Mohon tunggu...
Wayudin
Wayudin Mohon Tunggu... Guru - Pengabdian tiada henti

Seorang guru SMP swasta di kota Medan,tertarik dengan fenomena kehidupan masyarakat dan tak ragu untuk menyuarakan pendapatnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Guru Zaman Milenial

22 Mei 2020   11:40 Diperbarui: 22 Mei 2020   11:41 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dapat dikatakan bahwa PAILKEM merupakan panduan dasar dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di lapangan (kelas), namun untuk dapat menerapkannya, tentunya tenaga pendidik perlu mempersiapkan perangkat ajar sebelum memasuki ruang kelas. Adapun perangkat ajar tersebut antara lain: silabus, program semester dan program tahunan, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), buku ajar serta alat-alat peraga yang mendukung. 

Agar materi ajar dapat disampaikan secara aktif dan menarik, seorang tenaga pendidik tentu harus merancang metode pengajaran serta aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan di dalam kelas dan tak lupa instrumen penilaian yang memadai. Kegiatan merancang metode pengajaran tentu membutuhkan waktu tersendiri, mengingat beda materi, tentu akan berbeda pula metode pengajarannya.

Katakanlah kegiatan pembelajaran berjalan sesuai harapan, tugas tenaga pendidik belumlah selesai karena masih harus memberikan penilaian serta umpan balik atas hasil kerja peserta didik. Dalam Kurikulum 2013 yang telah direvisi, terdapat empat Kompetensi Inti (KI) yang harus dinilai serta diberikan deskripsi atas predikat yang telah dicapai oleh peserta didik. Adapun keempat kompetensi tersebut mencakup sikap keagamaan, sosial, pengetahuan serta keterampilan, sementara untuk predikat disedehanakan dalam rentang A sampai D. 

Masing-masing predikat tentunya menuntut deskripsi yang berbeda serta menyatakan di mana letak keunggulan dan kelemahan peserta didik serta tak lupa bahwa dalam menuliskan deskripsi terdapat beberapa “pantangan” semisal dilarang menggunakan kata-kata yang saling bertentangan serta yang berkonotasi negatif. 

Singkatnya, diksi harus menjadi perhatian utama dalam menyusun kalimat deskripsi. Untuk dapat menentukan kompetensi dasar mana yang masih belum dikuasai peserta didik maka perlu dilakukan analisis terhadap soal dan hasil ujian peserta didik butir per butir. Di luar hal-hal rutin tersebut, tenaga pendidik juga masih harus melakukan analisis terhadap buku ajar serta merancang format penilaian sikap sosial sesuai dengan karakter yang ingin dicapai.

Dengan banyaknya hal yang perlu dipersiapkan dan dianalisis, dapat dipastikan bahwa seorang tenaga pendidik pastinya akan membawa pulang “tugas-tugas tambahan” tersebut untuk dikerjakan di rumah, sementara di rumah, peran sebagai seorang ibu rumah tangga ataupun sebagai kepala keluarga tidak dapat dikesampingkan hanya karena statusnya sebagai seorang tenaga pendidik sehingga selain sukses di profesi, mereka juga dituntut untuk sukses dalam berumah tangga. 

Dengan demikian, kapankah waktu bagi tenaga pendidik untuk menulis, sementara untuk menulis butuh gagasan yang diperoleh salah satunya dari membaca? Kapankah waktu untuk membaca sementara persiapan untuk mengajar di keesokan harinya harus dipersiapkan dengan baik? Belum lagi sebagian tenaga pendidik terpaksa harus mengejar 24 jam pelajaran dalam seminggu sebagai salah satu syarat pencairan Tunjangan Profesi Guru dengan cara mengajar di beberapa sekolah mengingat jumlah rombongan belajar di sekolah induknya tidak mencukupi.

Ternyata menjadi pendidik di zaman now tidak semudah yang dibayangkan, bukan? Bagi tenaga pendidik yang saat ini belum disertifikasi, sebelum menjalani tahap PLPG, diharuskan untuk ikut dalam forum pembelajaran daring selama beberapa bulan dan harus aktif dalam diskusi antar anggota forum serta mengumpulkan tugas yang diberikan dosen pembimbing tepat waktu dan jikalau mengikuti program Pendidikan Profesi Guru, maka pergumulan yang dihadapi adalah biaya kepesertaan serta vakumnya pendapatan selama mengikuti PPG yang dapat memakan waktu satu hingga dua tahun.

Amboi! Sungguh berat beban tenaga pendidik di zaman now. Selain mendidik, mengetahui perkembangan psikologis plus bersabar dengan perangai “kids zaman now” yang terkadang bikin geleng kepala, juga masih harus bersaing dengan gawai dalam memperebutkan perhatian dan menumbuhkan minat belajar peserta didik. Sepertinya manusia biasa akan sulit untuk menjadi sosok ideal tenaga pendidik zaman now karena masih memiliki kepentingan pribadi sehingga tidak dapat mendedikasikan setiap detik dalam hidupnya hanya untuk dunia pendidikan.

Namun kabar gembiranya, melalui program Merdeka Belajar yang dicanangkan Kemendikbud ssat ini, semua tugas-tugas administratif di atas akan disederhanakan. RPP pun hanya tinggal selembar. Sayangnya pelaksanaan Merdeka Belajar harus terganggu oleh merebaknya pandemi di Indonesia sehingga belum terlihat jelas apa plus-minus dalam pelaksanaannya di lapangan. Semoga saja Merdeka Belajar bisa membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun