Kita tinggalkan dulu sejenak tentang masalah selir, perselingkuhan Permaisuri Inge dengan Romano, dan percintrongan antara Putri Febbie dengan Pangeran Jengkol yang pacarannya selalu dibawah eh di tepi jembatan.
Marilah kita lihat kehidupan Negeri Ngotjoleria yang lain, tepatnya di Alun-alun Negeri Ngotjoleria, Berkumpul empat orang ksatria yang sakti mandraguna dari berbagai negara diantaranya dari Negara Pegunungan Lentera, Negara Keresahan, Negara Meongngotjoleria, dan ksatia dari Negeri Ngotjoleria sendiri sebagai tuan rumah. Meraka bermaksud untuk adu kesaktian.
Keempat Ksatria tersebut mempunyai kebanggaan diri yang sangat besar, ya tidak heran mereka menginginkan dengan kesaktian yang mereka milik Nama negaranya terangkat dan disegani oleh negara lain.
Giliran pertama jatuh pada Ksatria dari Pegeunungan Lentera, dia mengeluarkan busur dan anak panah. “Lihatlah kesaktian dari negara kami”, demikian kata Ksatria dari Pegunungan Lentera, kemudian dia membidik ayam yang jaraknya 2 km,. Sungguh ajaib begitu anak panah terlepas dari busurnya, anak panah tersebut jumlahnya semakin banyak menjadi puluhan buah dan masing-masing tepat mengenai ayam yang jaraknya 2 km. Setelah memperlihatkan kebolehannya Kastria tersebut melirik pada ke 3 rivalnya, “Itulah kemampuan dari negara kami, hampir semua rakyat negara kami mempunyai keahlian seperti ini”, maka riuh rendahlah tepuk tangan dari penonton terutama dari rakyat negara Pulai Lentera.
Giliran kedua jatuh pada ksatria dari Negara keresahan, dia menggunakan pedangnya untuk memperlihatkan kesaktiannya, “Lihatlah baik-baik kesaktian dari Negara Keresahan”, sambil berkata demikian dia menebaskan pedangnya satu kali, sungguh ajaib tiba-tiba puluhan durian jatuh dari pohonnya, tanpa menjatuhkan selembar daun pun. “Itulah kesaktian dari negara kami, di negara kami anak kecilpun bisa melakukannya!”, setelah berkata demikian ksatria dari Negara keresahan kembali ke tempatnya semula. maka riuh rendahlah tepuk tangan dari penonton mengagumi ilmu pedang dari Negara Keresahan
Giliran ketiga dari Negara Meongngotjoleria, dia maju dengan gagahnya sambil membawa sebatang tombak, “Sebelumnya saya minta kalian jangan kaget, terutama dari penonton untuk melihat kebolehan saya yang tidak seberapa ini” demikian kata ksatria ini merendah sambil melemparkan tombak kontanya ke arah puncak gunung yang jaraknya 5 km, begitu mengena ke puncak gunung, tiba-tiba terdengarlah suara yang menggelegar, puncak gunung hancur. Karena kagetnya banyak penonton yang terkencing-kencing dibuatnya. “Lihatlah, akibat dari kesaktian saya para penonton sampai terkencing-kencing dibuatnya” kata ksatria tersebut muncul sambil tersenyum sinis.
Giliran ke empat, giliran ksatria dari Negeri Ngotjoleria, tapi aneh dia duduk saja. Akhirnya ketiga ksatria yang lain kesal dibuatnya.”Cepat tunjukan kesaktian dari Negeri Ngotjoleria !!!!” kata ksatria yang lain. Mendengar perkataan dari rivalnya, ksatria dari Negeri Ngotjoleria bangkit dari duduknya dengan malas, “Ah, kalau untuk mendapatkan ayam dan durian serta membuat orang terkecing-kencing, saya tidak usah mengeluarkan kesaktian sedikitpun, ayo ikuti saya!”, kata ksatria dari Negeri Ngotjoleria pergi menuju pasar sambil diikuti oleh ketiga ksatria dan para penonton. Tidak lama kemudian keluar sambil membawa berpuluh-puluh ayam dan berpuluh-puluh buah durian. “Coba perhatikan oleh semua, hanya dengan pakaian seragam saja tanpa menggunakan senjata apalagi kesaktian, saya sudah mampu mendapatkan ayam dan durian dan lihatlah para pedagang ayam dan durian sampai terkencing-kencing begitu saya mendatanginya” kata ksatria dari Negeri Ngotjoleria sambil menunjuk para pedagang yang terkencing-kencing karena ketakutan. Ketiga ksatria bengong tidak berkata apa-apa, dan tidak ada seorangpun penonton yang bertepuk tangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H