Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Belajar dari Amos tentang Perjuangan Hidup dan Kerendahan Hati

26 Mei 2020   17:30 Diperbarui: 27 Mei 2020   15:31 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cita tidak akan tergapai, jika tak ada mimpi, mau berproses, dukungan, keyakinan dan cinta. The Music of Silence, mengajarkan itu semua.

Seorang laki-laki separuh baya sedang mengetik di ruang rias. "Veronica sayang, ini kisah seorang bocah bernama Amos, yang dekat denganku sepanjang hidupku, Amos Bardi. Kenapa Amos, karena aku suka nama itu. 

Andai pada hari kelahiran, aku bisa memilih nama, maka aku akan memilih nama itu. Kenapa Bardi? Karena itu nama Tuscany yang indah." Kemudian ia berjalan dari ruang rias, menuju panggung, diantar oleh seorang wanita berambut panjang yang ketika berjalan memiliki keanggunan dan kedewasaan. 

Itulah awal dari film The Music of Silence. Awal dari perkataan di adegan di film tersebut menjadikan saya untuk mengulik kehidupan asli dari kisah hidup Amos Bardi, tokoh utama dalam film ini. Amos Bardi adalah tokoh alter ego dari Andrea Bocelli yang ia tuliskan dalam sebuah memoir.

Andrea Bocelli, nama yang teramat asing bagi saya. Namun setelah mencoba mencari tahu, ternyata karyanya tidak terasa asing dari telinga saya. Nada-nada dari alunan lagu Time to Say Goodbye & The Prayer ternyata sudah tersimpan di dalam memori saya. 

Di awal perkataan ia mengatakan Veronica Sayang. SIapa Veronica? Seakan-akan, memang kisah hidup ini ia ingin beritahukan khusus untuk Veronica. Di kehidupan Andrea, Veronica adalah seorang manajer dan istri keduanya.

Tokoh Amos, lahir di Tuscany pada tahun 50-an. Ia merupakan anak dari seorang petani yang menjual alat-alat mesin pertanian dan juga anggur di Tuscany. 

Sejak bayi, ia sudah menderita congenital glaucoma. Sebuah gangguan pengilhatan yang bisa diderita 1 dari 10.000 bayi. Jika tidak tertangani dengan baik, bisa mengakibatkan kebutaan.

Hal yang akhirnya tidak diinginkan terjadi. Ketika sedang bermain bola, ia menjadi penjaga gawang yang tangguh dibandingkan teman-temannya. Namun tak disangka ada bola yang mengarah ke wajahnya, dan setelah itu gelap.

Amos kecil (sumber:makingacinephile.com)
Amos kecil (sumber:makingacinephile.com)

Hal ini menjadi tekanan berat bagi dirinya karena penglihatannya menghilang. Namun orang tuanya tidak menyerah, ia mencoba menghibur Amos dengan berbagai cara. Ayahnya mengajarkan dirinya berkuda. Pamannya mengajarkan dirnya mengenal musik. 

Lagu-lagu penyanyi tenor sering diperdengarkan kepada Amos. Apalagi ketika Amos sedang bad mood, dengan mendengarkan musik dirinya menyadi tenang. Dari situlah ia bercita-cita menjadi seorang penyanyi tenor.

Melihat bakat Amos yang luar biasa, pamannya mengajak dirnya untuk mengikuti lomba tarik suara. Alhasil ialah yang menjadi pemenang kompetisi tersebut. Saat itu usianya masih 12 tahun dan mengalahkan pesaing yang bahkan usianya diatas dirinya. 

Orang tuanya pun memberikan berbagai sarana untuk Amos bermusik. Dari bermain piano, hingga berbagai alat musik lainnya. Bahkan, gudang tempat produksi alat pertanian dijadikan tempat Amos belajar musik.

Namun semua itu terasa sirna bagi Amos ketia ia sedang bernyanyi disebuah acara pernikahan, tiba-tiba suaranya serak dan tidak lagi bisa menyanyi. Dari situ, ia mulai putus asa akan hal tersebut. Ia merasa mimpnya untuk menjadi penyanyi tenor profesional, tidak akan bisa terwujud. 

Setelah lulus sekolah menengah ia mengambil kuliah jurusan hukum. Lagi-lagi karena keterbatasannya ia merasa direndahkan oleh dosennya. Beruntung ia bertemu dengan seorang sahabat bernama Adriano yang mendukungnya dan mengajak dirinya untuk kembali bernyanyi. Ia kuliah di pagi hari dan bernyanyi di sebuah kafe pada malam hari.

Lalu apakah ia berhasil menjadi seorang penyanyi tenor profesional layaknya Luciano Pavarotti? Tidak semudah itu ferguso. Banyak hal yang harus ia lalui. 

Banyak yang ia harus perjuangkan. Menyelesaikan kuliah, belajar menyanyi dengan seorang Maestro, menjalani kisah cinta, hingga mampu berduet dengan penyanyi rock terkenal, Zucchero. 

Penasaran kan? Film yang dibuat tahun 2017 ini tayang perdana di Indonesia hanya di Mola TV. Caranya, cukup instal aplikasi Mola TV melalui playstore, lalu donasi untuk covid-19 dan kita bisa menonton berbagai tayangan premium di Mola TV, termasuk berbagai film pilihan yang ada di Mola TV Movies. 

Watak Amos Bardi

Amos Bardi dalam film The Music of Silence memiliki watak yang jujur, cerdas, berani, teguh, memiliki semangat juang yang tinggi, dan cinta. Ketika makan bersama keluarga, Amos kecil menolak untuk menghabiskan makanannya. 

Ia merasa tidak suka dengan makanan itu karena baginya makanan itu tidak enak. Pahit memang mendengar pernyataan itu, apalagi bagi Ibu yang sudah berusaha keras untuk memberikan masakan terbaik bagi anaknya. Namun Amos mencoba mengatakan apa yang memang ia rasakan. 

Keberaniannya jangan ditanya. Sebagai penderita glaucoma berat, Ia berani menunggangi kuda dan mengendarai motor. Sebuah hal yang sangat menantang, bagi mental dan jiwanya. Terutama bagi saya yang menonton. 

Apakah ia, ini semua dilakukan dalam dunia nyata. Ternyata ya, memang tokoh ini merupakan penggambaran Andrea Bocelli dalam kehidupannya.

Amos dan The Maestro (sumber: variety.com)
Amos dan The Maestro (sumber: variety.com)

Amos juga memiliki semangat pantang menyerah dalam menggapai suatu impian. Sempat putus asa, ketika suara merdunya berubah karena akil balig. Ia sempat merasa kehilangan jati dirinya. Namun, setelah bertemu dengan guru musiknya The Maestro. 

Menjadi penyanyi tak harus selalu bernyanyi sepanjang waktu. Penyanyi juga harus memiliki waktu untuk diam. Merasakan sekitar, merefleksikan diri dan menemukan jati diri.

Dari situlah ia kembali yakin, bahwa dengan suara yang ia miliki, ia mampu menjadi penyanyi tenor terbaik seperti Luciano Pavarotti. Di dalam studinya pun, walaupun dengan keterbatasan fisik, ia mampu menyelesaikan kuliahnya di jurusan hukum.

Karakter yang paling saya suka dari tokoh Amos adalah sifat tawadhunya terhadap guru. Ia tidak merasa sok hebat ketika ditawari untuk berduet dengan Zucchero, penyanyi Rock terkenal pada zamannya di Italia. 

Sebelum memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, ia meminta izin terlebih dahulu kepada gurunya untuk berduet. Jika gurunya ridho, maka ia akan berduet dengan Zucchero, namun jika Maestro tidak menyetujuinya, Amos tak akan melakukannya. Sikap yang sangat patut dicontoh bagi seluruh murid di dunia ini.

Dan yang terakhir cinta. Ia mencintai keluarganya, perempuan yang menjadi istrinya, paman dan gurunya The Maestro yang mendukungnya dan ia mencintai musik yang menjadi jalan hidupnya. Agak sedikit klise mengatakan kata cinta ini bagi saya pribadi, namun memang itu yang ada pada dalam dirinya.

Saya pun menemukan sebuah kutipan dari Amos asli (Andrea Bocelli) "Ketika saya mendapatkan di atas panggung, tujuan pertama saya adalah untuk tidak menunjukkan keahlian saya, tetapi sebaliknya, untuk memberikan sedikit kebahagiaan, sukacita, keceriaan. Saya sangat yakin bahwa untuk menyanyi dengan baik, Anda harus mengasihi sesama dan menjadi bergairah tentang kehidupan."

Apakah ia, ini semua dilakukan dalam dunia nyata. Ternyata ya, memang tokoh ini merupakan penggambaran Andrea Bocelli dalam kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun