Hatiku ditawan senyuman
Â
Buuggg......Braakkkkk...suaranya begitu keras terdengar, saya yang duduk diteras depan rumah, sedang melepas penat sambil menikmati semilir angin menjelang malam, sayup-sayup dikejauhan terdengar kumandang suara adzan Isya, pertanda waktu shalat Isya sudah tiba, aku duduk ditemani pisang goreng hangat, sebatang rokok serta segelas kopi hitam panas begitu terperanjat kaget "suara apa ituuu"...bibirku spontan berucap, lalu mencari dimana sumber suara itu berasal.Â
Aku yang sedang duduk, langsung bergegas menuju lokasi kejadian, awalnya hanya untuk melihat saja, orang-orang dari berbagai penjuru mata angin pada datang ke lokasi kejadian, "apa yang sedang terjadi?", ternyata sudah tergeletak seorang wanita, dan tak seorangpun menghampiri apalagi menolongnya, saya seolah tergerak langsung menuju korban, dan membawanya kebahu jalan ditempat yang saya anggap aman untuk memastikan korban apakah masih hidup atau tidak, saya coba raba lengan kanannya ternyata denyut nadinya masih terasa bergetar, "oh masih hidup", bisikku.
Kejadian itu ternyata adalah awal saya mengenali dirinya, wanita perparas  cantik, berbadan tinggi, bertubuh semampai dan sedikit padat berisi, wanita itu baru saja mengalami kecelakaan, tepat di samping rumahku, motornya tersenggol sebuah mobil yang melaju kencang dari arah yang berlawanan, supir mobil sudah tahu menabrak bukannya berhenti memberikan pertolongan, malah kabur tancap gas enggak mau bertanggung jawab atas perbuatannya.Â
Melihat kondisi korban yang tak sadarkan diri saya tak berfikir panjang lalu membawanya ke klinik terdekat untuk di periksa dan berobat dari segala sakit yang menimpanya. Ada-ada saja ternyata "Klinik Waluya" tak sanggup menangani korban karena keterbatasan alat dan dokter jaga sedang cuti tidak ada ditempat, hingga merujuknya ke RSUD Sentosa, tak menunggu waktu saya bergegas membawa korban dengan menggunakan mobil pribadi. Sedangkan motor yang ditumpangi korban sekarang sudah diamankan oleh pihak kepolisian setempat. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
@@@
Â
Beberapa jam setelah di Rumah Sakit korban mulai siuman, sambil mengerang menahan sakit yang menimpanya. "Ahhh"...sergerahnya. "Auwwww"...terus mengerang kesakitan. "Dimana aku", dengan terbata dan suara perlahan agak parau "tanyanya". Perlahan mata terbuka, "di RS. Sentosa" jawab dokter Beti, mbak tenang aja dulu yah, "nanti tim kami akan periksa dan berikan pengobatan terbaik buat mbak ya" lanjutnya, korban yang berbaring kepalanya sedikit bergerak sebagai tanda setuju.
Saya mencoba ikut menenangkan "tenang saja mbak", "mas ini siapa?" balik bertanya, "saya yang tadi membawa mbak dari tempat kecelakaan ke RS ini", sambil tersenyum, "oh ia" dengan suara agak berat tak jelas dan terputus, hanya gerakan bibirnya yang bisa diterka maksudnya itu, Senyuman tulus yang mampu menahan hati ini dipenjaranya.
"Pasien tabrak lari ini siapa namanya", dokter Husni yang baru datang ke ruangan menanyakan identitas korban, tak ada yang menjawab, karena semua sedang fokus pada kerjaannya masing-masing. "Abang suaminya...?" sergah dokter Husni Tawainela, sedikit membuyarkan lamunanku, saya yang sedang berdiri mematung di pinggir korban, tersentak kaget, spontan menjawab "buk..bukk...bukaan dok", Â saya agak gugup, "oh, kirain abang suaminya". Kenapa bapak ada disini, saudaranya atau siapanya?, "saya yang menolongnya dok", jawab saya singkat. 'ohh"...timpal dokter Husni.