Mohon tunggu...
Wawan
Wawan Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Bidang Seni dan Kriya

Belajar dari dan dimana saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

2 x 12 = Terserah!

29 November 2014   05:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:33 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di sepuluh menit tadi pagi, kami membahas yang 24 jam...

Di kelas XI DPK Kulit, jam 7 pagi...

Setelah aku duduk, aku siapkan absen dan kelengkapan mengajar lainnya. "Pa...!" tiba-tiba siswa putri yang tersenyum tepat tidak jauh dari tempat dudukku menyapa. "Apa..?" kataku mengikuti frekuensi nada yang aku dengar. "Bapak baru bangun tidur, ya? Terus langsung ke sekolah?" katanya dengan masih tersenyum. Aih, terhyata perhatian anak-anakku. Aku hanya tersenyum. Mataku memang agak pedih dan waktu kuliat di spion motor yg ku kendarai tadi, agak me-merah. Kurang tidur. "Ya, nanti kita bahas!" kataku tak panjang kalimat...

Setelah membaca doa sebelum belajar dan membaca surat al-asri yang sengaja aku reques, aku memberikan tawaran seperti biasa. Aku, tepatnya kami meminta salah satu dari kami berbicara 10 menit sebelum memasuki materi inti. "Silahkan, siapa yang akan berbicara. Silahkan bahas kenapa mata bapak memerah... atau membahas surat wal-asri" Tidak ada yang mau berbicara satu pun, akhirnya aku mengalah. Hari ini kupilih aku yang menuntun mereka agar ikut berbicara. Tepatnya mmbahas bersama...

"Ya, sebenarnya semalam bapak tidur agak larut malam. Bangun lebih cepat, sehingga tidur bapak kurang dari semetinya. Makanya mata bapak agak sembab." kataku menjelaskan. "Nah, kalian jangan tiru bapak yah! Lihat wajah teman-teman kalian. Segar semua, bagus berarti tidurnya cukup dan siap untuk belajar. Dan bapak sarankan coba jangan banyak pikiran, biar tidurnya tepat waktu dan cukup..."

"Memang bapak mikirin apa? Sampai susah tidur..." kata siswa laki-laki jauh dibelakang mencoba bertanya.

"Bapak mikirin waktu yang 24 jam...." jawabku singkat.

"Kenapa pakai dipikirin pa? Memang waktunya sehari semalam ya segitu, 24 jam... Ada ada saja bapak mah." katanya menyesalkan.

"Begini... Setelah bapak hitung. Dari waktu bapak bangun sampai bangun lagi besok dalam waktu yang sama ya jumlahnya 24 jam. Dan semua orang punya jatah waktu yang sama. Tapi kok hasilnya berbeda untuk setiap orang. Lihat si Mina gendut tapi coba lihat si Suhartini kurus. Kalian lahir dalam tahun yang sama atau mungkin hari dan jam yang sama, tapi tetap hasilnya beda. Coba apa yang membedakannya? Itu yang bapak pikirkan." Kulihat mereka diam dalam posisi menyimak. Bagus.

"Terus dalam satu semester atau satu tahun, tetap kalian semua punya jatah waktu 24 jam sehari semalam. Tapi kenapa hasilnya berbeda. Apakah anak yang ranking satu punya waktu 26 jam sehari semalam, atau yang tidak naik kelas hanya punya waktu 10 jam sehari semalam? Kan tidak! Coba apa yang membedakannya?" aku memandangi mereka satu persatu, bagus kelihatannya menarik juga tema hari ini.
"Mungkin penggunaan waktunya pak yang membedakan, sehingga hasilnya pun beda." kata Melati anak seorang pembantu yang tak pernah minder dengan keadaanya. Dia ranking satu di kelasnya.

"Ya, kualitas. Kualitas waktu yang digunakan yang membuat hasilnya berbeda! Maka bapak berpesan gunakan waktu sebaik-baiknya. Jangan sampai kalian menyesal di kemudian hari. Ingat pesan dari surat al-asri yang kalian baca tadi, bahwa semua orang dalam keadaan merugi kecuali orang yang beriman, beramal saleh/baik dan orang-orang yang sabar."

"Waktu tidak akan pernah terulang, penyesalanlah yang disandang ketika waktu tidak dimanfaatkan dengan baik. Di sekolah dalam waktu tes atau ujian, kalian bisa saja minta tambahan waktu ke pengawas. Tapi nanti ketika ajal tiba atau nyawa dijemput pulang sama malaikat, kamu tidak bisa menghiba minta di tunda. Malaikat tolong jangan dijemput sekarang, masalahnya saya belum sempat nembak si noni kekasihku! Tak akan didengar itu. Mati sudah. Hehehe..." ku lihat mereka pun iku tertawa..

"Juga jaga hubungan baik kalian dengan siapapun dalam waktu yang 24 jam, jangan ada penyesalan. Coba dengarkan lagu darso berikut 'kahayang mah waktu teh mulang deui sabulan anu katukang waktu urang silih keukeupan' akhirnya penyesalan. Sayangi bapak ibu kalian, seperti juga mereka menyayangi kalian. Apa bentuk sayang kalian? Ya belajar dengan baik, tunjukan bahwa kalian anak yang berbakti." manggut-manggut mereka, mungkin faham yang aku inginkan.

"Yo sekarang kita belajar, manfaatkan waktu yang empat jam bersama Bapak..." kataku mengakhiri waktu yang sepuluh menit diawal pelajaran

"Ayo, siap pak!" katanya bersemangat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun