Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudah Maling di Masjid Pula!

27 Mei 2016   17:02 Diperbarui: 27 Mei 2016   19:03 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore, saya singgah di Masjid dekat Taman Puring untuk melaksanakan sholat Ashar. Rencananya setelah sholat langsung ke RS Gandaria, untuk menjenguk Pakde saya yang sedang dirawat karena gangguan ginjal dan pencernaan.

Tak lama saya menjalankan sholat. Mungkin, kurang lebih lima menit. Ketika ingin bergegas pulang. Ternyata sepatu saya sudah tiada. Saya berkeliling masjid mencari dimana sepatu saya. Ternyata tak ketemu. Ada seorang bapak yang bertanya "Cari apa mas?" "Sepatu Pak." "Hilang?" "Iya pak."

Bapak itu pun menceritakan kepada saya bahwa masjid ini memang rawan pencurian. Ada jamaah yang pernah kemalingan sandal, sepatu, hingga tas. Kehati-hatian dalam menyimpan sepatu menjadi penting. Memang di masjid ini tidak ada tempat penitipan barang. Taruhlah di tempat yang sekiranya aman, dekat dengan diri kita. 

"Masih baru mas?" tanya bapak sebelahnya. "Iya masih baru pak. belum sampai lima kali pakai."

"Oo masih baru, pantesan. Kalau masih baru, seharusnya masukkan plastik atu tas. Bawa saja ke dalam. Disini rawan mas."

Bapak yang tak jauh dari kedua bapak itu memberikan klu. Bahwa dia melihat kalau ada seorang berkaus cokelat yang masuk ke masjid. Kemudian, segera keluar lagi dan pergi dengan sepatu yang mirip dengan ciri-ciri sepatu saya. "Dia pergi lewat pintu sana mas." Pintu itu mengarah ke Pasar Taman Puring.

Kemudian, salah satu bapak, membawakan sebuah sandal milik masjid. "Pakai ini saja dulu mas." Mau tidak mau saya terima, agar saya tidak pulang dalam keadaan nyeker.

Sandalnya menurut saya bagus. Ini sandal paling keren yang saya lihat. Warnanya yang hijau dan ada tulisan Sandal ini Milik Masjid/ Mushola. Sandal bernama ini juga merupakan salah satu cara agar sandal milik masjid tidak hilang. 

Sebelum pulang, kedua bapak bercerita bahwa dia terheran-heran kepada orang yang berani maling di Masjid. "Sudah maling. Di Masjid pula." Saya hanya tertawa mendengarkan cerita kekesalan mereka. Ternyata tertawa itu melegakan hati yang sedikit kesal.

Sampai di rumah sakit, saya ceritakan kejadian barusan kepada Pakde. Ternyata temannya juga pernah kehilangan sepatu di Masjid yang sama. Namun dia segera bergegas mencari orangnya. Ternyata dia melihat dua orang yang akan bertransaksi di sekitar wilayah Taman Puring. Sebelum transaksi selesai, dia sudah mencegah dan membukitkan bahwa itu sepatu miliknya. Kedua orang itu kabur. Teman Pakde saya berhasil menyelamatkan sepatu miliknya.

"Belum milik kau sepatu itu." kata Bude saya.

Pengalaman Kehilangan Tas di Masjid Lain

Pengalaman ini lebih menyesakkan saya dari pada kemarin. Kejadian ini terjadi pada malam hari. Saya dan enam teman saya bermaksud untuk makan bareng di sekitar pondok pinang. Pilihan tempatnya adalah penjual seafood di depan salah satu Masjid Besar di Pondok Pinang. 

Acara makan bareng itu merupakan perayaan job pertama band kami manggung di sebuah acara. Hanya seratus ribu rupiah untuk bertujuh. Bahagia, karena biasanya dulu kalau mau manggung, kami yang malah bayar. Apalagi saat itu kami satu panggung (bukan manggung bareng lo ya) dengan Band Garasi yang salah satunya digawangi oleh Fedi Nuril. 

Sebelum sholat, kami bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat isya. Masjid saat itu sudah terkunci. Kami tidak bisa sholat di dalam. Kami sholat di emperan. Setelah selesai sholat, kami bergegas ke tempat makan.

Sedang asik ngobrol tentang penampilan kami manggung. Saya tiba-tiba teringat sesuatu. Ada yang aneh pada diri saya. Ternyata saya tidak membawa tas. Saya dan seorang teman bergegas kembali ke tempat sholat. Namun tidak ditemukan keberadaan tas saya. Berkeliling seluruh area masjid, tapi masih saja tas itu tidak ketemu. Tanya kepada marbot, juga dia tidak tahu, karena sedari tadi sedang ada di dalam ruangannya.

Hari itu, dibalik kebahagiaan karena mendapat job pertama, saya menangis dalam hati. Di tas itu tidak ada duit atau dompet saya. Tapi di tas itu ada kumpulan soal ujian masuk universitas dari bimbel yang sudah 80 persen tertulis jawabannya dan caranya. Saya mungkin bisa mendapatkan soal itu kembali. Tapi jawaban berserta caranya, tidak akan sampai 80 persen. Karena jadwal belajar bimbel sudah selesai. Dua minggu lagi SNMPTN akan berlangsung. 

Mengambil Pelajaran dari Kemalingan

Maling memang tidak pernah memandang tempat. Tidak di rumah, di pasar, bahkan di masjid. Bahkan dua masjid dekat rumah saya, pernah kebobolan kotak amalnya serta kemalingan speaker dalam ruangan masjid. Inilah yang membuat kebanyakan pengurus masjid mengunci pintu masjid setelah sholat jamaah isya selesai. Saya pun mengambil pelajaran. Bahwa dimanapun berada, saya harus lebih berhati-hati. Jangan taruh barang sembarangan. Amankan barang bawaan. Karena maling itu ada karena dia sudah merencanakan atau karena ada kesempatan. Waspadalah. Waspadalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun