Mohon tunggu...
Wawan Fun Tahsin
Wawan Fun Tahsin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuluh Agama Islam KUA Mlati

Pria yang sehari-hari ditugaskan memberi penyuluhan Agama ini, prihatin dengan semakin tingginya keretakan rumah tangga. Melalui kompasiana ia ingin berbagi tentang serba-serbi pembelajaran hidup khususnya yang menyangkut kerumahtanggaan

Selanjutnya

Tutup

Parenting

3 Tahapan Kepemimpinan

23 September 2022   21:29 Diperbarui: 23 September 2022   21:37 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Sejak kecil saya dibiasakan membaca doa setelah sholat yakni rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a'yun, waja'alnaa lil muttaqiinaa imamaa. Yang terjemah bebasnya Ya Tuhan, saya mohon pasangan yang membahagiakan, dan anak keturunan (anak, cucu, buyut, canggah, wareng, udeg-udeg, gantung siwur, debog bosok, dst sampai hari kiamat) yang ndemenakake / membuat enak dipandang dan terpandang, serta jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Aamiin.

Ketika remaja, dan tahu artinya. Saya jarang semakin semangat dan boleh dikata tidak pernah meninggalkan doa tersebut. Ketika dewasa dan menikah barulah terasa kenapa doa itu memang harus dipanjatkan sejak masih belia. 

Memulai dengan Tujuan Akhir, begitulah seven habits atau eight habits mendoktrin. Doa ini ditutup dengan permohonan yang sangat tinggi, menjadi pemimpin bagi orang bertaqwa. 

Sedangkan untuk menjadi berarti kita harus punya prestasi/keunggulan. Menjadi orang yang bertaqwa saja sudah sebuah anugerah yang luarbiasa. Apalagi menjadi pemimpin bagi orang yang bertaqwa. 

Wah, amazing, itu artinya amalan kita lebih prestatif dari orang bertaqwa kebanuakan, baik dari sisi lahiriah seperti bacaan alqurannya, perform sholat berjamah lima waktunya, sedekahnya, berbakti pada orangtua, membayar zakat dan seterusnya; maupun dari sisi bathiniahnya lebih khusyuk, lebih ikhlas, sabar dan penuh syukur. 

Sebelum jauh kepemimpinan bagi orang yang bertaqwa itu, ternyata didahului dari kesiapan kita di internal rumah tangga. Yakni menjadi dan memiliki pasangan yang saling membahagiakan, dalam pemenuhan naflah lahir maupun bathin. 

Setelah berhasil menyatukan visi dengan pasangan, dilanjutkan untuk mewariskan anak keturunan yang menjadi penerus kebaikan yang kita rintis. Berbagai program kebaikan (rahmatan lil 'alamin), yang telah disepakati bersama pasangan tahap demi tahap dilaksanakan dengan baik. 

Bila telah ditakdirkan amanah berupa anak, maka selain mencukupi kebutuhan fisiknya setiap orangtua hendaknya menyiapkan anak hntuk menjadi penerus kontribusinya bagi alam semesta. 

Libatkan anak-anak sejak masih balita berpartisipasi dalam berbagai proyek kebaikan yang kita rintis. Sehingga ke depan ketika saatnya berperan, anak-anak kita sudah tidak canggung lagi untuk kontributif terhadap lingkungan dimana ia tinggal. 

Maka nikmat mana lagikah yang (akan) Engkau dustakan? Ketika pasangan sebagai jalan kebahagiaan dan anak sebagai penerus amal jariyah dan ilmu manfaat kita. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun