Oleh: Andika wayan Putra
Judul Buku: Merebut Optimisme HMI dan Masa depan Indonesia. Penulis: M. Arief Rosyid Hasan Penerbit: Jakarta PB HMI Publishing Tebal: xxx+ 188 hlm
Tidak menyangka dan menduga bahwa berawal dari sebuah kumpulan catatan kecil seorang penulis, mampu menghadirkan sebuah karya pemikiran dan gagasan-gagasan besar yang dituangkan dalam bentuk buku yang berlebelkan ISBN. Hal ihwal inipun sangat memberikan kontribusi yang tepat bagi kancah pemuda hari ini, yang sedang berada pada titik kelemahannya, yakni pesimis dan cenderung apatis dengan dunia intelektualnya, khususnya tulis menulis.
Buku yang ditulis oleh Arief Rasyid yang berjudul "Merebut Optimisme HMI dan masa depan Indonesia", yang sedang kita pegang dan dibaca oleh jutaan pembaca ini, di bagian awal buku juga menyoal pentingnya menulis. Penulis juga menyertakan kutipan dari Prof. Taufik Abdullah, bahwa sebuah buku yang hanya berisi kumpulan tulisan sejatinya adalah "non-book book".
Berawal dari kesadaran akan pentingnya dunia ke-literasian, yakni membaca, menulis dan berdiskusi. Sebagaimana agar untuk memantik serta dapat membudayakan tradisi-tradisi intelektualnya. Rosyid dalam bukunya juga mengutip dari Penulis tersohor Pramoedea Ananta Toer,"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah". Dengan menulis inilah cara sederhana untuk merawat akal sekaligus menjadi bukti dari aktivitas kita sebagai intelektual.
***
Tan Malaka menulis, idealisme kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda. Artinya adalah masa depan pemuda di mana ia dituntut untuk selalu mengedepankan intelektualitas dan profesionalitas di dalam pencapaian serta pemenuhan peran dan fungsinya sebagai "agent of change", melalui "man of ideas" dan "man of action".
Sebagaimana jika pemuda intelektual bercibaku dalam pemikiran, ide dan gagasannya. Maka untuk keseimbangannya harus mampu menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk "action" sesuai relevansi jaman. Itulah sebagai bukti keseimbangan intelektualitas dan profesionalitas seorang pemuda.
Dibuktikan melalui tulisan dalam bukunya tersebut, Seorang Ketua Umum PB HMI ini mempunyai kehendak kuat untuk mengaktualisasikan pemikirannya untuk sebuah perubahan, tentunya semua itu sebagian dari ikhtiar di dalam mewujudkan perubahan bagi organisasi dan negara kedepannya. Optimisme dan semangat perubahan inilah acapkali di orasikan di dalam bukunya tersebut.
***
Dalam buku inipun penulis juga mengupas tentang kebangkitan pemuda yang disusupkan dalam judul membaca kembali sumpah pemuda, artinya menyuntikkan kembali semangat pemuda dalam keberanian, kepeloporan, dan kesungguhan hidup berbangsa dalam menemukan relevansi kondisi bangsa hari ini.
Pemuda yang dulu memperjuangkan negaranya dengan semangat imajinya, dengan misi kesatuan dan persatuan bangsa serta memikirkan nasib orang banyak, kini muak dengan kenyataan politik dibayangi pesimisme masal. Tak paham mesti kemana atas keadilan dan kemakmuran. (hal 5).
Ini yang kemudian ditekankan dalam buku yang dituliskan oleh Rosyid, bahwa pemuda hari ini sudah kehilangan orientasi perjuangannya, oleh karenanya dalam kondisi yang seperti ini, pembangunan bagsa harus disertai dengan semangat pemuda hari ini yang tengah sedang memudar. Dalam pencapaiannya pemuda haruslah mengedepankan asas gotong royong dan mempunyai sifat optimisme dan semangat yang menggelora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H