukkan bahwa penerapan integrasi Bryan Smith tahap 2 dapat menuntun siswa untuk mengenal kebenaran Allah dan meresponsnya melalui tindakan nyata. Berkof (2014, hlm. 52-60) menegaskan bahwa kebenaran yang diajarkan akan menuntun pada kebenaran yang dihidupi. Melalui integrasi ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis tetapi juga memahami kebenaran Allah yang memelihara mereka dalam segala aspek kehidupan, termasuk sejarah.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Berkhof, L., & Til, C. V. (2010). Dasar pendidikan Kristen:Ceramah-ceamah kepada guru-guru Kristen. Surabaya: Momentum.
Berkof, L. (2014). Sistematic theology grand rapids. Surabaya: Momentum.