Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect. Ikut Peduli Dunia Pendidikan, Berbagi Motivasi Khazanah Keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perkelahian Virtual, Ketika Kebebasan Mengancam Kesantunan dan Norma

17 Januari 2025   03:22 Diperbarui: 17 Januari 2025   03:22 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjagi Etika Berkomunikasi di Media Sosial (unsplash.com)

Diera teknologi dan keterbukaan saat ini, sebagian besar orang termasuk di Indonesia sudah memiliki gadget dengan berbagai fitur termasuk berkomunikasi dengan banyak orang melalui media sosial. Banyak flatform media sosial yang memberikan fasilitas dan kemudahan kepada masyarakat untuk bergabung melalui sebuah akun, bahkan tak jarang satu orang dimungkingkan untuk memiliki lebih dari satu akun. Hadirnya media sosial ini memunculkan banyak istilah-istilah sseperti, teman, follower, anggota, fans dan lain sebaginya. Akun media ini bisa dimiliki secara personal maupun komunitas tertentu, seperti klub sepakbola dan akun komunitas lainnya yang berpotensi menarik banyak penggemar, follower, fans untuk ikut berinteraksi didalamnya. Mereka dapat berkomunikasi baik dengan memposting sebuah konten tertentu. Pengguna akun sosial media yang lain bisa menanggapi dengan tombol suka tidak suka, berkomentar, meneruskan dan bahkan bisa berkomunikasi interaktif secara langsung. 

Komunikasi-komunikasi ini tentu saja akan menjadi sarana interaktif dan memunculkan pendapat beragam, pro kontra, berdebat keras pada pendapatnya masing-masing bahkan tidak jarang pula sampai menjurus pada tawuran secara virtual melalui, kata, gambar, caption dan lainnya. Melalui akun yang dimilikinya orang menjadi semakin bebas dalam mengekspresikan apa yang ada dibenaknya terkait pendapatnya tanpa melihat siapa lawannya, berapa umurnya, pendidikan dan seterusnya tanpa memperhatikan etika tatakrama dalam selayaknya berkomunikasi.

Dampak yang Terjadi

Media sosial telah merevolusi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi, namun juga membawa sejumlah konsekuensi. Di satu sisi, media sosial memfasilitasi konektivitas secara global, memungkinkan kita terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia dan berbagi informasi secara instan dimanapun kapanpun. Platform ini juga menjadi alat ampuh untuk meningkatkan kesadaran sosial, mengorganisir gerakan, dan mendukung bisnis kecil. Di sisi lain, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, menyebarkan informasi palsu, serta memicu perundungan online. 

Ketergantungan pada media sosial dapat pula  menghambat interaksi sosial tatap muka dan mengurangi produktivitas. Media sosial adalah alat yang kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan. Kuncinya adalah menggunakannya secara bijak dan bertanggung jawab. McQuaill menegaskan bahwa kritik dalam penggunaan media akan timbul, seiring menurunnya penggunaan dan eksistensi media tradisional yang berimbas kepada manajemen dan ekonomi media itu sendiri. Penyebaran akan penggunaan sosial media merambah dalam berbagai aspek kehidupan, politik, olahraga, hiburan dan semua aspek kehidupan manusia.

Perkelahian Virtual

Media sosial sebagai salah satu unsur besar komunikasi teknologi saat ini, turut mewujudkan melebarnya tawuran keranah baru. Perkelahian umum yang terjadi melaui kontak fisik ataupun berhadapan langsung di dunia nyata. Saat ini media sosial dengan dasar aspek internet yang bersifat tidak mengenal ruang dan waktu, ikut melahirkan pertengkaran baru yang terjadi dimasyarakat, media mengalihkan sebagian perkelahian fisik menjadi perkelahian atau tawuran virtual.

Titik awal perkelahian dalam dunia maya seringkali bersumber dari hal sepele ataupun informasi yang tidak valid belum tentu kebenarannya, memunculkan perdebatan keras  menjurus kasar, perselisihan lewat kata-kata yang tertuang secara virtual dan digital. perang kata-kata hingga gambar antar individu atau komunitas tertentu dalam dunia maya, hujatan, nyiyiran seolah menjadi kewajaran, sebuah keadaan yang cukup mengganngu norma-norma komunikasi masyarakat kita.

Beberapa contoh yang bisa kita lihat diantaranya dalam bidang olahraga terutama sepakbola sebagai sebuah olahraga populer baik tim nasional maupun klub, pendapat pro dan kontra atas sebuah informasi postingan sebuah akun. Begitu pula pada informasi politik, pemilihan pemimpin, pasangan calon, figur politisi tertentu saling membela dan menyudutkan. Ditambah pula dengan berbagai informasi yang dimunculkan tidak memiliki sumber informasi yang jelas, atau mungkin pula dibuat sengaja dengan manipulasi data untuk sebuah kepentingan tertentu.

Tidak jarang pula seseorang yang merasa lebih memahami sesuatu padahal dirinya bukan pelaku, namun melempar kritikan secara konsisten dan terbuka dengan mengatas namakan kebebasan tanpa memperhatikan fakta, obyektifitas dan proporsioanl yang disertai rasa kebijaksanaan dalam berpendapat, atau mungkin pula ada kepentingan lainnya yang diinginkan.

Mengapa Terjadi ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun