Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sehari Bersamamu

3 Maret 2024   15:02 Diperbarui: 3 Maret 2024   15:05 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terbangun kembali, kali ini oleh suara bising telepon dipinggirku, awalnya aku tak peduli, lama-lama, ini orang suaranya makin kencang aja, bisikku. Aku sedikit kesal, mau mendambrat orang itu, tapi ku tahan, sudah gak sopan menggangu kebebasan orang lain aja, gerutuku, Aku masih diamkan, selintas aku mencoba menoleh ke arahnya, namun terhalang oleh masker yang menutupi sebagian wajahnya itu, aku jadi menerka-nerka, ni orang, siapa ya...?, perasaan aku kenal, pernah ketemu, dimana ya..? jadi sedikit penasaran, pikirku. Udah ah, aku gak peduli, pikiranku meracau.

Selain terganggu suara telepon tadi, sebenarnya perut ku juga memanggil-manggil untuk di isi. tak tahan dengan kondisi ini, aku memesan makanan pada pelayan, segalas coffe dan juga roti. Tak lama sudah diantar tepat dimeja dihadapanku, Aku mulai membuka maskerku untuk menikmati secangkir coffe yang masih mengepul itu.

Orang yang disampingku, membuka maskernya juga, untuk meneguk air mineral yang dibawanya, seolah ada yang menyuruh, aku jadi menoleh untuk kali kedua, pas melihat wajahnya, betapa terperanjatnya aku, sedikit melongo, tak percaya, bibirku refleks, sul...suliiis kan...? Aku agak ragu, apalagi yang ditanya seakan mengujiku, tak menjawab..! sambil mengerutkan dahinya.

Namun, kontak retina tak terelakan, sedikit keheranan, dia pun menyimpan kagetnya bukan main, eh, kamu, kamu Raehan kan..? balik bertanya. Meyakinkannya, Sulis adalah teman sekolahku waktu SD, sekaligus tetanggaku dulu, hanya terhalang 5 rumah dari rumahku, namun semenjak neneknya wafat, sulis dan keluarganya pindah ke daerah Garut, waktu itu, aku dan Sulis baru kelas 5 SD. Kini setelah 12 tahun, waktu mempertemukan aku lagi, dimana aku baru saja menamatkan S 1 di Jurusan Teknik Bangunan.

Bisa ketemu disini ya...?, bisa bareng dan tepat ada disampingku.  Entahlah, sungguh aku tak tahu, tak direncanakan, penuh misteri, tak bisa kita prediksi, dan ini jarang terjadi. Ungkapku.

 Pukul 09.30, Desember 2002

Selama di kereta, aku ngobrol ngalor ngidul bersama Sulis, tak terasa sampai juga di stasiun Gambir, "Re, kalau kita sudah beres dengan urusan masing-masing, kita jalan dulu yu", ajak Sulis, "Ya, boleh" "hanya untuk melepas kangen juga berakhir pekan, aja Re". Sulis seolah tak yakin Raehan akan datang. Menegaskan untuk kali kedua, "Re, kalau sudah beres dari urusanmu, kita keliling ya dan terakhir di Le Bridge Ancol, untuk menikmati desiran ombak juga sunset", untuk meyakinkan, Raehan hanya mengangguk setuju.

Bergegas dari kereta, aku tak membuang waktu, melanjutkan perjalanan menepati janji, menemui rekan-rekan bisnisku di lobi hotel, dua jam, aku baru kelar dari segala urusanku itu. Beres dari kegiatan itu, aku langsung menemui Sulis ditempat yang telah dijanjikan.

Re, "lo kemana, rusuh amat"..tanya Tio padaku, "ia nih biasanya juga kongkow dulu", sahut Arman, "gak, gak ada apa-apa, aku ada urusan dulu bentar", jawabku, "tumben" Tio seolah tak yakin, bener nih, lanjut Fadlan. "Ia aku serius", timpal ku. Oke ya, aku cabut dulu nih, sambungku, iya-iya jawab semua. Dengan tatapan sedikit sangsi dan penuh heran.  

Pukul 14.20, Desember 2002

Mengitari Kota Tua, dan destinasi lainnya, kemudian mencicipi kerak telor juga gado-gado Mpok Atun, bersamamu, membuat aku lupa segala urusan yang menyita pikiranku. Padahal aku baru hari ini ketemu Sulis lagi, tapi kenapa serasa udah sering, seakrab, sedekat ini, Seperti kedekatan dan kebersamaan kita dengan Tuhan, yang tidak bisa terpisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun