Hujan deras mengguyur kota, membasahi kaca jendela hingga membentuk butiran-butiran air yang menari-nari. Di dalam kamar yang remang-remang, Anya duduk termenung di tepi ranjang. Matanya terpaku pada bayangan yang samar-samar terlihat di balik jendela. Bayangan itu bergerak-gerak, seperti sosok manusia yang sedang mengintip.
Anya mencoba mengusir rasa takutnya dengan menyalakan lampu kamar. Namun, bayangan itu tetap saja terlihat. Bahkan, bayangan itu semakin jelas dan mendekat ke arah jendela. Denyut jantung Anya berpacu kencang. Ia berusaha untuk tidak berteriak, namun rasa ketakutan itu semakin membesar.
Dengan ragu-ragu, Anya berjalan mendekati jendela. Ia menempelkan wajahnya pada kaca, berusaha untuk melihat lebih jelas sosok di balik bayangan itu. Namun, yang terlihat hanyalah kegelapan malam dan hujan yang semakin deras.
Tiba-tiba, terdengar ketukan pelan di jendela. Anya tersentak kaget. Ia mundur beberapa langkah, jantungnya berdebar kencang. Ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras. Anya semakin ketakutan. Ia berlari keluar kamar dan mengunci pintu.
Anya berusaha untuk menenangkan diri. Ia mencoba berpikir rasional. Mungkin hanya angin yang membuat jendela bergetar dan menimbulkan suara ketukan. Namun, rasa takut itu tetap saja menghantuinya.
Anya memutuskan untuk tidak tidur malam itu. Ia duduk di ruang tamu, menyalakan lampu, dan berusaha untuk membaca buku. Namun, pikirannya terus tertuju pada bayangan di balik jendela.
Semakin lama, Anya semakin merasa tidak nyaman. Ia merasa seperti sedang diawasi. Setiap bunyi yang terdengar, seperti derik pintu atau suara langkah kaki, membuatnya bergidik ketakutan.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul tiga pagi, Anya mendengar suara langkah kaki mendekat dari arah jendela. Ia berusaha untuk tidak bernapas. Jantungnya berdebar sangat kencang.
Tiba-tiba, lampu padam. Kamar menjadi gelap gulita. Anya berteriak sekuat tenaga. Ia berusaha untuk mencari saklar lampu, namun tangannya gemetaran hebat.
Dalam kegelapan, Anya merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh kakinya. Ia menjerit histeris. Ia berusaha untuk berlari, namun kakinya terasa lumpuh.
Pagi harinya, Anya ditemukan terbaring pingsan di lantai ruang tamu. Saat dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa Anya mengalami shock berat.
Anya tidak pernah menceritakan apa yang telah dialaminya pada malam itu. Namun, sejak saat itu, ia selalu merasa takut berada di rumah sendirian. Ia selalu menutup rapat-rapat jendela kamarnya, bahkan pada siang hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H