Naya terbangun dari tidurnya.
Hari itu, langit di ufuk timur memancarkan warna jingga yang menyala, seperti api yang sedang marak membakar semangat alam. Angin sepoi-sepoi mengelus wajah desa kecil di lereng gunung itu, membawa aroma segar dari bunga liar yang mekar di ladang. Di tengah kedamaian pagi itu, seorang gadis bernamaNaya, seorang anak petani berusia dua belas tahun, selalu terpesona oleh keajaiban alam di sekitarnya. Namun, pagi itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang magis di udara, seolah-olah alam semesta sedang berbisik lembut kepadanya. Ia segera bangkit dari ranjang anyaman bambu, mengenakan selendang merah pemberian neneknya, dan berlari ke luar rumah.
Di luar, Naya disambut oleh hamparan embun yang mengilap di atas dedaunan. Di kejauhan, puncak gunung Agung tampak seperti raksasa yang sedang tertidur. Naya memutuskan untuk berjalan menuju hutan kecil di belakang rumahnya, tempat ia sering bermain dan berimajinasi.
Saat melangkah masuk ke dalam hutan, Naya merasakan sesuatu yang aneh. Suara gemerisik daun dan kicauan burung terdengar lebih nyaring, seolah-olah alam sedang berbicara langsung kepadanya. Ia terus berjalan, mengikuti aliran sungai kecil yang jernih, hingga tiba di sebuah pohon besar yang menjulang tinggi. Pohon itu adalah tempat favorit Naya, karena menurut cerita neneknya, pohon itu telah ada selama ratusan tahun dan menyimpan banyak rahasia.
Naya duduk di bawah pohon dan menutup matanya, mencoba merasakan energi yang mengalir di sekitarnya. Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut yang tidak asing baginya.
"Naya, apakah kamu bisa mendengarku?"
Naya membuka matanya dan melihat seekor burung kecil berwarna biru terang, dengan mata yang berkilau seperti berlian. Burung itu hinggap di dahan pohon, tepat di hadapannya.
"Aku bisa mendengarmu," jawab Naya dengan takjub. "Siapa kamu?"
"Aku adalah Elara, penjaga hutan ini," jawab burung itu. "Hari ini adalah hari istimewa, karena kamu telah dipilih untuk melihat keajaiban yang tersembunyi di pagi hari ini."
Naya merasa hatinya berdebar. Ia selalu percaya pada cerita-cerita ajaib yang diceritakan neneknya, tetapi mengalami keajaiban itu sendiri adalah sesuatu yang belum pernah ia bayangkan.
"Ikuti aku," kata Elara sambil terbang rendah, mengarahkan Naya untuk mengikuti jalur setapak yang berkelok-kelok di antara pepohonan.
Naya mengikuti Elara dengan hati-hati, melewati semak-semak dan melompati batu-batu kecil. Setiap langkahnya terasa seperti petualangan baru. Setelah berjalan beberapa menit, mereka tiba di sebuah tempat terbuka yang dikelilingi oleh bunga-bunga liar yang berwarna-warni. Di tengah tempat itu, ada sebuah danau kecil dengan air yang bening seperti kristal.
"Ini adalah Danau Keajaiban," kata Elara. "Hanya mereka yang memiliki hati murni dan jiwa yang penuh rasa ingin tahu yang bisa menemukannya."
Naya mendekati danau itu dengan rasa kagum. Ia bisa melihat bayangannya sendiri di permukaan air yang tenang, tetapi bayangan itu tidak hanya menampilkan dirinya sendiri. Di sana, ia melihat gambaran dunia lain, penuh dengan makhluk ajaib dan pemandangan yang luar biasa indah.
"Tetaplah melihat ke dalam danau, Naya," kata Elara. "Dan kau akan melihat keajaiban yang sebenarnya."
Naya menuruti perkataan Elara dan terus memandangi permukaan air. Perlahan, bayangan di dalam danau berubah, menunjukkan sebuah desa yang mirip dengan desanya, tetapi dengan warna yang lebih cerah dan kehidupan yang lebih riang. Ia melihat orang-orang yang tersenyum, anak-anak yang bermain dengan gembira, dan tanaman yang tumbuh subur dengan warna-warna yang lebih tajam.
"Ini adalah cerminan dari dunia kita, dunia yang bisa kita ciptakan jika kita menjaga alam dan hidup dengan harmoni," kata Elara. "Keajaiban ini adalah pengingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik."
Air mata mengalir di pipi Naya. Ia merasa tersentuh oleh visi yang ia lihat. Ia menyadari bahwa keajaiban di pagi hari ini bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang tanggung jawab yang ia miliki sebagai bagian dari alam itu sendiri.
"Terima kasih, Elara," kata Naya dengan suara bergetar. "Aku berjanji akan melakukan yang terbaik untuk menjaga keindahan ini."
Elara tersenyum dan terbang mendekati Naya. "Aku tahu kamu bisa melakukannya. Keajaiban sejati terletak di dalam hati yang peduli dan tangan yang bekerja keras."
Dengan kata-kata itu, Elara terbang tinggi, menghilang di antara pepohonan. Naya tetap berdiri di tepi danau, merasakan kedamaian yang dalam dan semangat baru yang menyala di dalam dirinya.
Saat matahari semakin tinggi, Naya berjalan kembali ke desanya, membawa serta keajaiban pagi itu dalam hatinya. Ia tahu bahwa mulai hari itu, ia akan menjadi penjaga keajaiban, memastikan bahwa dunia di sekitarnya tetap indah dan penuh dengan harapan.
Pagi itu, di sebuah desa kecil di lereng gunung, seorang gadis menemukan keajaiban yang mengubah hidupnya selamanya. Dan di setiap langkahnya, alam berbisik lembut, mengingatkan bahwa keajaiban sejati selalu ada bagi mereka yang percaya dan berani bermimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H