Mohon tunggu...
Wayan Subadre
Wayan Subadre Mohon Tunggu... PNS -

Guru Matematika SMP Negeri 3 Tanjung Email : wyn_sbdr@yahoo.com atau wyn_sbdr@smpn3tanjung.sch.id Website : www.wayansubadre.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengenalan Kerangka Pembelajaran ELPSA (Jurnal Kegiatan Pelatihan ELPSA Guru SMP/MTs NTB 2015)

13 April 2015   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:09 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat dari identifikasi permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui pengamatan dan analisis terhadap rekaman video kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Indonesia, ada tiga hal yang menjadi fokus masalah yang dirumuskan yaitu guru tidak banyak mengajukan pertanyaan pada siswanya, siswa juga tidak banyak bertanya pada gurunya, dan siswa tidak banyak bertanya dengan siswa yang lain.

Dalam kegiatan pengenalan kerangka pembelajaran ELPSA yang disampaikan oleh Prof. Tom Lowrie dari Charles Sturt University, Australia dan Dr. Sitti Maesuri Patahuddin kerangka pembelajaran ELPSA pertama kali digunakan dalam mendesain pembelajaran matematika Geometri untuk guru Matematika SMP yang gigunakan dalam forum MGMP. Bahan belajar Geometri ini telah diterapkan pada 10 MGMP Kabupaten/Kota dan 3 MGMP sekolah di 5 provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan) pada bulan Januari sampai dengan April 2014.

Pengenalan Kerangka Pembelajaran ELPSA ini bertujuan untuk memberikan wawasan baru atau pandangan baru kepada guru terhadap kerangka pembelajaran yang diberi nama ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols, Application). Beberapa hal yang akan dibahas dan didiskusikan pada materi ini adalah apa itu ELPSA, apa yang melatarbelakangi ELPSA, dan bagaimana ELPSA diterapkan di kelas?.

Pembelajaran ELPSA (Experiences, Language, Picture, Symbol, Application) dikembangkan berdasarkan pada teori pembelajaran konstruktivisme dan bersifat social. Pembelajaran ini memandang bahwa pembelajaran sebagai suatu proses aktif dimana siswa membangun sendiri caranya dan memahami sesuatu melalui proses mandiri dan berinteraksi social dengan siswa lain.  Namun demikian, penting diingat bahwa pembelajaran ELPSA bukan suatu proses linier. Jadi, dengan adanya kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan cara mendesain aktivitas pembelajaran yang bersifat eksplisit.

Program pelatihan ELPSA ini diberikan untuk guru matematika SMP karena berdasarkan penelitian bahwa pada tingkat SMP merupakan masa transisi dan masa penentuan arah siswa kedepannya. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat tinggi antara kesuksesan siswa belajar matematika SMP dengan minat siswa melanjutkan dan mendalami bidang matematika di SMA sehingga fokus program ini untuk materi kelas VII,VIII, dan IX.

Prof. Tom Lowrie menjelaskan bahwa ELPSA tidak terlalu kompleks sehingga mudah dipraktekkan dalam pembelajaran di kelas. Komponen ELPSA tidak harus urut karena bisa saja siswa terlebih dahulu mempunyai pengalaman sehingga komponen pengalaman tidak perlu ada namun harus dipastikan bahwa siswa telah memiliki pengalaman sehingga guru dapat lebih cepat mengarahkan siswa pada komponen selanjutnya. ELPSA bersifat siklus, sehingga setiap komponen saling berhubungan satu sama lain. Misalnya pada pembelajaran persamaan linier, bisa saja kita menerapkan komponen ELPSA secara utuh mulai dari Experiences sampai dengan Application. Namun tidak menutup kemungkinan dalam sebuah materi pelajaran siklus tersebut terjadi berulang-ulang. Dan pada satu pertemuan dapat terjadi hanya beberapa komponen saja. Misalnya hanya Language, Picture, Symbol saja atau Picture, Symbol, Application saja tetapi tidak mungkin terjadi Language, Application.

Desain pembelajaran ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols, Application) dilakukan secara terpadu. Meskipun demikian, kita dapat merancang mulai dari Language terlebih dahulu, kemudian memikirkan bagaimana tentang Picture nanti. Sehingga guru diharapkan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mengandung kelima komponen tersebut secara utuh dalam satu materi pembelajaran.

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran penerapan ELPSA di dalam kelas, guru mengamati tayangan video yang telah disiapkan. Berikut ini hasil pengamatan video:

Experiences (Pengalaman)        : Menghubungkan materi bangun ruang dengan pengalaman siswa yaitu kotak ajaib (televisi) yang menjadikan Norman dan Mbah Marijan terkenal, contoh lain mengeksplorasi hubungan bangun dimensi tiga dengan bangun dimensi dua, mengidentifikasi bangun ruang di lingkungan sekitar, transformasi bangun dimensi tiga ke bangun dimensi dua.

Language (Bahasa)                   : Mengenal istilah-istilah matematika yaitu sisi, diagonal sisi, dan sebagainya. Contoh lain Deskripsi bangun dengan 5 pojok, terminologi matematika, membiasakan bertanya.

Picture (Gambar)                      : Mengenalkan gambar balok dengan model kerangka balok, contoh lain dengan menyiapkan benda kongkrit seperti kaleng permen, bungkus permen mentos, kue coklat berbentuk prisma, membuat model-model kerangka bangun ruang, menggambar bangun ruang.

Symbol (Simbol)                       : Memberikan nama kubus dengan simbol ABCD.EFGH. Contoh lain misalnya gambar permainan rubik diberi symbol.

Application (Aplikasi)               : Mengaplikasikan materi dengan meminta siswa untuk menyebutkan benda di sekitarnya seperti menara, rangka tiang listrik kemudian mengelompokkannya.

Hal terpenting sebagai dasar dalam mendesain sebuah pembelajaran ELPSA yang bermutu adalah penekanan pembelajaran yang mampu menjadikan siswa memahami konsep secara maksimal melalui komponen Symbol meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama. Bahkan Prof mengiabaratkan bahwa dalam membangun sebuah gedung, bagian terpenting adalah pondasi gedung tersebut. Kita tahu bahwa dalam membangun pondasi yang kokoh diperlukan perencanaan dan waktu yang agak lama. Berbeda halnya pada proses pengecatan gedung yang tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat dilakukan berulang kali serta dapat diperbaharui. Namun jika membangun pondasi dilakukan sembarangan tanpa ada konstruksi yang teliti, maka gedung yang dihasilkan akan tidak berkualitas. Begitu juga ketika kita mendesain pembelajaran.

Dalam kegiatan pelatihan akan difokuskan pada desain pembelajaran ELPSA pada 8 materi matematika SMP yaitu Bilangan, Pecahan, Himpunan, Persamaan Linier Satu Variabel, Segitiga, Peluang, Pola Bilangan, dan Persamaan Garis Lurus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun