Mohon tunggu...
Wawan Rhee
Wawan Rhee Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Gardapati Link

Berbagi Celoteh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PHK, Begini Solusinya di Era New Normal

25 Juni 2020   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2020   14:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
APD BUATAN UMKM KUDUS: Sejumlah penjahit menyelesaikan produksi alat pelindung diri di UKM Az Zahra Desa Loram Wetan Jati Kudus ini mampu dan sehari mampu membuat dua ratus unit pakaian. (DONNY SETYAWAN/Radar Kudus)

Berbeda dengan golongan eksploitasi. mereka berada pada level nyaman dan datar-datar saja. Personal seperti ini berhadapan dengan situasi yang serba pasti dan dapat diprediksi.

Eksploitasi ini yang kemudian mengambil manfaat dari pencarian melalui proses eksplorasi. Hasil yang diperoleh terukur. Misalnya hasil pengeboran minyak dimana cadangan yang dikandung bisa diperhitungkan. Kandungan minyaknya bisa dimanfaatkan sepuluh atau dua puluh tahun. Atau bahkan bisa lebih lama lagi hingga 50 tahun.

Tapi sumber daya apa pun itu juga pasti akan berkurang dan habis. Jika tetap seperti itu tanpa ada perubahan, dan masa telah berakhir. Ya wassalam, selesai.

New Normal Mengembalikan Karakter Warisan Nenek Moyang

Saya berpandangan, era new normal adalah situasi yang memaksakan kita mengembalikan pola pikir manusia yang sebagaimana mestinya. Era, dimana etos dan prinsip kerja kita kembali pada karakteristik eksplorasi. Sebagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan akal pikiran serta insting.

Bukankah ribuan tahun silam manusia hidup dengan cara berburu. Manusia kala itu memperoleh makanan dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan makanan yang tersedia dari alam. Mereka juga hidup dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Itu dilakukan guna menemukan lingkungan baru yang menjamin ketersediaan pangan.

Pola kehidupan yang tidak datar-datar saja sebagai cerminan karakter eksplorasi. Dan, era new normal ingin mengembalikan tatanan hidup seperti itu. Bukan peradabannya, melainkan cara hidup eksplorasi yang jauh lebih modern dan relevan di kekinian. 

Kenyamanan dalam situasi normal "meruntuhkan" karakter eksplorasi yang sudah diwariskan nenek moyang kita. Semua dijalani dengan statis seolah jalan cerita kehidupan selalu mulus tanpa goncangan. Itulah merubah karakter kita menjadi manusia eksploitasi, jika sudah merasa nyaman, ya sudah cukup.

Sejak beberapa tahun terakhir harusnya kita sudah bisa membaca gejala-gejala perubahan itu. Disruption misalnya, yang seharusnya memberikan pelajaran baru tentang hal yang usang dan tidak lagi relevan akhirnya game over. Sebut saja taksi konvensional harus dipaksa menyerah dengan kehadiran aplikasi seperti Uber, Grab dan Gojek.

Saudara-saudara korban PHK, saatnya untuk bangkit dan berhenti menjadi melankolis. Dengan semangat hidup warisan nenek moyang kita, mari kita ubah mindset kita dengan melakukan pencarian sumber kehidupan baru dengan membaca situasi, merencanakan kemudian melakukan eksekusi.

Sudah tidak jamannya bersikap eksploitasi, karena ketidakpastian tak lagi berkompromi dengan sikap seperti itu. New normal menyuruh kita untuk kembali membuka lembaran baru, entah kembali menjadi tenaga kerja atau malah naik level menjadi self employed.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun