Mohon tunggu...
Wawan Rhee
Wawan Rhee Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Gardapati Link

Berbagi Celoteh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PHK, Begini Solusinya di Era New Normal

25 Juni 2020   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2020   14:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
APD BUATAN UMKM KUDUS: Sejumlah penjahit menyelesaikan produksi alat pelindung diri di UKM Az Zahra Desa Loram Wetan Jati Kudus ini mampu dan sehari mampu membuat dua ratus unit pakaian. (DONNY SETYAWAN/Radar Kudus)

Mereka yang sejak dulu bersikap eksplorasi selalu menemukan ide baru agar tetap settle. Mereka mampu membaca situasi seperti pandemi seperti sekarang. Pasar memang mengalami penurunan daya beli yang cukup signifikan. Tapi diantaranya ada permintaan yang cukup tinggi. Sebut saja kebutuhan masker, Alat Pelindung Diri (APD) dan alat kesehatan lainnya yang mengalami lonjakan harga yang tak wajar dan langka.

Ia merespon permintaan pasar dengan memproduksi masker non medis custom berbahan kain. Produk ini menjadi pilihan di tengah meroketnya harga masker yang dulunya dibandrol seharga Rp 25 ribu per box naik hingga Rp 300 ribu rupiah.

Produk masker handmade ini selain murah punya kualitas baik, juga ekonomis karena bisa dicuci hingga dapat dipakai berulang kali. Bahannya pun bermacam-macam, ada kain drill, spunbond dan scuba yang didesain unik dan lucu.

Konon kabarnya, masker pabrikan yang ditimbun orang tidak bertanggung jawab itu akhirnya menurunkan harga jual karena sudah tak lagi dilirik masyarakat. Belum lagi, banyak dermawan yang memborong masker produksi rumahan itu untuk dibagikan secara gratis.

Tak hanya masker, ada pula yang menjahit setelan hazmat, baju pelengkap APD yang digunakan tenaga medis saat merawat pasien terinfeksi corona. Termasuk face shield yang biasa dijumpai toko-toko alat kesehatan juga bisa diproduksi skala UMKM.

Tukang pangkas rambut keliling mulai bermunculan. Bagi mereka yang tidak bisa memangkas rambut di salon dan barbershop, hair stylist mobile menjadi alternatif. Untuk urusan model potongan rambut tak kalah keren, meski mereka bekerja dengan standar protokol kesehatan menggunakan APD.

Masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan baru lahir di tengah keterpurukan ekonomi yang disebabkan krisis kesehatan global. Tentu pekerjaan itu lahir dari mereka yang bermindset eksplorasi, bukan eksploitasi.

Hanya mereka yang mau berpikir dan berusaha bisa tetap eksis di situasi seperti sekarang. Sementara yang setia dengan pilihan eksploitasi hanya bisa pasrah menunggu situasi berubah normal. Dan kita tahu bersama kondisinya seperti apa di kekinian.

Banyak orang besar lahir dari keterpurukan. Sebut saja Sandiaga Salahuddin Uno yang kini menjadi pengusaha hebat di negeri ini. Siapa sangka dulunya ia pernah menjalani pahitnya kehidupan karena di-PHK perusahaannya saat krisis moneter melanda 1998 silam.

Pandemi ini adalah ujian. Ketidakpastian termasuk bagiannya. Dirumahkan hingga di-PHK hanya bagian dari proses hidup. Tinggal pilih mau menjalani setelahnya seperti apa. Mengubah tatanan baru dengan new normal ala eksplorasi atau "dieksploitasi" corona effect. Monggo dipilih. (*)

Tulisan sudah pernah dimuat di Bonepos.com Minggu, 14 Juni 2020 - 11:11 WITA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun