Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Syariah Pispot

21 Januari 2016   09:48 Diperbarui: 21 Januari 2016   10:25 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber ilustrasi: jelajahsukabumi.com"][/caption]

Suatu sore di warung kopi ada dua laki-laki yang asik mengobrol. Apa yang dibincangkannya? Yuk kita baca sampai habis.

"Tong tau gak?  Katanya bom kemarin itu rekayasa. Ledakan itu hanya untuk pengalihan isu berita tentang PT Pispot."

"Sok tau lu Jang. Ngomong aja salah. Itu PT Freeport, bukan PT Pispot."

"Oh salah ya Tong." sambil garuk-garuk kepala.

"Iya salah. Kamu tau gak, kalau otak pelaku bom itu sekarang dia di Syariah?"

"Suriah kali Tong."

"Nah iya maksudnya itu." nyusul garuk-garuk kepala juga. "Oiya kalo mau pergi ke Suriah musti pake Pispot ya Jang?"

"Pasport Tong, bukan pispot!" Ujang mulai kesal.

"Saya sebenernya kesel Jang. Kenapa orang-orang itu ngebom Jalan Syariah? Padahal katanya dia pembela syariah."

"Itu Jalan Sarinah Tong, bukan syariah!" Ujang tambah jengkel.

"Jang, lu tau gak arti pispot itu apa?" 

Ujang tak langsung menjawab. Dia ambil kopi hitam panas. Dia hirup dulu baunya. Menikmatinya sambil meraba-raba, apakah ada bau sianida di dalamnya. "Ah gw kebanyakan baca komik Detektif Conan." ujar Ujang dalam hati.

Setelah yakin kopi itu tak mengandung sianida. Dia seruput, tahan sedikit di ujung bibir, dimainkan sebentar dengan ujung lidah, sambil merasakan campuran rasa pahit kopi dan manisnya gula yang telah menjadi satu.

Selesai menikmati seseruput kopi. Ujang membetulkan sikap duduknya dan menaikkan sedikit dadanya. "Jadi gini Tong, kalau secara bahasa, pis itu damai dan pot itu wadah. Jadi, pispot itu artinya wadah kedamaian."

"Berarti kita butuh banyak pispot dong Jang?" tanya Otong.

"Betul itu. Lihat saja orang sakit yang lagi kebelet pipis, tapi susah ke kamar mandi. Udah sakit, mesti nahan pipis, sampai ada orang yang bantuin dia ke kamar mandi. 
Untung ada pispot. Gak usah repot ke kamar mandi, langsung aja tuh orang pipis di pot alias pispot.
Lu tahu kan rasanya orang kalau lagi pipis bagaimana Tong?"

"Damai Jang rasanya."

"Betul. Karena orang yang lagi pipis itu, sedang mengeluarkan zat yang tak dibutuhkan oleh tubuhnya."

"Wah omongan lu udah kaya prosesor Jang."

"Profesor maksudnya?"

"Iya maksudnya itu."

"Yaudah ya Tong, gua mau jalan dulu. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi." 

"Mau kemana lu Jang?"

"Mau ketemu Syariah. Cewek yang jualan hijab di toko sebelah."

Otong berpikir sebentar. "Emang di Toko sebelah ada cewek yang namanya syariah?" tanyanya dalam hati.

Baru lima meter si Ujang menjauhi Otong. Tiba tiba dari kejauhan datanglah cewek yang sepertinya tak asing bagi Otong, mendekati Ujang.

"Loh kok kamu yang kesini. Harusnya kan aku yang jemput ke Toko." tanya Ujang ke cewek tersebut.

"Lagian kamu lama banget sih ngopinya. Jadinya aku kesini deh." ujar cewek tersebut dengan nada manja.

" Oiya beb, aku ingin kenalin temen aku." 

"Nih Tong,  kenalin cewek baru gw, namanya Syariah."

Otong takjub melihat sosok cewek di depannya.  

"Ini mah namanya Sarah Jang. Mantan gw yang baru putus kemarin. Ternyata elu yang udah ngerebut dia dari gw!"

Tanpa pikir panjang, Otong langsung menghajar Ujang tepat mengenai pelipis Ujang. Tak lebih dari lima detik, darah sudah mengucur deras di wajah Ujang.

"Ayang, kamu tak apa?" tanya cewek itu sambil membersihkan darah di wajah Ujang dengan handuk kecilnya, lalu mengingatkannya di kepalanya.

"Apa-apaan nih Tong. Jangan main kasar begini dong!  Barusan kita ngomongin kedamaian. Kalau gini caranya, gw gak bisa damai ama lu Tong. Gw akan menjaga Syariah dari tangan busuk lu." tantang Ujang.

"Maaf Ayang. Namaku Sarah." ujar cewek itu dengan nada pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun