Seorang anak akan mengalami tahapan perkembangan dengan biologis karakteristik serta sifat-sifat yang tumbuh menjadi penentu tahapan pembentukan perkembangan tersebut (annatimis dan fisologis). Aan berpandangan bahwa realitas kehidupan manusiawi kebutuhan jasmani telah menduduki skala perioritas yang pertama dan diutamakan. Ulfa membagi perkembangan fisik anak meliputi tahap setelah lahir-3 tahun, 3-10 tahun anak-anak sampai masa prapubertas dan 10-14 tahun masa pubertas.
Perkembangan motorik berkembnag secara fisik melalui pusat dan urat syaraf, yang terkoordinasi dengan otot yang dikendalikan di otak. Beni Pribadi menyatakan bahwa perkembangan fisik dan motorik anak yang baik akan membentuk karakteristik baik pula, rasa percaya, otonomi, inisiatif, tekun, cakap, akrab, aktif dan berkembang, jika hal perkembangan tersebut tidak berjalan baik maka akan terjadi sebaliknya. Dengan aktif berbicara anak lebih mengerti konsep atau materi yang dipelajari. Aan menyatakan bahwa anak dalam belajar perlu keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan.
Pertumbuhan perkembangan anak disertai karakteristik motorik, kognitif sosio-emosional dan bahasa, menegang peranan pentting dalam membantu keberhasilan pembelajaran agar anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar, Ulfiani 2009.
Perkembangan Otak Anak
Otak anak akan berkembang sejalan dengan tingkat interaksi komprehensif antara faktor genetik dengan stimulasi lingkungan, yang berupa interaksi, pengalaman, bermain dan interaksi lainnya. Ranah pengembangan pertumbuhan otak ini bermuara pada kognitif, afektif dan psikomotor Dengan perkembangan otak yang baik maka berpengaruh baik pula terhadap aspek keterampilan motorik, emosional, sosial moral serta kepribadian dan intelegensianya. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya dengan membahas informasi tersebut dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas. Aan menjelaskan bahwa otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
Kondisi ini hampir sejalan dengan penulis bahwa terjadi korelasi pertumbuhan fisik psikomotorik anak dengan otak atau tingkat kecerdasan Pertumbuhan fisik dan psikomotorik akan lebih terlihat dibanding emosi, psikologi ataupun kecerdasannya. Ukuran pertumbuhan fisik psikomotorik tersebut belum memberi jaminan bahwa tingkat emosi, psikologis, intelegensia menjadi ideal. Sering ditemukan juga fisik psikomotorik yang lambat, namun emosi atau intelegensia nya lebih baik.
Anak Usia Pendidikan Dasar
Agar tahapan dan pembentukan perkembangan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu stimulus pembelajaran, baik pembelajaran di lembaga formal maupun lingkungan keluarga dan sebagainya. Dengan stimulus pembelajaran yang diberikan diharapkan mampu mengembangkan kecakapan hidup anak baik berdasar bakat yang dimiliki maupun penambahan penumbuhan kecakapan baru secara menyeluruh (the whole child), sehingga dengan pelatihan yang baik anak memiliki bekal menjadi manusia seutuhnya.
Haryu menyatakan bahwa pendidikan memiliki tugas untuk mengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap manusia demi kelangsungan hidupnya. Peningkatan terhadap rasa tanggung jawab global ini memerlukan informasi yang cepat dan tepat serta kecerdasan yang memadai.Tingkat kecerdasan suatu bangsa yang rendah akan berimplikasi terhadap rendahnya mutu SDM yang dimiliki, sehingga sukar untuk dapat meningkatkan rasa tanggungjawabnya terhadap perbaikan, kehidupannya sendiri apalagi kehidupan global. Oleh karena itu dituntut adanya pendidikan yang berkualitas.
Hal senada diungkapkan oleh Joni, bahwa pendidikan bukan hanya sekedar membuat peserta didik pandai menghapal tetapi yang lebih penting ialah menjadikannya sebagai manusia, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses huminisasi dan proses humanisasi seseorang dalam kehidupan keluarga, masyarakat yang berbudaya kini dan masa depan. Sedangkan Steinner berpendapat bahwa untuk seorang anak pendidikan adalah berkesenian.
Realitas Sosial
Pemberian fasilitas teknologi kepada anak balita maupun usia sekolah yang tidak dibekali edukasi yang baik dari orang tua maupun anak itu sendiri, berdampak pula menjadi kurangnya interaksi sosial dengan lingkungan luar, sehingga aktivitas gerak psikomotorik dan interaksi menjadi berkurang pula. Selain dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik-motorik anak, juga dapat berpengaruh terhadap faktor sosio psikologis anak itu sendiri, anak menjadi manja, kurang bergaul, kurang bergerak, bermain secara fisik, dan lain-lain.
Dalam satu sisi pemberian fasilitas teknologi dalam hal ini gadget memiliki dampak positif seperti membantu perkembangan fungsi adaptif seorang anak, menambah pengetahuan, memperluas jaringan, komunikasi, juga membangun kreatifitas anak. Tetapi disisi lain menurut Vivi bahwa dampak negatif yang ditimbulkan anak menjadi ketergantungan terhadap gadget, tidak bisa lepas dari gadget, berkurangnya konsentrasi anak pada dunia nyata, lebih suka bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan temannya, malas bergerak dan beraktivitas.
Keadaan ini tentu saja harus disikapi dengan baik, terutama peran orang tua dimana mereka harus mampu mengawasi perkembangan anak, memberi kesempatan penggunaan gadget yang sesuai dan edukatif, mengatur waktu dan sebagainya, tentu saja orang tua bertanggungjawab atas perkembangan anak itu sendiri.
Upaya Pendidikan
Perkembangan fisik, motorik akan berpengaruh terhadap berapa besar anak mampu menerima proses belajar. Guru harus memahami karakteristik perkembangan anak agar mampu maelakukan proses belajar yang bisa diserap sesuai kemampuan anak. Aan menjelaskan bahwa belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) dan untuk siswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain. Bermain dan bereksplorasi dapat membantu perkembangan otak, berbahasa, bernalar, dan bersosialisasi.
Orientasii baru pendidikan kita telah mengarahkan bahwa pembelajaran saat ini adalah Student Center, artinya pembelajaran akan berhasil jika tingkat kesiapan anak yang berupa tingkat fisik, motorik dan otaknya berada dalam tingkat ideal. Manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan-perbuatan baik, Harun 2003. Serta dijelaskan dalam Al-Qur'an surat al-Imran (3) ayat 134 : "..Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan.."
Untuk mendukung perkembangan optimal anak usia dasar, perlu adanya stimulasi yang tepat dan lingkungan yang kondusif. Berikan berbagai macam permainan yang merangsang kreativitas dan motorik anak, bacakan buku cerita secara rutin, dan ajak anak berinteraksi sosial. Ciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman, jadilah contoh yang baik, serta pastikan anak mendapatkan nutrisi dan istirahat yang cukup. Dengan memberikan perhatian penuh dan stimulasi yang sesuai, anak akan tumbuh menjadi individu yang cerdas, sehat, dan bahagia.
Upaya Kita Membentuk Anak Menjadi Generasi Emas
Memaksimalkan potensi anak usia dini merupakan investasi penting bagi masa depan anak dan kita semua. Sejak dini, otak anak berkembang pesat namun masih sangat rentan terhadap stimulasi. Dalam mewujudkan generasi emas, beberapa upaya dapat dilakukan.Â
Pertama, berikan stimulasi yang kaya dan beragam. Ajak anak bermain, membaca, bernyanyi, dan berinteraksi sosial. Kegiatan-kegiatan ini merangsang perkembangan kognitif, bahasa, dan sosial-emosional anak.
Kedua, mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan kondusif. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Jadikan rumah sebagai tempat yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang untuk anak belajar dan tumbuh.Â
Ketiga, memperhatikan nutrisi dan kesehatan anak. Asupan gizi yang baik dan istirahat yang cukup sangat penting untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.
Orang tua perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengasuh anak. Pendidikan orang tua dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti seminar, workshop, atau program kunjungan rumah.Â
Dengan kerja sama yang baik antara orang tua, pendidik, dan masyarakat, kita dapat menciptakan generasi emas yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H