Sungguh, aku sangat mencintaimu!Â
Dirimu telah titipkan luka lewat kata, pelan namun sangat menusuk, bila aku memang bersalah padamu? Apa salahku? Sefatal apa salahku padamu hingga dirimu menutup pintu itu begitu rapat.
Coba sampaikan salahku itu, semua bisa diselesaikan, setiap masalah pasti ada solusinya,
Hera masih saja bungkam,
"Kenapa Her?" tanyaku, jangan bikin aku semakin bersalah dengan keadaan ini, bila aku bersalah, tunjukan dimana salahku?, biar aku bisa mengoreksinya.
Hera, masih terdiam, keadaan ini membuatku semakin terpojok.
aku yang di anggap salah oleh dirimu, padahal untaian kata terus saja mengalir dari bibir dan permohonan maaf sudah aku sampaikan beribu kali, namun dirimu tetap dengan pendirianmu, tak lagi mau menoleh apalagi memaafkanku, apakah dirimu tak pernah bersalah dan membuat aku terluka?
"Hera, masih saja mematung"
Keegoisanlah yang telah menutup mata hatimu, sebenarnya dirimu pun sama telah membuat hatiku terluka dan berkeping, sekalipun luka itu berbekas aku coba maafkan dan simpan semua kesalahmu itu.
Apa kerana tingginya rasaku padamu?, aku juga tak tahu, seakan luka itu sudah tak berasa lagi, apa karena rasa itu sudah melekat dan melebur dengan luka hingga menjelma menjadi satu, jadi yang ada hanya satu rasa yaitu "sayang" tidak ada rasa yang lain lagi.