Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Blogger

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hatiku Masih Untukmu

22 Januari 2024   15:17 Diperbarui: 22 Januari 2024   15:19 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 hatiku masih untukmu

"Aku mau nanya sama kamu Ndra", Leli mengawali pembicaraan, baru saja mau dijawab, leli melanjutkan kata-katanya, "jawab dengan jujur ya"! agak ketus,

"nanya soal apa?", jawab Andra dengan santainya, sambil menengok kearah Leli dan tangannya secepat kilat menyambar kopi hangat yang telah di sediakan dimeja tamu tepat dihadapannya.

 Leli malah terdiam, seolah mencari-cari kata yang telah disusun jauh sebelum bertemu dengan Andra, seakan ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, "hai"...Andra membuyarkan imajinasinya yang melayang-layang, "mau nanya apa?", Leli sedikit kaget lalu menjawab dengan nada agak blepotan, "menurut kam..kamuu Ndra, kira-kira kalau perempuan itu sukanya apa ya?".

Diberi pertanyaan itu, dahi Andra sedikit berkerut, "apa yaa"? Ko nanya yang begituan, tapi Andra sambil berfikir juga agak mendalam, lalu melanjutkan bicara, sesekali sambil meneguk kopi, menurutku, Ya kalau perempuan itu sukanya paling Coklat hangat, "yang lain?" tanya Leli, es Cream, "terus ?", Leli seolah tak yakin, "jalan-jalan", ada yang lain?, "belanja", apa lagi? "Perhiasan", yang lain?, hanya itu!, ada lagi gak?, Leli seakan penasaran. Karena jawaban dari Andra rupanya tidak sesuai ekspektasinya. "Ya, yang aku tahu tuh, ya hanya itu", tidak ada lagi. Benar nih, Leli makin menantang.

 Yang barusan kamu bilang itu, sebagian besar perempuan memang suka itu sih, tapi jauh lebih perempuan sukai adalah kepastian Ndra, jangan  pernah menggantung perasaan seseorang, "baju saja kalau lama digantung bisa hilang, apalagi perasaan perempuan Ndra", seperti dirimu yang tak memberikan kepastian pada Nita, sampai hari ini tak jelas kan?, "lho, ko jadi ke sana arahnya", jawab Andra sambil tersenyum. "Ya iyalah", Nita itu kan sahabat aku Ndra, aku tak tak tega melihat sahabat sendiri disiksa perasaannya.   

 "Apanya yang tak jelas"?..Andra sedikit meninggi, Leli tak memberi kesempatan Andra membela diri "apalagi di tinggal pergi tak berkabar, itu sangat menyesakan dada, dunia ini dirasa seakan kiamat", lanjut Leli, "karena mencintai tanpa memiliki sepenuhnya adalah luka". Ingat itu Ndra, tegas Leli.  

@@@

"Kamu masih cinta kan sama Nita?", tanya Leli, Andra hanya diam dan agak salah tingkah, kamu jangan bohongin dirimu sendiri Ndra, bibirmu terkunci rapat bilang tidak, hatimu masih bilang iya kan?, gak apa-apa ko, aku paham, aku juga pernah mengalami dan berada dalam posisi yang sama, seperti yang kamu alami ini, nyaris serupa. 

 Kalau masih cinta, beri Nita kepastian, jangan sampai dia menunggu sesuatu yang tak pasti karena itu melelahkan dan sangat menyakitkan Ndra.

Kamu juga jangan egois, Leli masih terus saja ceramahin Andra, "kamu bisa gak sih bersikap tegas?", "Aku yakin Nita juga masih menantimu dan masih sayang sama kamu lho!", saling memaafkan jauh lebih indah, buang semua dendam kesumat yang ada dalam dada, penyakit hati ini sangat berbahaya, menggerogoti semua amal baik yang telah kamu perbuat, dan bisa membutakan mata hatimu.    

 Udahlah jangan merasa diri paling benar, sekarang tinggal bagaimana saling introsfeksi diri saja masing-masing, aku pikir selesai kan gak ada masalah, yang jadi masalah itu kamu enggak mau saling mengalah dan memaafkan, nah itu yang membuat semuanya semakin larut dalam masalah, mau selamanya seperti ini, "gak nyaman kan?".

 Aku gak mau melihat sahabatku tersiksa oleh keadaan seperti ini Ndra, Andra hanya diam, tak bicara seolah dia menerima apa yang disampaikan semua oleh leli. Kalau Nita itu bukan sahabatku, mungkin aku tak sepeduli ini, karena dia sahabatku maka aku tak bisa diam. Camkan itu Ndra.

Semakin aku melupakan Nita, semakin tersiksa rasa dan ragaku ini, seakan ada yang hilang dari separuh jiwaku, keegoanlah yang menghalangiku, aku juga sadar itu, pungkas Andra, Leli hanya mengangguk-angguk.

 @@@

"Jangan salahkan kopi yang dingin, karena dia pernah hangat, namun kamu diamkan"

Dengan berat akhirnya Andra sampaikan juga pada Nita, "apa sih ah, aku gak paham" jawab Nita. "Iya, aku tuh sepenuhnya mencintaimu, kenapa kamu cuekin aku Nit"?, ah enggak, kamunya aja yang baperan. 

"Jangan meminta lebih dari apa yang aku tak mampu wujudkan itu, jangan kau bebani pikiran  dan hatiku, hanya untuk memenuhi apa yang menjadi keinginanmu", ungkap Andra.

"Aku tidak memintamu lebih dari apa yang kamu punya Ndra, aku hanya ingin dirimu selalu ada disetiap hela nafasku". Hanya itu, jawab Nita.

 Jangan pernah meragukan itu semua, soal tingginya rasaku padamu selama ini, sampai kapanpun engkau segalanya bagiku. Aku akan ada disaat dirimu susah, gundah dan masalah, dalam keadaan apapun aku selalu berada disampingmu, mendampingi, mengiringi dan menuju  apa yang menjadi mimpimu, semua kita wujudkan bersama "karena aku masih mencintaimu Nit".

@@@

 "Aku tidak mau kehilanganmu lagi" Ndra, cukup sekali dirimu tinggalkan aku", Nita begitu cemas. Jangan ada pemisah diantara kita, apapun itu,  terpisahkan jarak dan waktu, tak sanggup aku lewati semua, bagiku seakan kehidupan ini terhenti, "semoga Tuhan takdirkan kita bersama, hanya maut yang sanggup pisahkan kita, pinta Nita penuh harap. Andra hanya menatapnya dan mengaminkan semua doa yang keluar dari bibir Nita.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun