Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Politik" Simbol dalam Kehidupan

2 November 2021   17:53 Diperbarui: 2 November 2021   18:39 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sebenarnya kurang sreg ketika mendengar salam dalam bahasa arab dalam pertemuan yang mayoritas, bahkan 100%, orang Jawa, tanpa menyertakan salam dalam bahasa Jawa. Ini bukan berarti saya anti agama mereka. Tidak sama sekali. Bagi saya, ketika seseorang memilih apa agamanya, itu adalah urusan pribadi.

Yang bagi saya tidak cocok adalah, kita ini kan orang Jawa. Orang tua kita menurunkan budaya adiluhur secara turun temurun, beratus-ratus tahun. 

Dengan tingkat kedalaman filosofi yang luar biasa, yang sebenarnya bisa disejajarkan dengan kedalaman semua agama. (Bukan berarti Kejawen bisa menggantikan Kekristenan atau Islam.) Dengan kondisi seperti itu apakah kita akan melupakan budaya jawa?

Lihatlah nama anak-anak yang terlahir pada era milenium ini. Berapa anak yang Anda kenal bernama Nawang? Padahal, Nawang artinya laki-laki yang bijaksana. 

Berapa anak yang bernama Basuki, padahal Basuki artinya laki-laki yang selamat. Berapa anak yang bernama Riono, padahal Riono berarti laki-laki yang berkemauan. 

Berapa anak yang bernama Sujana, padahal Sujana artinya laki-laki yang pandai. Berapa anak yang bernama Idhang, padahal Idhang artinya laki-laki yang bisa menjadi sandaran. 

Berapa anak yang bernama Sugiman, padahal Sugiman artinya laki-laki yang diharapkan menjadi kaya. Berapa anak yang bernama Suranto, padahal Suranto artinya laki-laki yang diharapkan sukses.

Berapa anak yang bernama Arum, padahal Arum artinya wanita yang diharapkan bisa mengharumkan. Berapa anak yang bernama Isti, padahal Isti artinya wanita yang  diharapkan berbudi baik. 

Berapa anak yang benama Sujita, padahal Sujita artinya perempuan keturunan orang sakti. Berapa anak yang bernama Anindya, padahal Anindya artinya perempuan yang sempurna. (sumber: http://cariartinama.com/arti-nama-dari/orang-jawa.html)

Dalam hidup keseharian, berapa anak (bayi) yang sejak awal diajari kosakata Jawa. Diajari kata "nyuwun" atau "matur nuwun." Setahu saya, kebanyakan bayi sejak awal diajari kosakata Indonesia. 

Terutama mereka yang berpendidikan. Atau barangkali orang tuanya gengsi disebut "Bapak" atau "Simbok" sehingga mereka mengajari kata "Ayah" atau "Ibu."

Tulisan ini saya beri judul ""Politik" Simbol Dalam Kehidupan." Saya melihat, itu semua adalah simbol yang diharapkan dapat meningkatkan "status" orang tuanya. Orang yang menggunakan salam berbahasa Arab berharap dipandang lebih agamis dibanding yang menggunakan salam bahasa Jawa. 

Orang yang menggunakan nama Arab, dan juga nama asing lain, berharap dipandang lebih saleh dibanding yang menggunakan nama Jawa. Padahal ...

Padahal kelak jika budaya Jawa semakin terkikis, orang tua kita akan menyalahkan siapa? Apakah mereka akan menyalahkan leluhurnya? TIdak. Orang tua akan menyalahkan anak-anaknya. Jadi, kenalkan budaya jawa pada keseharian hidup anak-anak Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun