Kita juga perlu menanamkan nilai-nilai etika komunikasi adalah dengan menjadi contoh teladan. Orang tua, guru, dan tokoh publik memiliki peran yang sangat penting dalam hal ini. Ketika anak-anak melihat orang dewasa berkomunikasi dengan sopan, santun, dan penuh empati di media sosial, mereka akan cenderung meniru perilaku tersebut. Selain itu, kita juga perlu melibatkan mereka dalam diskusi tentang etika digital, menjelaskan mengapa perilaku tertentu tidak dapat diterima, dan bagaimana hal itu dapat berdampak pada orang lain.
Pendidikan formal dan non-formal juga memiliki peran yang krusial. Tidak hanya regulasi dan sosialisasi namun perlu juga edukasi lebih dini untuk generasi saat ini. Sekolah perlu memasukkan materi tentang etika digital ke dalam kurikulum, baik itu dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, maupun mata pelajaran lain yang relevan. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti debat, menulis, dan jurnalistik dapat melatih siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mengekspresikan diri dengan baik. Di luar sekolah, berbagai platform online dan komunitas dapat menyediakan ruang bagi anak-anak untuk belajar tentang etika digital melalui permainan, kuis, dan diskusi interaktif.
Kebebasan kita dalam berkomunikasi, berpendapat satu pandangan atau berbeda dengan siapapun, dengan cara apapun, dimanapun hendaklah mampu menjaga hubungan yang baik meskipun berbeda pandangan. Perbedaan adalah rahmat, menghargai lawan dan perbedaaan sebagai teman berpikir dan memperbarui pendalaman wawasan untuk mematangkan sikap, tentunya harus dilakukan dengan cara yang lebih bijak dan sesuai norma etika keadaban bangsa kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H