@@@
Â
"Ya sudah kalau itu inginmu", timpalku dengan nada agak serius, Hakim  hanya diam membisu tak bergerak kaku mematung tepat didepanku.
"Maafkan aku mas", ucapku lirih,
"Aku tak akan larutkan diriku dalam hal apapun", lanjutku.
Sekalipun dirimu memohon, aku tak mungkin bisa melakukannya lagi, cukup sampai disini dan cukup aku yang mengalami. Jangan sampai hal ini terjadi dan melanda yang lain, karena belum tentu mereka mampu memahami serta mau memaafkan. Bagiku ini adalah pelajaran yang berarti, walau pahit. Hakim hanya menatapku.
Maafkan aku Mas bila masuk terlalu jauh dalam hidupmu, aku tak berniat apa-apa
dari yang aku lakukan, aku hanya ingin melihatmu bahagia, hanya itu tidak lebih, memudahkan dan memberikan kabar baik padamu, karena sebelumnya juga aku lakukan demikian, tak masalah dan tak dipermasalahkan.
@@@
Kalau selama ini ada asumsi dan penilian lain soal diriku, silahkan itu hak kamu Mas, aku tak mungkin melarangmu dan memberikan pembenaran serta penjelasan bahwa aku ini orang baik tanpa cela, sangat tidak mungkin aku lakukan dan aku sadari bahwa aku tidak sesempurna Khadijah al-kubro, sesuci Aisyah ar-ridho, dan sebaik Fatimah Az-zahra, justru aku hanya perempuan biasa yang banyak kekurangan dan khilapnya dan masih jauh dari kata sempurna.
Lantas sepatal apa kesalahan yang pernah aku lakukan, hingga dirimu begitu muak Mas, serendah apakah sikap dan sebrutal apa bahasa yang aku gunakan, hingga dirimu begitu membenciku dalam sisa hidupmu itu.Â