Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect. Ikut Peduli Dunia Pendidikan, Berbagi Motivasi Khazanah Keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi dan Tantangan Membangun Citra Positif Guru di Era Digital

8 Januari 2025   16:52 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:35 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadapi era saat ini yang penuh dengan teknologi digitalisasi, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan semakin berkembang sangat pesat, hal ini dikarenakan sistem Teknologi Informasi/ICT sangat cepat dalam akses yang mnenjangkau semua wilayah dunia dengan hitungan detik dengan biaya terjangkau. Informasi yang beragam positif dan negatif karena bersifat global universal. Pemerintahpun belum bisa menyaring informasi secara maksimal.  Informasi-informasi yang tersebar sangat beragam dan dapat diakses siapa saja termasak anak usia sekolah.

Situasi ini tentu saja berdampak pada lingkungan pendidikan, dimana anak-anak yang mendapat fasilitas teknologi dari orang tua tidak terlepas dari masuknya informasi positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi kondisi dan perilaku belajar anak. Saat ini anak seringkali banyak menerima informasi beragam dari banyak sumber tanpa melakukan filterisasi.

Perkembangan siswa saat ini jauh lebih dinamis, permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran baik didalam maupun diluar lingkungan belajar sangat berbeda dengan era sebelum ini. 

Upaya-upaya guru dalam menangani situasi tentu tidak bisa disamakan dengan gaya mendidik era sebelumnya. Esensinya mungkin sama, namun bagaimana model strategi yang digunakan harus mampu diserap anak. Guru perlu memiliki langkah yang cerdas dalam keadaan yang berbeda, guru mampu mentransformasikan diri menangani anak di era digital.

Guru di sekolah harus bekerja lebih keras untuk mensiasati problematika yang ada, agar proses pembelajaran yang dilakukan secara maksimal dan tepat agar anak tetap berada dalam koridor seharusnya. Kemampuan mengatasi kondisi ini tentu saja harus dibarengi dengan persiapan, kompetensi, kejelian, adaptif, strategi yang tepat dalam menghadapi tantangan pembelajaran di abad ini.

Guru Profesional

Sebagai seorang profesional, guru harus mampu menjadi pribadi yang dapat mengaktualisasikan diri sesuai dengan kompetensi dan kaidah keprofesionalan tersebut. Tidak hanya sekedar melakukan, tetapi juga harus dibarengi dengan niat, ketertarikan, pribadi, passion dengan segenap jiwa raga dalam menjalankan profesi dan kompetensinya, dituntut pula terus berkembang terhadap dinamika perkembangan IPTEK dan zaman, agar mampu beradaptasi dengan perubahan sehingga internalisasi nilai-nilai pembelajaran dapat diserap secara maksimal oleh peserta didik.

Menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang, seorang guru profesional harus dibarengi dengan kompetensinya, dengan kompetensi yang dimiliki tersebut guru harus mampu beradaptasi dengan keadaan tersebut, fleksibel, adaptif, tidak kaku dalam melakukan internalisasi pembelajaran terhadap anak, dimana anak era ini tentu berbeda dengan kondisi anak-anak sebelumnya. Mereka tidak bisa serta merta menerima pembelajaran secara baik jika guru tidak memposisikan diri dengan cara yang bisa diterima oleh anak saat ini.

Kompetensi yang dimiliki guru harus dapat menjawab dinamika ini, UNESCO memberikan 4 pilar agar guru mampu mengatasi dinamika pembelajaran saat ini. Belajar untuk mengetahui, belajar melakukan/mengerjakan, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk mmengembangkan diri sendiri.

Pembelajaran menuntut guru sebagai pendidik tidak hanya menyangkut prestasi belajar semata, lebih dari itu adalah memperbaiki moral, akhlaq, pelaksanaan ajaran agama sesuai dengan aturan agama yang temaktub dalam mata pelajaran agama berkaitan. Guru Profesional yang berintegrasi dengan pendidikan agama, Spiritual Father. Tidak hanya mengajarkan, tapi juga memberi contoh, teladan baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat sebagai sebuah perilaku ideal, baik sebagai kompetensi tetapi juga sesuai ajaran agamanya.

Tantangan Guru dalam Pembelajaran dan Citra Masyarakat

Pada masa lampau ada ungkapan yang berbunyi "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Mungkin saat ini kata "berlari" sudah berubah menjadi kata "sprint". Dimana perkembangan teknologi Informasi  mempengaruhi pula dinamika belajar, baik guru maupun siswa. Teknologi saat ini yang serba cepat ikut mempengaruhi pola pikir. Tahapan-tahapan proses yang seharusnya dilewati secara cermat terkadang ikut dipengaruhi pragmatisme tadi. Misalnya dalam proses pembelajaran, terkadang guru hanya menggunakan Chat WA, kirim file, memberi tugas tanpa melakukan internalisasi belajar secara sistematis. Ironisnya siswapun disikapi siswa secara pragmatis pula.

Sehingga output yang muncul bisa menjadi tidak maksimal dan bias, terutama pada siswa yang memerlukan penjelasan secara mendalam, tidak bisa langsung memahami. Selain itu output belajar yang didapat dapat menimbulkan berbagai persepsi, interpretasi anak terhadap tugas yang diberikan maupun terhadap guru yang memberikan tugas. Keadaan ini perlu disikapi secara proprsional untuk menyeimbangkan antara perkembangan teknologi sebagai tuntutan zaman dan kebutuhan belajar siswa yang seharusnya.

Saat ini perkembangan ilmu dan teknologi sangat berkembang pesat, dimana arus informasi yang masuk sudah tidak mengenal ruang dan waktu. Dalam waktu sekejap informasi bisa sampai ketempat manapun didunia melalui berbagai media online. Informasi-informasi tadi terdiri atas banyak informasi yang bernilai positif maupun negatif, bahkan banyak yang tidak bisa disaring oleh regulasi, karena informasi dan media tersebut bersifat global universal.

Dilain sisi, kemajuan IPTEK berpengaruh pula terhadap pola kehidupan masyarakat yang konsumerisme, tidak mau disebut ketinggalan jaman, update dengan barang yang terkadang tidak perlu dan belum waktunya. Sehingga berdampak pula pada anggota keluarga, anak-anak yang notabene masih sekolah, bahkan anak balitapun sudah diberikan fasilitas yang dapat mengakses informasi tersebut diatas, yang sering juga tidak terawasi dengan baik oleh orang tua.

Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, karena anak yang seharusnya mendapat informasi, ilmu pelajaran di sekolah, malah bersaing dengan arus informasi diluar sekolah melalui media online tersebut, sehingga berdampak pula pada kondisi anak baik dari motivasi belajar, perilaku dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Dalam keadaan seperti ini, tekanan seorang guru seringkali ikut terjebak, karena sebagian orang tua terkadang menyalahkan guru/sekolah jika kondisi anaknya tidak sesuai dengan yang diharapkan, apalagi jika berkaitan dengan akhlak, praktek ibadah, Guru agama lebih disorot tajam dan berdampak pula pada citra diri guru di masyarakat.

Kondisi ini menjadi sebuah tantangan pendidikan baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan guru itu sendiri, diperlukan langkah-langkah strategis pendidikan agar dapat meminimalisir problematika yang terjadi agar output pendidikan dapat terimplementasikan dengan baik pada diri anak, yang didukung pula oleh orang tua dan lingkungan masyarakat.

Guru di Era Digital (Wawan Ridwan AS)
Guru di Era Digital (Wawan Ridwan AS)

Pembimbingan Guru yang Efektif.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru saat ini diperlukan pembimbingan. Sebagai seorang guru dan individu, kita tidak lepas dari perlunya bantuan orang lain. Bantuan yang berupa pembimbingan yang sedikit waktu belum tentu maksimal, pembimbingan dengan frekuensi tinggi belum tentu juga effektif. Diperlukan persiapan, perencanaan, materi, program yang terstruktur agar pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan tepat sasaran. Hal ini bertujuan agar guru dapat terus berkembang menghadapi dinamika pembelajaran di era ini, agar mutu pembelajaran terus meningkat.

Saat ini, berbagai langkah peningkatan kompetensi guru sudah mulai marak tersebar diberbagai kondisi, pengembangan profesi guru, worksop, seminar, pelatihan baik secara formal maupun informal banyak dilaksanakan. Kegiatan ini tentu saja suatu indikator yang baik dalam upaya peningkatan kompetensi guru yang dinamis sesua dengan perkembangan zaman dan siswa itu sendiri. Namun yang perlu ditekankan kita bersama tidak hanya sekedar mendapatkan simbol pelatihan berupa sertifikat, piagam ataupun thropy lainnya dan kelengkapan administarsi semata. Lebih jauh dari itu secara tanggung jawab moral profesional. Pendidik mampu menerjemahkan konsep dan model yang tepat buat siswa, kita mampu mentransformasikan diri sebagai pendidik era milenial dalam internalisasi pembelajaran dan lingkungan.

Pembelajaran Bermakna

Pada dasarnya baik guru mata pelajaran umum ataupun guru agama, setiap peran guru tersebut sudah terstigma dimasyarakat bahwa guru memiliki tanggung jawab moral untuk merepresentasikan diri sebagai pribadi yang patut dicontoh, wajib merepresentasikan diri dalam bentuk nyata, sikap, ucapan dan tindakan yang sesuai dengan label guru di masyarakat. Ketika ada seorang yang berprofesi guru memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai dengan profesinya akan mendapat penilaian negatif yang lebih dibandingkan profesi lain yang melakukan tindakan serupa.

Jika dalam posisi tersebut adalah guru agama maka penilaian negatif tersebut lebih tajam, karena pengajaran yang dilakukan disekolah yaitu agama, merupakan bagian penting dari kehidupan, yaitu agama pula, hubungan dengan Tuhan. Hal ini harus dijadikan prioritas diri, dengan kompetensi, jabatan profesi yang didapat secara formal, maupun berteknologi dalam pengembangan diri agar merepresentasikan diri dalam bentuk nyata, menjadi teladan, bisa memberikan tambahan pemahaman, sehingga masyarakat bisa menerima kita dengan label yang baik, sebagai profesi guru disekolah dan sebagai warga masyarakat yang mampu menjadi pribadi yang baik pula.

Perkembangan tekonologi informasi, perkembangan zaman adalah sebuah keniscayaan, kita tidak bisa menghindar dari itu, seyogyanya dapat memberi akses kemudahan dalam melakukan aktifitas, terkhususs pembelajaran. Pendidik tidak terjebak atau gagal faham dalam menyikapi situasi dinamis saat di sekolah dan bermasyarakat.

Tantangan yang dihadapi sangat dinamis, beragam, kompleks dan cepat, memerlukan strategi, kompetensi guru yang ideal agar dapat meminimalisir dampak negatif teknologi dan memaksimalkan kelebhan teknologi. Guru sebagai garda terdepan dalam pembelajaran mampu beradaptasi dengan keadaan melalui persiapan, pembimbingan peningkatan kompetensi, serta pembaharuan diri agar terus berkembang dan dapat menjawab tantangan pembelajaran secara maksimal maupun berada dalam lingkungan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun