Mohon tunggu...
Wawan Pkb
Wawan Pkb Mohon Tunggu... Administrasi - Staf karyawan

https://www.kompasiana.com/wawanpkb7432

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Tepi Kota

22 Juni 2024   16:30 Diperbarui: 22 Juni 2024   16:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi matahari terbenam (pixabay.com/dexmac)

Hari itu, Laila merasa jenuh dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Dia memutuskan untuk melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kota dengan mengunjungi kafe baru di tepi kota, yang terkenal dengan pemandangan senjanya yang memukau. Ketika dia sampai, dia memilih tempat duduk dekat jendela besar yang menghadap langsung ke arah matahari terbenam. Dengan secangkir kopi di tangan, dia membiarkan pikirannya melayang jauh, mengenang masa lalu.

Laila duduk termenung, menikmati secangkir kopi dan tenggelam dalam nostalgia. Di tengah lamunan, sebuah suara yang familiar menyapanya, "Maaf, apakah kursi ini kosong?"

Laila menoleh, terkejut melihat wajah Raka, teman masa kecilnya yang telah lama tak dijumpainya. “Raka? Tidak mungkin! Apa kabar?” tanyanya, masih tak percaya dengan pertemuan ini.

Raka tersenyum hangat. "Laila, aku juga tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Boleh aku duduk?"

Mereka duduk dan mulai mengobrol. Cerita-cerita lama tentang masa kecil mereka, permainan yang mereka mainkan, dan kenangan-kenangan indah yang mereka bagi bersama kembali diingat. Raka menceritakan petualangannya sebagai fotografer keliling dunia, sementara Laila berbagi tentang pekerjaannya di sebuah perusahaan teknologi. Percakapan mereka mengalir tanpa henti, seolah-olah waktu tidak pernah memisahkan mereka.

“Bagaimana bisa kita tidak pernah bertemu selama ini?” tanya Laila, masih terpesona dengan kebetulan ini.


“Entahlah,” jawab Raka sambil tersenyum. “Mungkin takdir baru memutuskan bahwa ini saatnya kita bertemu lagi.”

Pertemuan ini membawa Laila pada refleksi mendalam. Dia menyadari bahwa dalam kesibukannya mengejar karir, dia telah melupakan banyak hal yang dulu membuatnya bahagia. Kenangan-kenangan masa kecil bersama Raka adalah bagian dari dirinya yang telah lama terabaikan. Percakapan mereka mengingatkan Laila akan mimpi-mimpi lamanya, keinginan-keinginan yang terkubur oleh tuntutan hidup.

Setelah beberapa jam berbicara, Raka mengeluarkan kamera dari tasnya. “Aku punya ide,” katanya. “Bagaimana kalau kita mengabadikan momen ini? Siapa tahu, ini bisa menjadi awal dari sesuatu yang baru.”

Mereka keluar dari kafe dan berjalan ke tepi pantai. Senja yang memerah menjadi latar belakang sempurna untuk foto-foto mereka. Raka dengan lihai mengarahkan Laila, memotret dengan penuh semangat. Laila merasakan kebebasan yang telah lama hilang dari hidupnya. Ketika Raka menunjukkan hasil jepretannya, Laila tersenyum lebar. Dia melihat dirinya yang bahagia, sesuatu yang jarang dia rasakan akhir-akhir ini.

“Laila, aku punya proyek baru. Aku akan menjelajahi beberapa tempat eksotis untuk pameran foto berikutnya. Mau ikut?” tawar Raka tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun