Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hatiku Ditawan Senyuman

14 April 2024   15:28 Diperbarui: 14 April 2024   15:40 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya pindah rumah Nov, "apakah hatimu juga pindah mas?", mendapat pertanyaan itu saya agak kelabakan menjawab, "ko Novia seperti itu pertanyaannya" Novia hanya tersenyum, seolah menggoda.

"Kamu maafkan kan mas?" lanjut Novia dengan santainya, saya terdiam tak menjawab, eh mas kamu ko melamun, eng..enggak ko Nov, saya mengalihkan persoalan. Saya belum bisa menjawab hanya diam.

Atas permohonan maaf dan rasa terimakasihku, bagaimana kalau kita makan siang bersama, novia menawarkan, gimana?, lanjutnya. saya hanya menganggukan kepala tanda setuju, seolah terhipnotis menuruti saja ajakan Novia.

Semenjak petemuan itu saya jadi lebih intens menjalin komunikasi sama Novia, dari pertemuan itu kembali menumbuhkan bunga-bunga liar yang seolah telah menemukan tempatnya berlabuh.  

Tak pernah terbersit dalam angan, kalau dari menolong kejadian kecelekaan itu suatu hari Tuhan ternyata menakdirkan kita bersatu merajut mahligai dan membangun asa bersama, semua itu tak pernah terbayang apalagi ada dalam programku.

Setinggi apapun standar kita tentang calon pasangan hidup, suatu hari nanti ternyata akan kalah saat kita jatuh cinta dengan seseorang dan itu terjadi tanpa alasan, seperti yang saya alami kini, karena cinta datang tanpa paksaan dari pihak manapun, mengalir bagai air.

Bila pada saat kejadian kecelekaan keluarganya mencaci maki saya habis-habisan lain halnya pada kesempatan ini semua keluarganya sepakat menyetujui kami menyatukan niat bersama. 

Serasa berada dalam sebuah cerita di sinetron semua telah tertulis, memang demikian hidup, kita hanya menjalani skenarionya, tak mampu berbuat apa-apa, gerakpun karena di gerakan, pun demikian hidup itupun karena di hidupkan. Jadi tidak ada yang mesti kita banggakan!, segala romantisme dalam hidup yang kita rasakan ini pada dasarnya hanya untuk menguji sejauh mana dan sekuat mana tingkat keimanan kita dalam menghadapainya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun