(dari belakang panggung)
Soleh....
Seperti namanya.
Dia anak yang soleh.
Dia alim,
taat beragama
dan diapun berangan angan .....
Mati ... masuk surga.
Tetapi Tuhan berkata :
Aku tidak mengenal kamu
Enyahlah engkau daripada Ku!
Solehpun terkejut..
Badannya gemetar.
Tubuhnya menggigil.
Matanya molotot .... memerah .....
Dia marah.
Dia protes.
Dia menggugat Tuhan.
Dan jonggring saloka pun geger....
JAGAT DEWO BATORO!!!
dayuuuuuun
Â
(memasuki panggung dan monolog dimulai)
Â
Aku tahu kamu datang ke sini,
untuk menggugat keputusanku.
Aku juga tahu,
kamu tidak terima di vonis masuk neraka......
Tetapi le...
Sebelum, kamu lanjutkan gugatanmu ...
Dengarkan dahulu cerita Ku.
Le....
Kamu ini, sebenarnya orang yang bejo kemayangan.
Ibarat dalam dunia pernikahan,
kamu .... yang cuma anake si sastro boyo itu,
elek.. mlarat... mendem wedokan maneh,
mendapat istri,.. si ida yang cantik jelita,
bin sugih mblegendu....
Tapi istrimu purik !!
Pulang ke rumah orang tuanya...
Dan ironisnya lagi ...
Cilakanya lagi kamu biarkan istrimu itu purik....
Gara gara kamu kelihatannya,
sibuk menyembah Tuhan
Le....
Aku sebenarnya,
sudah memberikan surga bagimu.
Tetapi le !
Kamu lebih takut masuk neraka.
Dan aku juga tahu,
kamu banyak menghabiskan waktumu,
untuk menyembah Ku.
Namun ...le
Aku ini bukan raja yang gila hormat,
raja yang gila sembah.
Le....
Kamu ini …. melupakan,
esensi ibadah yang sejati,
yaitu menghadirkan Allah di bumi,
dan menyatakan kasih kepada sesama.
Ingat le...ingat ...
Ketakutanmu masuk neraka,
telah membuat kasihmu menjadi mandul,
dingin, bahkan lenyap tak berbekas
Kamu hanya diam.
Kamu tidak peduli.
Kamu sibuk dengan dirimu sendiri.
Yang penting aku baik,
yang penting aku tidak bercacat,
yang penting aku tidak berdosa,
yang penting aku masuk surga!
Surganya siapa le...
Le ...
Kalau terhadap keluargamu saja,
kamu kurang perhatian,
bagaimana kamu,
akan memperhatikan tetangga?
Atau pernahkah kamu,
berbagi oleh oleh dengan mereka?
Pernahkah kamu,
berdoa buat mereka?
Jangan-jangan....
Jangankan memperhatikan le...
kenal saja? Mungkin ... tidak.
Bahkan, tersenyumpun, kamu juga terpaksa!
Apalagi bicara kegiatan rt ...
Wong kegiatan rt saja,
kamu tidak pernah hadir
Jadi bagaimana kamu bisa berpikir akan membangun negara?
Ingat le...
Kamu itu melihat terlalu jauh.
Namun apa yang di depan matamu,
justru tidak kelihatan.
Kamu mendapat banyak berita.
Namun apa yang di depanmu,
tidak kamu dengar.
Kamu juga berpikir terlalu besar.
Namun kamu justru,
tidak melakukan apa apa.
Lihatlah negaramu, lihatlah bangsamu.
Lihatlah indonesia!
Bangsa yang besar.
Bangsa yang merdeka karena usaha nya sendiri.
Bangsa yang gemah ripah loh jinawi.
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Sekarang!!!!
Memprihatinkan!!!
Itu karena kamu ..le . karena salahmu ....
le....
Marilah sekali lagi kita lihat
Peta indonesia ... bangsa indonesia
Marilah kita sekali lagi dengarkan
Jeritan bangsa kita
Rasakan panggilannya.
Rasakan panggilan untuk mu pribadi,
bagi bangsa indonesia.
Ungkapkan dalam 1 atau 2 kalimat.
Sudah saatnya kita bertindak!
Sudah saatnya kita berkarya!
Janganlah kita menafsirkan kekudusan secara egois,
bukankan seharusnya kita bisa menguduskan sekeliling kita.
Dan, janganlah kita menafsirkan surga secara egois,
bukankah keluarga, tetangga kita, teman kerja kita merupakan tempat kita berbagi surga di bumi.
Mungkin kita tidak harus jadi ahok,
Tapi bisa jadi ketua rt
Dayun......
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H