Benih itu masih ada!
Â
"Nun, mau kemana?", Tanyaku pada Nuni, ia hanya memicingkan matanya, "ah, kamu kepo", jawabnya ketus, "oh, ko begitu sih", jawabku sambil tersenyum, lalu Nuni menimpali, "nanti aku kasih tahu ya" katanya sambil berlalu dan sedikit berlari agak tergesa-gesa seolah ada yang hendak di selesaikannya, "Ok" jawabku singkat, "kamu pulangnya gak bareng aku", "enggak" singkat, "aku ada yang jemput", katanya. Aku dan Nuni sudah lama berkawan semenjak perkenalan pada acara OSPEK Mahasiswa baru di kampus.
Sejak kejadian itu, kurang lebih sudah 3 hari ini aku tak ketemu dengannya, tiga hari bagiku waktu itu serasa tiga bulan, "kemana ia ya?", tanya dalam benakku, lamunanku melayang ke angkasa, "kenapa aku harus secemas ini?" aku coba buang jauh rasa itu.
Kuliah tak masuk, ia menghilang entah kemana, Hand Phone-nya tak aktif, aku susul ke kostan-nya tidak ada, aku tanya keteman-temannya enggak satupun yang tahu keberadaannya, aku menjadi khawatir dibuatnya gundah dan semakin tak tenang, perasaanku menerka-nerka apa sebenar yang terjadi?. "Ah, sudahlah" bisik hatiku, lagian dia bukan siapa-siapanya aku, ngapain aku harus cemas dan khawatir, ia hanya teman tak lebih "hanya teman" aku berusaha menegaskan kesekian kalinya dan berusaha menekan untuk menetralkan hati.
Bagaimana aku tak cemas, aku sudah tiga tahun berkawan, "sangat dekat dengannya namun tak pernah ada kesepakatan atau kata cinta yang terucap, seolah hubungan tanpa status, status tanpa hubungan, teman tapi mesra", begitu kira-kira. Suka duka di bagi bersama, berangkat kekampus bareng, pulangpun demikian, kadang aku harus mengunggu sampai ia beres kuliahnya. Ya kadang aku jail padanya, Nuni juga kadang jail padaku, ketika aku berada dalam kesusahan Nuni yang mampu memberikan solusi atas masalah yang dihadapi, maka ketika Nuni menghilang kenangan itu muncul menghiasi lamunan panjangku dan aku rindukan itu semua.
Ditengah hati yang terus bertanya-tanya, aku ketemu Nuni dalam keadaan lusuh, muka pucat, bibir kering, entah apa yang telah terjadi padanya, aku tak banyak bertanya, hanya diam membisu, tak ada sepatah katapun, apalagi obrolan yang seperti biasa ketika bertemu yang ada saja bahasannya, aku larut dalam keadaaan itu, terdiam.
Tanpa kata Nuni merangkulku dan menangis sejadi-jadinya, seolah memberitahu dan ingin menumpahkan segala keluh kesah yang dialaminya sekarang ini, aku semakin bingung, "ada apa?" tanya dalam hati. Aku diamkan saja ia nangis dipundakku, agar segala bebannya terurai bersama menetesnya air mata yang terus membanjiri pundakku, "biarlah aku jadi sandaran saat ia berada dikubangan masalah". gumamku .
Nuni sampai sekarang masih saja bungkam soal masalah yang dialaminya, aku tentu tak berhak masuk ke ranah priviasi apalagi memaksanya untuk berterus terang menceritakan semua, karena aku juga tahu diri.
Seiring berjalannya waktu, informasi aku dapatkan dari temen dekatnya itupun sedikit aku paksa untuk berterus terang, "Gea" seakan ragu untuk menyampaikan itu padaku, namun ia mulai menceritakan semua bahwa orangtuanya melarang Nuni berdekatan dengan diriku, tentu tanpa penjelasan yang rincipun aku sudah dapat menebak kearah mana tujuan tersebut. Aku sudah dapat tafsirkan sendiri. "Makasih ge, ucapku singkat pada Gea.
@@@