Saat ini adalah era perubahan. Jika Anda jeli dalam mengikuti berita tentang perkembangan peradaban, maka Anda akan bisa melihat bahwa saat ini adalah saat perubahan. Perubahan dari sistem mekanik ke sistem elektronik. Sistem mekanik ditandai dengan hal-hal yang besar. Agar bisa mengerjakan banyak hal, maka mesin-mesin di lantai produksi dibuat yang besar-besar. Lahir juga pesawat Airbus A380 dan Boing 747-8. Kapasitas maksimum kedua pesawat tersebut adalah diatas 700 penumpang (tergantung konfigurasi kelas). Di laut kita mengenal super tanker, dan di daratan Australia dikenal road train.
Era ini adalah era heavy modernity. Dalam era heavy modernity, faktor ruang dan waktu masih menjadi halangan. Karena masih menjadi penghalang, maka orang berlomba untuk memperhitungkannya secara presisi. Prinsip yang dipegang adalah bigger is better, heavier is better. Maka semua keputusan yang diambil harus sangat rasional. Ruang dan waktu adalah faktor yang tidak bisa dimanipulasi. Keduanya adalah kerangka acu yang kaku.
Namun, di sisi lain, juga mulai tumbuh usaha-usaha untuk lepas dari jeratan ruang dan waktu. Perusahaan dengan kapitalisasi yang besar, ternyata tidak selalu membutuhkan gedung markas yang besar. Tidak semua hal harus dimiliki. Jika suatu barang modal harganya mahal, mungkin tidak jika disewa saja? Dan ternyata kemajuan ilmu dan pengetahuan memungkinkan hal ini untuk terjadi. Ruang dan waktu tidak menjadi sesuatu yang mutlak. Apakah bisa sebuah perusahaan yang memproduksi barang tidak harus memiliki lantai produksi? Ternyata bisa.
Maka waktu, yang dulu merupakan harga mutlak, kini menjadi relatif. Waktu, kini dimaknai sebagai lama untuk mengarungi suatu ruang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan banyak hal bisa bergerak lebih cepat. Maka kini, lama tempuh bukanlah isu yang relevan. Ketika banyak hal bisa mengarungi ruang antara titik asal dan titik tujuan dengan lebih cepat, waktu bukan lagi hal yang krusial.
Gagasan soal waktu yang tak lagi relevan ini bukan hanya untuk hal-hal yang terkait dengan sistem produksi, namun juga soal cara hidup. Ketika tujuan bisa diraih dengan lebih mudah, karena uang atau koncoisme, maka proses menjadi tak lagi relevan. Siapa punya uang, siapa punya relasi, dia akan bisa mencapai tujuan dengan lebih cepat.
Namun, ini semua bukanlah kabar yang menggembirakan. Milan Kundera, novelis dari Cekoslowakia, menulis bahwa menjadi sesuatu yang paling ringan (Unbearable Lightness of Being) adalah tragedi pada jaman modern. Sementara itu Italo Calvino, jurnalis dan novelis dari Itali, menulis bahwa dengan menjadi ringan dan cepat maka akan menjadi karakter yang benar-benar bebas. Namun kebebasan ini bisa menjadi tragedi bagi yang lain. Sosiolog Michel Crozier berpendapat bahwa orang-orang yang bergerak tanpa mau dikekang, sedang selayaknya perilaku setiap orang dibatasi, akan menyebabkan yang lainnya terkekang. Karena kebebasan bagi orang pertama adalah penyebab utama ketidak bebasan orang kedua.
Jadi, meski kita bergerak ke arah yang lebih baik, namun nampaknya masih banyak PR yang harus dikerjakan.
(Terima kasih untuk Zygmunt Bauman)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H