Salah satu kearifan lokal warisan dari simbah-simbah / leluhur, yakni bahwa kita sedang menjalani lebaran Kupat Idul Fitri 1444H. Bodo, dari bahasa arab ba'da berarti setelah/ setelah selesai. Yakni selesai dari menjalankan ibadah puasa ramadhan. Sedangkan Kupat ini bukan hanya lezat secara dzahir, tetapi memiliki nilai simbolik yakni:
- Waktu & Tempat
- Ngaku lepat
- Laku papat
Pertama, Pertama, Kupat adalah "keadaan waktu dan tempat" yang bermakna, bertaqwa-lah manusia dalam keadaan waktu dan tempat di manapun dan sepanjang hayat.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa. (QS Albaqarah 183)
Dalam ayat berpuasa tersebut tujuannya jelas, agar manusia senantiasa bertaqwa. Bertaqwa di sini dimaknai dalam waktu kapanpun dan di manapun. Jangan hanya di pengajian saja bertaqwa, ketika di luar pengajian juga terus dipakai ketaqwaanya, bukan dilupakan.
Kedua, ngaku lepat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini memiliki dimensi hablum minallah dan hablum minannas. Kepada Allah swt, kita berharap ampunanNya, karena merugi seseorang yang apabila ramadhan telah berlalu, tetapi ampunan Allah swt tidak didapatkannya, berdasarkan hadits,
Rasulullah SAW bersabda: "Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan sholawat kepadaku. Dan celakalah seseorang, bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan. Dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya)." (HR. at-Tirmidzi)
Semoga kita, mendapatkan kesempurnaan barokah ramadhan, dan mendapat ampunan Allah swt. Amiin Allahumma Aamiin.
Kedua, secara horizontal / hablum minannaas, kita juga ngaku lepat kepada sesama manusia, terlebih masih ada ikatan saudara. Maka dalam tradisi syawalan, sebagai suatu fasilitasi agar semua anggota trah bisa ngaku lepat bersama-sama. Sehingga tunailah kebutuhan kita untuk mendapatkan ampunanNYa dan mendapatkan maaf dan ridho dan orangtua, saudara, dan manusia pada umumnya. Aamiin.
Sehingga Aksi Tindak Lanjut, pasca Ramadhan, yakni kita merawat ketaqwaan kepada Allah swt agar -istiqomah hingga husnul khotimah, kita jalani dengan bahagia, mengingat kita sama-sama sudah plong, saling memaafkan.
Makna, kupat yang ketiga adalah laku papat atau perilaku yang empat. Yakni lebaran : pintu ampunan terbuka, luberan: senang melimpahi, leburan: melebur dosa, dan laburan : menyucikan diri.
Lebaran bermakna selesai. Kata itu menandai berakhirnya puasa selama satu bulan penuh. Berasal dari lebar, artinya lapang dadanya, zakat fitrahnya terbayar, dan pintu ampunan terbuka lebar.
Leburan bermakna melebur. Kata itu menjadi penyejuk bahwa dosa-dosa manusia selama ramadhan luluh di hadapan Allah SWT. Ini juga menjadi makna dari saling silang maaf antara dari kita. Mohon maaf lahir dan batin, jiwa dan raga, hingga asa dan rasa.
Luberan bermakna melimpah. Berasal dari kata luber artinya melimpah. Dalam artinya, kita melimpahkan rasa maaf kita kepada orang yang memohon maaf, dan begitupun sebaliknya. Luberan juga merupakan simbol sedekah yang mewujud dari zakat, infaq, shadaqah, serta hadiah.
Laburan bermakna pemutihan diri. Kata Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah putih, biasa dipakai untuk air, dan ini saat nya momen untuk pemutihan diri. Maknanya agar manusia menjaga kesucian lahir dan batin dalam dirinya di hari yang Fitri. Setelah mendapat ampunan Allah dan permaafan dari sesama manusia, hendaklah tidak dikotori dengan kemaksiyatan dan dosa, yakni kita merawat kebersihan jiwa dan harta dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah swt.
Sebagaimana kesimpulan ibadah puasa pada surat Albaqarah ayat 188.
Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Albaqarah 188)
Keberhasilan ibadah puasa, adalah ketika kita benar-benar super hati-hati dari harta haram baik secara dzat maupun prosesnya (lighairi dzatihi). Karena dosa/ makanan yang haram ketika dimakan atau diberikan kepada keluarga, dapat menyengsarakan kita di dunia hingga akhirat.Â
Cukuplah kisah Nabi adam as, ketika memakan buah larangan/ buah khuldi, langsung dihukum oleh Allah dengan 3 hal, dipisahkan dengan keluarga (istrinya selama puluhan tahun), dikeluarkan dari surga yang penuh kenikmatan, dan dibuka aurat/ aibnya. Naudzubillah min dzalik.
Pada Lebaran Kupat kali ini, kita mendapatkan bonus tambahan yakni liburan. Oleh karena itu, marilah kita jalin terus silaturahmi dengan penuh kekerabatan, juga selamat menikmati liburan dengan santun di Yogyakarta yang berhati nyaman.
Jamuan staf, menu ala presiden, makannya duren, lalapnya tomat.Â
Mohon maaf lahir dan bathin, cukup sekian dan tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H