Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Sampireun"

7 Mei 2024   16:38 Diperbarui: 7 Mei 2024   17:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sampireun

 

Ada yang berbeda dengan keberangkatanku kali ini, apa nya...? Ya, tidak seperti biasanya aja, "emang..!", "terus kenapa", "engga sih", "aku seneng aja", "ohh" jawabku, "kirain kamu ga suka" , "engga lah, aku suka banget ko". "Awas jangan baper ah", "aku..?", "ya iya kamu", "oh..tidak Rikaaaa....hehehe", kataku sambil tertawa, "udah ah". Lagian kamu sih, sambil merebahkan tubuhnya ke jok mobil dipinggirku, sedikit manja. Semerbak minyak wangi pun menyeruak menusuk hidungku.

Wisataku ke kota intan berjalan mulus, sesuai agenda yang telah dirancang, aku sangat menikmati perjalanan panjang ini bersamamu, ngobrol tentang kisah kita. Ya, tentu tentang kita, lantas tentang siapa lagi...? kisah dulu dan kini yang masih bersemi. Entah mau dibawa kemana...?. Penuh harap.

 Momen ini menjadi istimewa, karena aku dan kamu bisa menikmati akhir pekan bersama, sebelumnya jangan harap, sibuk dengan aktifitas masing-masing. Aku dengan sedikit kesibukanku, jarang punya waktu untuk langsung menemuimu di Jakarta, komunikasi hanya lewat media, "maafkan aku". Saling percaya adalah kunci dari segalanya.

Tepat di hari Ahad, di Stone Caffe kota kembang saat aku kali pertama mengenali dirimu dulu, dan aku masih tercatat sebagai mahasiswa di salah satu Universitas di kota kembang. kini satu tahun sudah berlalu, tak terasa. Ternyata ada hobi yang sama, hobi yang tidak biasanya dialami kebanyakan kaum hawa, sepertimu. Kopi, Buku, hikking dan treveling. Intensitas kah yang menyatukan kita...? Aku tak yakin itu, atau hobi itu..? ya mungkin barangkali, yang jelas aku dan kamu sudah mengikat rasa yang sama.

Perjalanan dari Jakarta menuju sampireun kurang lebih sepanjang 205.2 KM atau sekitar 3 jam 43 menit jika menempuh menggunakan jalan Tol Cipularang, untuk sedikit mempercepat perjalanan, hanya saja ketika pintu keluar tol Cileunyi sedikit terhambat apalagi sekarang sedang ada proyek pembangunan Playover, kemudian ditambah jalur Cipacing Rancaekek yang sering diterjang macet yang mengular karena di situ merupakan kawasan pabrik, tapi bagiku ini perjalanan terindah selama aku dan kamu memadu kisah dan kasih. 

Saat sampai di sampireun tujuanku, sekitar pukul tujuh  malam, udaranya cukup sejuk, angin meniup wajahku, aku mulai meneguk suasana indah disini, suasana yang tak pernah aku temui di wilayahku, karena gerah oleh hawa kawasan pabrik yang begitu menjamur. Temaram lampu menghiasi dan menambah indahnya alam garut.

Aku segera pesan tempat penginapan, kamarnya yang ini mas, di sebelah kanan saya, kata pemandu, "oke", kataku, "ko satu..?" "lo, emang berapa mas"...? Dua lah, aku dan dia, aku sambil menunjuk, harus kamar yang berbeda, kenapa...? Ya, karena aku dan dia belum sah, jawabku singkat. Oh..kirain...."oh, ya mba nya yang ini tepat di depan saya, "itu bukan...? sambil menunjuk. Ya. betul yang itu mba.

Kemudian aku bergegas menuju kamar yang dipesan tadi untuk menyimpan barang bawaan perlengkapan, demikian dengannya juga menuju kamar yang dipesannya itu. "Oke, kalau dirasa sudah beres-beres nanti aku tunggu kamu di depan ya, iya jawabnya singkat.

Sebelum aku merebahkan tubuhku di pembaringan, dikamar yang telah aku pesan tadi, sambil menunggu Nita, aku duduk di kursi didepan, kursi yang berbahan dasar bambo, dikasih ornamen-ornamen sehingga makin antik, menjadikan aku sangat menikmati suasana malam itu sambil memandang riaknya air tertiup angin malam.

Suasana itu membantu membuyarkan segala penat yang menggelayut dan riuhnya ibu kota dari berbagai aktifitas. Di meja telah sedia kopi yang masih mengepul kopi liong kesukaanku, tujuh potong goreng singkong mentega ikut menemani, makanan alami yang menjadi kesukaanku, lalu rokok cigarillos pun tak pernah ketinggalan hadir, lengkap sudah pikirku.

Dinginya angin malam mulai meraksuki tubuhku. Ku coba usir hawa itu dengan segera menghisap sebatang rokok cigarillos, beberapa kali, sambil ku teguk air kopi yang masih mengepul itu, asap rokok mulai membungbung tinggi menepis dinginnya malam. "Hai"...Nita datang menyapaku, "kau sudah beres..?,tanyaku "sudah lah", "bagus" selorohku. "Duduk" kataku.

Aku mulai ngobrol soal kerjaan masing-masing sambil melepas kangen, sekian lama tersita oleh kerja. Aku hari ini ada di sampireun bersama kamu, meluangkan waktu berakhir pekan jauh-jauh kesini, ingat..! bukan untuk mengumbar hasrat dan melakukan hal bodoh yang tercela itu, terdorong rasa penasaran, mengecap manisnya sesaat. Tidak, tidak, sekali lagi tidak. Sebajingan-bajingannya aku tak mungkin melakukan hal keji itu. Tegasku. Kamu percaya soal ini...?, eehmm...!"aku sangat percaya". "Ok, kalau begitu.!"

Ya, aku kesini, sengaja mengajakmu, selain untuk mengusir penat beban kerja yang terus menumpuk, ada hal lain yang ingin aku sampaikan padamu, kenapa harus disini...? Tanyaku, "Aku pikir ini tempat yang paling romantis", "Ah gombal", Tentang apa...? "tentang kita, ya tentang kita, tentang hubungan kita, tentang rasa itu". aku ingin malam ini menjadi saksi, aku sesekali sambil menoleh wajahnya yang tersorot lampu malam, rona wajah yang anggun memesona. 

Lantas....?

Ya, aku ingin ada pasti dari janji kita itu, tidak mengambang tanpa arah, bukannya aku tak percaya, hanya ingin meneguhkan kesekian kalinya, agar aku tenang, "it's oke" timpalnya, kalau begitu jawab pertanyaanku, "apa, yang mana...?" apakah kau sepenuh hati menjalani ini semua, apa hanya mainan belaka, untuk mengusir sepi dirimu...?, "aku sepenuh hati" katamu. "ada paksaan kah...?" "Tidak", Benar...? "ya, aku katakan apa adanya, ok, kalau begitu, aku yakin sekarang.

Tidak selarut ini, biasanya aku serius bersamamu, tak terasa hampir jam 2 dini hari, aku baru selesai ngobrol  menyusun asa berdua, kemudian aku langsung menuju kamar untuk melanjutkan istirahat, tidurku cukup pulas malam ini, begitupun dengan Nita menuju kamarnya juga.  Esok pagi, menjadi hari yang sangat cerah sekali bagi aku dan Nita.

Saat menunggu detik-detik itu. Ya hari itu, menjadi hari yang sedikit menegangkan, karena hari yang akan jadi sejarah dalam hidup aku dan kamu. Asa untuk melepas segala yang terhalang, dengan ikrar di depan dua saksi menghalalkan segalanya. Samudera bahagia sedang aku teguk indah bersama dirimu, ya dirimu, bukan yang lain, kapanpun, dimanapun, aku akan setia padamu, "catat itu janjiku", Aku bahagia sekali, bagaimana denganmu...? Aku yakin, kamu juga.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun