Mohon tunggu...
Wawan Kurnia
Wawan Kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Karena hidup adalah karunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama: Kerja Sama Tuhan dan Manusia

3 Agustus 2010   15:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:20 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

*** *** ***

Pada intinya, berinteraksi dengan agama tidak dapat melupakan pikiran manusia. Sesederhana apapun keterlibataan pikiran hendaknya tidak membuat kita lupa akan kenyataan ini. Terlebih, hal-hal rumit yang menuntut keterlibatan pikiran yang tidak sederhana. Hal semacam ini tidak dapat diabaikan, sebab memang demikianlah watak dari hampir setiap agama yang ada.

Barangkali, memang terlalu muluk-muluk menuntut agama menjelaskan sedetail mungkin bagaimana ajarannya dipahami dan dipraktikkan dalam panjang dan rumitnya sejarah kehidupan manusia. Agama yang semacam ini pastilah akan mempunyai kitab suci berjilid-jilid dan, barangkali, menyulitkan para pemeluknya dalam mendalami kitab-kitab itu.

Jika demikian halnya, maka seyogyanya agama dihadapi apa adanya, berikut konsekwensi logis dari yang seadanya itu, yakni keterlibatan pikiran dalam memahami dan menafsirkan ajaran agama. Sekaligus, dengan demikian, agama, baik dalam ajaran maupun praktik, adalah hasil "kerja sama" antara wahyu Tuhan dengan pikiran manusia.

*** *** ***

Penyelidikan sederhana di atas belumlah menengok produk manusia dalam memahami "dunia dan isinya". Peradaban manusia sejak dahulu kala telah melahirkan berbagai produk yang kaya dan, tidak jarang, cukup rumit. Filsafat, politik, sastra, seni, budaya, sains, dsb, adalah bidang-bidang yang lahir dari interaksi manusia dengan dunianya. Mengamati hal ini terdapat pertanyaan yang cukup menarik dan rumit, bagaimana agama mesti berinteraksi dengan segala bidang itu? Adakah ia mesti menjadi "hakim" yang superior yang berhak membuat aturan bersama dan mengarahkan semua produk itu? Apakah semua produk itu mestilah "ditaklukkan" di bawah "hegemoni" agama?

Pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja mesti dijawab dengan sebijaksana mungkin oleh kalangan agamawan. Bagaimanapun, harus diakui kenyataan bahwa teori-teori dari berbagai produk itu telah ikut serta menanamkan pengaruhnya dalam menyusun kehidupan manusia, hal mana yang turut diusahakan pula oleh agama, bedanya, agama sedari awal berasal dari kekuatan di luar manusia. Penulis akan coba menuangkan gagasan mengenai hal ini dalam tulisan yang lain. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun