Hal ini tentu berbanding terbalik jika penulis membawa rombongan wisata mengunjungi bandara-bandara di negara-negara lain. Sebut saja di Singapore, Kuala Lumpur, Bangkok, Pattaya bahkan Manila, Hanoi atau Saigon, lokasi parkir bus biasanya terletak kurang dari 50 meter dari pintu kedatangan. Sehingga selepas keluar dari pintu terminal kedatangan, rombongan bisa langsung naik ke atas bus dan memulai perjalanan.
BANDARA SEBAGAI PINTU GERBANG PARIWISATAÂ
Bandara Soekarno-Hatta dan Husein Sastranegara mungkin hanyalah sebuah contoh namun rasanya bisa menjadi gambaran bagaimana buruknya manajemen dan pelayanan yang diberikan oleh bandara di Indonesia. Hal ini tentu menjadi bertentangan dengan semangat pemerintah untuk mendatangkan 20 juta wisatawan asing di tahun 2019. Pariwisata adalah sebuah industri yang sangat sensitif.Â
Pengalaman berwisata tidak dimulai saat wisatawan tiba di hotel atau lokasi wisata. Pengalaman berwisata sesungguhnya sudah dimulai saat wisatawan menjejakkan kaki di bumi pertiwi dan itu adalah bandara sebagai pintu masuk. Bagaimana kita mau mengharapkan untuk wisatawan semakin banyak datang ke Indonesia jika pelayanan di pintu kedatangan saja sudah banyak mengecewakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H