Mohon tunggu...
Wayudin
Wayudin Mohon Tunggu... Guru - Pengabdian tiada henti

Seorang guru SMP swasta di kota Medan,tertarik dengan fenomena kehidupan masyarakat dan tak ragu untuk menyuarakan pendapatnya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Meracik Tayangan Ramah Anak

22 Mei 2020   09:24 Diperbarui: 22 Mei 2020   09:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingatkah anda dengan demam “Baby Shark” sempat melanda sebagian masyarakat Indonesia? Bukan hanya anak-anak, orang dewasa juga turut menggandrungi lagu berirama ceria yang diikuti dengan gerakan yang sederhana dan mengundang senyum tersebut. Adalah Pinkfong yang telah menciptakan lagu yang akhirnya mewarnai dunia anak-anak Indonesia. 

Selama ini, anak-anak Indonesia dipaksa untuk dewasa lebih cepat dengan menyanyikan lagu-lagu pop dewasa sebagai akibat dari tidak tersedianya lagu anak-anak dalam blantika musik nasional. Selain Abang Tukang Bakso hingga Menabung yang diciptakan oleh Titiek Puspa, praktis tidak ada lagu anak-anak lain yang dapat dijadikan idola bagi anak-anak.

Pinkfong sendiri merupakan merek global asal Korea Selatan yang terkenal dengan berbagai video dan aplikasi lucu yang bertujuan untuk membantu anak-anak dalam belajar. Secara global, lagu yang bercerita tentang bayi hiu dan keluarganya tersebut sudah ditonton jutaan kali. 

Seri aplikasi mobile Pinkfong sendiri termasuk aplikasi yang paling banyak diunduh baik di App Store ataupun Google Play Store. Mewabahnya lagu yang memiliki klip penuh warna khas dunia anak-anak tersebut, diikuti dengan Baby Shark Challenge yang menantang penggemarnya untuk ikut menirukan gerakan tarian sebagaimana yang ada di dalam video klipnya. Selain Baby Shark, Pinkfong juga menawarkan lagu-lagu lainnya yang memang ditujukan khusus untuk putra-putri tercinta.

Sebelum Baby Shark, dunia anak-anak Indonesia dikuasai oleh serial “Upin & Ipin” serta “Pada Zaman Dahulu” di samping beberapa serial anime lain yang rutin ditayangkan di stasiun televisi swasta nasional. 

Selain ajang pencarian bakat dewasa yang dimodifikasi dengan kata “junior” sehingga berubah menjadi tayangan anak-anak, beberapa sinetron yang mayoritas dibintangi anak-anak, serta acara petualangan yang dilakukan oleh sekelompok anak-anak, selama ini, dunia hiburan anak-anak Indonesia memang dikuasai acara impor. Beberapa animasi lokal mencoba bangkit dan bersaing, namun sepertinya masih harus banyak belajar agar dapat lebih menarik di mata pemirsanya.

Penulis sendiri meskipun tidak lagi berusia muda namun masih menggemari film animasi anak-anak, terutama kisah mengenai sepasang bocah berkepala plontos yang berasal dari negeri jiran Malaysia. Dari sekian banyak film animasi, dapat dikatakan bahwa Upin & Ipin mengingatkan penulis pada masa kanak-kanak yang penuh keceriaan dan kepolosan yang tidak dibuat-buat. Selain menampilkan keragaman masyarakat Malaysia, Upin & Ipin juga mengajarkan banyak nilai-nilai budi pekerti yang sejatinya sejalan dengan pendidikan karakter yang saat ini sedang digencarkan oleh pemerintah Indonesia. 

Jika kita mengesampingkan beberapa setting yang menampilkan ciri khas Malaysia, termasuk penggunaan Bahasa Melayu, maka sebenarnya serial yang diproduksi oleh Les’ Copaque tersebut terasa sangat “Indonesia”. Demikian juga cerita fabel dalam Pada Zaman Dahulu yang dibuat oleh rumah produksi yang sama dengan Upin & Ipin, yang menampilkan Kancil sebagai tokoh utama sebagaimana cerita fabel lokal dan diakhir cerita selalu disisipkan peribahasa yang penuh makna. Sayangnya kini dalam pelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah, peribahasa sebagai warisan luhur nenek moyang Bangsa Indonesia justru mulai dilupakan dan digantikan dengan materi memahami serta mancari ide pokok dari tiap wacana.

Tayangan ramah anak adalah suatu keharusan karena pada saat ini sebagian besar acara yang ditayangkan tidak cocok untuk dinikmati anak-anak. Anda mungkin pernah merasakan dilema ketika menonton televisi bersama buah hati tercinta. Serial India, kontes dangdut dengan komentar dan candaan berkepanjangan, serta sinetron yang menggambarkan kisah percintaan berikut prahara keluarga dengan tokoh protagonis dan antagonis yang memiliki watak kontras sangat ekstrim(super baik-sabar dan super jahat) menghiasi tayangan sebagian besar stasiun televisi swasta sementara stasiun lainnya menampilkan rangkaian berita ataupun talkshow yang tentunya berat dicerna oleh anak-anak.

Menciptakan tayangan yang tepat untuk anak-anak dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang gampang-gampang susah. Mengingat sifat anak-anak yang masih sederhana dan tidak banyak menuntut, tentunya akan mudah dalam menelurkan film bergenre anak-anak. Cukup menjual bentuk tokoh yang unik dan lucu, dipadukan dengan warna yang menarik, dengan suara tokoh dan musik latar yang menggemaskan serta jalan cerita yang kadang di luar akal sehat, maka jadilah sebuah tayangan anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun