Mohon tunggu...
wayan dinatama
wayan dinatama Mohon Tunggu... Foto/Videografer - roflek

menanam yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas pada Tanaman Kentang

3 Juli 2021   15:50 Diperbarui: 3 Juli 2021   16:20 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari dan berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. 

Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.

Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18.

Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali. Di Indonesia kentang sangat digemari hampir semua orang. Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber karbohidrat yang penting, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah. Karya ilmiah ini mencoba membahas tentang budidaya tanaman kentang di Indonesia.

Produktivitas yang masih sangat rendah karena masih banyak petani yang menggunakan benih lokal atau yang turun menurun sehingga menyebabkan kualitasnya rendah. Benih lokal tidak baik digunakan terus menerus karena jika petani masih menggunakan benih lokal maka hasil yang didapatkan tidak akan bagus dan tidak memiliki kualitas tinggi.  Kualitas yang rendah menyebabkan pemasaran akan terhambat karena kentang yang memiliki kualitas rendah akan cepat membusuk saat dalam perjalanan. Masalah ini bisa diatasi dengan penggunaan benih yang baik.

Sumber daya lahan menjadi permasalahan kedua dalam budidaya kentang. Lahan yang biasanya digunakan untuk bercocok tanam sekarang banyak digunakan untuk pembangunan perumahan dan sebagainya, imbasnya ke petani mereka kehilangan lahan yang biasanya area untuk ditanami tanaman. Lahan yang semakin sempit membuat petani dan mahasiswa - mahasiswa pertanian berpikir untuk membuat terobosan baru untuk budidaya tanaman tetap berjalan walaupun lahan yang terbatas.

Peluang pasar yang terbuka lebar tidak membuat kehidupan petani kentang sejahtera karena di balik peluang besar tersebut ada permasalahan yang membuat petani kentang kesulitan dalam budidaya komoditas kentang. Permasalahan pertama yaitu modal dan kelembagaan banyak petani yang kesusahan mendapatkan modal karena mereka banyak yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Modal dalam usahatani dapat dibantu oleh kelompok tani jika para petani bergabung ke dalam kelembagaan tersebut

Oleh karena itu perlu ada pembenahan terhadap kebijakan perdagangan kentang yang lebih berpihak pada petani kentang. Kebijakan ini juga harus didukung dengan pengawasan serta penegakan hukum secara konsisten untuk mencegah terjadinya kebocoran gula rafinasi ke pasar konsumsi. kentang merupakan salah satu kebutuhan pokok yang penting. petani kentang menyerap tenaga kerja, mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang, dan meningkatkan kesejahteraan. 

Peningkatan jumlah penduduk, menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan tanaman kentang. Dari sisi produksi, menurunnya produktivitas kentang terjadi karena kurang nya lahan dan benih yang di tanam kurang berkualitas. Solusi terhadap masalah yang diformulasikan menggunakan prosedur step/stem. Tahap pertama adalah mencari solusi optimal untuk masing-masing kelompok/tujuan dan tahap kedua adalah tahap negosiasi/kompromi diantara kelompok yang berkepentingan. 

Setelah proses negosiasi, solusi kompromi baru dicari kembali dan selanjutnya dinegosiasikan kembali. Proses ini terus diulang sampai semua pihak sepakat dengan solusi yang diperoleh dan hal ini diharapkan dapat menangkap aspek politik/negosiasi antar pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, hasil solusi jarang disebut sebagai optimal solution, tetapi lebih sesuai disebut compromise atau satisfying solution.

Kebijakan dan program pangan dari masing-masing instansi harus dipersatukan menjadi kebijakan dan program nasional yang sistematis, konsisten dan terpadu. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui kebijakan dan program:

1.investasi pasar
* Menetapkan harga minimum untuk hasil produksi pertanian dalam negeri untuk menjamin kestabilan harga jual komoditas pertanian.
* Menjamin ketersediaan pasar untuk menampung produksi pertanian dalam negeri (antar daerah di seluruh Indonesia).
* Mempromosikan komoditas Indonesia ke negara asing.
* Memberi bea masuk tinggi untuk impor barang yg sama dari luar negeri melindungi komoditas yg diproduksi dalam negeri

2.standarlisasi kualitas sector pertanian
* Revitalisasi Bulog, kampus dan industri sektor pertanian dalam penetapan standar dan pelatihan kepada produsen agar produknya dapat memenuhi standar tersebut
* Insentif terhadap penelitian yang memberi dampak bagi pertanian Indonesia.
* Pelatihan-pelatihan dan sosialisasi penyuluh pertanian yang efektif untuk petani (petani disini termasuk peternak, nelayan, perkebun) melibatkan kampus dan swasta yang terlibat dlm industri ini.

3.Subsidi input pertanian dan lanjutan
* Memberikan subsidi pupuk, alat pertanian, kapal, bibit, obat hewan peliharaan dan memberikan pengawasan terhadap mekanisme pemberian subsidi-subsidi tersebut.
* Insentif untuk swasta atau industri-industri yang mau terlibat misalnya industri input (pupuk, benih) sehingga tercipta harga pupuk yang lebih masuk akal.
* Insentif untuk industri lanjutan (industri pengolahan makanan) untuk mejaga keutuhan mata rantai industri pertanian

4. Infrastruktur
* Menjamin irigasi, jalan dan jembatan serta angkutan gratis/murah untuk distribusi produksi pertanian * Mengembangkan fasilitas pembuangan limbah ternak supaya dapat berdaya guna seperti pupuk kompos dll.

5. Perlindungan terhadap lahan pertanian/kebun
* Insentif berupa keringanan pajak untuk setiap hektar tanah/jumlah peliharaan yang dimiliki

6. Penunjukkan/pembentukan lembaga Keuangan (bank atau asuransi) yang pro-petani
* Pemberian kredit murah (subsidi bunga) untuk petani khususnya petani kecil.

7. Perlindungan terhadap gagal panen/masa paceklik untuk petani
 * Kerja sama dengan lembaga lain seperti BNPB, BMKG dll untuk memitigasi potensi kerugian yang harus ditanggung petani akibat terjadinya bencana alam dan anomali iklim.

Dalam proses peningkatan produksi, selalu beriringan dengan peningkatan jumlah benih yang akan digunakan, hal ini dikarenakan ketersediaan benih yang ada akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan. Ketersediaan benih kentang di Indonesia masih sangat rendah untuk memenuhi kebutuhan benih yang akan digunakan dalam proses produksi kentang. 

ketersediaan benih kentang bermutu di Indonesia pada tahun 2011 hanya mencapai 7,4 % dari kebutuhan 8 140.000 ton/tahun, sehingga berdampak pada rata-rata produksi kentang nasional yang hanya mencapai 12 ton/ha dari potensi hasil 40 ton/ha (Deptan, 2012) Pada tahun 2016, ketersediaan benih kentang bermutu mulai meningkat sebesar 30 %, namun masih belum memenuhi kebutuhan benih kentang sebesar 300.000 ton/tahun.

Indonesia, sebagai negara maritim dan agraris, memiliki kelimpahan sumber daya alam, seharusnya dapat dapat mewujudkan kedaulatan pangan. Indonesia masih bergantung pada impor, petani masih miskin dan banyak usia produktif meninggalkan pertanian. Permasalahan yang terjadi dibagi tiga yaitu pertama aspek geografi, Indonesia berpotensi terkena dampak bencana alam. 

Kedua aspek kebijakan pemerintah, dimana kebijakan pemerintah kurang pro-petani dan ketiga, aspek program pemerintah seperti subsidi baik benih, pupuk dan bunga kredit pertanian yang kurang tepat sasaran, dan target RPJMN yang tidak pernah tercapai. 

Kedaulatan pangan ini mampu tercapai apabila terdapat arah kebijakan yang tegas dan implementasi kebijakan yang tepat dari pemerintah dalam mengatasi permasalahan pertanian baik jangka pendek maupun jangka panjang. Melalui Peningkatan produktivitas pertanian dari sektor hilir, hulu dan jasa penunjangnya, Indonesia bisa mewujudkan kedaulatan pangan, yang merupakan hak setiap warga negara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun