Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Salah Kita

28 Februari 2024   13:47 Diperbarui: 28 Februari 2024   13:50 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 syair lagu diatas sangat sederhana namun mengandung makna begitu dalam yang perlu kita renungkan. Agar rasa syukur selalu ada dalam hati, ucap dan sikap kita.

Jalinan kasih yang semula begitu indah, menawan dan juga semakin mekar, harus layu di terjang angin puting beliung yang begitu menggoncang dan memporak-porandakan hingga luluh lantak setiap sisinya. Terkulai lemas tak berdaya. Aku sama sekali tak menyangka akan hal ini, tapi apa daya semua terjadi.

@@@

Aku coba bertahan dari segalanya, "demi siapa?", bukan demi harta dan kedudukan tak pernah terpikir olehku, kalau hari ini aku masih bertahan hanya karena kemewahan yang fatamorgana dan sementara itu. Tidak sama sekali, bukan hal itu yang membuat aku masih bertahan dalam zona neraka ini, orang anggap aku berada dalam kubangan surga, nyatanya seolah di neraka, dimana aku sangat tersiksa dan sangat tidak berharga berada di dalamnya, tercampakan dan terhinakan. Sangat terhinakan.

"Bagiku lebih baik berada di dalam neraka, tapi mengasyikan dari pada berada di dalam syurga, tapi semua menawarkan racun bagiku, itu sangat tidak aku harapkan.  

"Lantas, apa yang membuat dirimu bertahan", lanjut Nura. Anak-anaklah yang membuat aku terus bertahan walau kadang aku sudah lelah tak sanggup lagi hadapi ini semua. Tapi aku tak peduli itu. Kadang kaki sudah terkoyak tak mampu untuk menopang semua beban kehidupan ini.  

Sayang segenap usahaku tak berarti, tetap saja pada akhirnya harus menuai pil pahit dalam lembaran hidup ini yaitu pisah, kata-kata yang sangat aku benci sebenarnya dan Tuhanpun sangat membenci sekalipun tidak mengharamkannya, tapi hari ini ternyata aku hadapi dan alami, begitu Tria terisak panjang sekali menumpahkan segala mumetnya pikiran dan galaunya rasa yang menghimpit hari-hari dalam hidupnya.

Sekarang hanya tinggal kenangan yang teronggok, antara aku dan kamu. Ya masa itu kuburlah dalam-dalam di ingatan dan hatimu, akupun demikian, sekalipun antara aku dan kamu pernah merasakan hal yang sama bahkan merajutnya dan telah berbuah, sudahlah itu cerita karam jangan terulang oleh anak kita dan jangan dikenang pula, terlalu pahit untuk kita kenang bahkan di ingat pun jangan, aku sangat tak mengharapkannya.

Ini semua untuk menjadikan kita dewasa, tentu dalam segala hal, baik sikap atau berfikir dan bernalar.

Aku tak membayangkan jalan berliku, terjal, licin berkata lain tentang rajutan kisah kita.

Menahan rasa kekecewaan yang sangat dalam, saat bibir terkunci kelu maka air mata mewakili rasa yang bergemuruh tak tertahan terus saja mengalir dikedua pipi, mengalir deras seolah menjadi aliran sungai. Aku coba mengalihkan persoalan yang sedang dihadapi dengan Rizal mantan suamiku, pada Nura Mahalia, "salam pada teman-teman kita ya", ucapku lirih, Nura berkaca-kaca "ia". menjawab singkat bibirnya seolah berat berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun