Mohon tunggu...
Wawan Supriadi
Wawan Supriadi Mohon Tunggu... lainnya -

LAHIR DI SUMEDANG TANGGAL 20 NOVEMBER 1966 -. PERNAH JADI GURU DI SMP DAN SMK SEJAK TAHUN 1988 SAMPAI TAHUN 2013. PROGRAMMER DI RSU KABUPATEN SUMEDANG - SENANG MEMPELAJARI SOFTWARE 3D ANIMATION E-Mail wulansoft.computindo@gmail.com Website :http://rsudsumedang.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Pendidikan Sex Itu Perlu ?

2 Juli 2010   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:08 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_183240" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi dibuat menggunakan DAZ 3D Studio"][/caption]

Apakah pendidikan Sex itu perlu ? Pertanyaan ini selalu menjadi pro dan kontra, bahkan lebih banyak yang kontranya daripada yang pro.Ada seorang Ulama yang berkata “Meri ge teu diajar bisa endogan(Itik tidak diajaran juga bisa bertelur). Masalahnya, kalau itik melakukan pergaulan bebas dimana saja, kapan saja, tentu tidak ada yang melarang, namanya juga binatang, nah kalau manusia ? sekarang nikah, kemudian besoknya sudah melahirkan, sudah pasti menjadi bahan pergunjingan. Walah sekarang serba cepat ya .........., walah sekarang serba instant ya ........ dan banyak kata-kata negatip yang keluar dari mulutorang sekitarnya. Bahkan Menteri Pendidikan pun sudah menegaskan tidakakan memasukan Pendidikan Sex pada kurikulum, ya jangan dimasukan lah sebab nantinya bisa kebamblasan apalagi kalau harus ada praktikum wakakak tidak terbayang hehehh. Tapi walaupun demikikan, kita sebagai pendidik (khusus guru dan orang tua) tidak ada salahnya membahas sedikit tentang sex, disesuaikan dengan usia si anak.

Berdasarkan pengamatan, ternyata remaja putri yang terjerumus pergaulan seks apapun alasannya disebabkan oleh 2 hal, yaitu

  1. Ketidak tahuan akan masalah sex, sehingga dia mencari sendiri.
  2. Lingkungan keluarga, menganggap membicarakan masalah sex, merupakan sesuatu yang tabu.

Ada pengalaman yang menarik, tentang masalah pendidikan sex ini. Saya mulai mengajar di salah satu SMP sekitar tahun 1988 (walaupun belum pernah mengenyam bangku kuliah kependidikan) pada waktu itu mengajar Fisika. Saya perhatikan tiap tahun ada saja siswi yang dikeluarkan dari sekolah karena hamil, dan lucunya yang pertama mendeteksi siswa tersebut hamil ya saya pribadi, jangan salah sangka dulu bukan saya yang melakukannya, suer samber gledek deh heheh. Saya bisa mengetahui siswa hamil lebih cepat dari rekan-rekan lain yang sudah berpengalaman, dikarenakan memang semula cita-cita saya menjadi dokter kandungan, tapi berhubung masalah ekonomi dan yang paling parah tidak kuat melihat darah, maka dengan sangat terpaksa cita-cita tersebut dihempaskan begitu saja.

Pada waktu itu saya tidak bisa berbuat banyak disebabkan yang pertama usia saya dengan siswa hanya terpaut 7 tahun sehingga untuk membicarakan masalah sex terasa gamang, kemudian yang saya ajarkan pelajaran Fisika jadi tidak nyambung kalau membicarakan masalah sex. Keberanian muncul yaitu sekitar tahun 1992 ketika diberi kepercayaan mengajar Biologi. Dimulai dari hal yang kecil seperti siklus menstruasi dan menjelaskan perempuan yang sudah menstruasi sudahsiap untuk hamil dan melahirkan anak, kemudian bertahap mejelaskan alat reproduksi pria dan wanita dan kebetulan hal ini ada pada kurikulum.

Kalau ada berita di koran atau di TV tentang tertangkapnya seorang wanita karena membuang bayi yang dilahirkannya, saya selalu bertanya pada siswa, “Siapa yang ditangkap ?” mereka serempak menjawab si wanita, kemudian pertanyaan dilanjutkan “Laki-lakinya ditangkap tidak”, mereka serempak menjawab tidak, kemudian pertanyaan diakhiri dengan “Kalau demikian siapa yang rugi ?”, mereka serempak menjawab yang rugi adalah si wanita, setelah itu sedikit diberi penjelasan kerugian si wanita berlipat ganda

  • kehilangan kehormatan
  • dirinya, keluarganya, bahkan sekolah juga malu
  • Melahirkan sendiri, tanpa ada yang membantu, untung kalau selamat kalau mati pada waktu melahirkan dia tidak sempat bertobat
  • Dipenjara

Dosanya pun berlipat ganda yaitu perjinahan, kemudian pembunuhan. Saya selalu menekankan bahwa kita jangan memikirkan hukuman di akhirat nanti, tapi pikirkan akbiatnya di dunia.

Sampai sekarang perbincangan tersebut selalu dilakukan di kelas bila ada kesempatan, dan Alhamdulilah sejak saat itu tidak pernah lagi ada siswi yang dikeluarkan karena hamil. Saya sarankan pada rekan guru dan orang tua, jangan segan membicarakan masalah sex yang disesuaikan degan umur siswa, karena mereka terjerumus karena ketidak tahuan, karena ketidak tahuan mereka berusaha untuk mencarinya sendiri. Kalau sudah terjerumus ada istilah “Kagok Borontok, Kapalang Belang”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun