Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect. Ikut Peduli Dunia Pendidikan, Berbagi Motivasi Khazanah Keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Emak Bijak, Membangun Kehidupan dengan Kebijaksanaan dan Cinta

4 Januari 2025   14:09 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini sering kita melihat dalam berbagai media online beberapa kasus yang menimpa emak-emak. Menjadi korban penipuan investasi karena terlalu percaya pada janji keuntungan cepat. Konflik antar tetangga karena salah paham yang tidak diselesaikan secara logis, emak-emak yang masih sembarangan dalam berkendara karena tidak memahami aturan lalu lintas, Pengambilan keputusan yang tidak tepat karena terpengaruh oleh opini tetangga. Konflik dengan suami karena kecemburuan berlebihan yang tidak didasarkan pada fakta. Menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang tidak perlu karena terpengaruh oleh iklan, dan banyak cerita lainnya.

Kasus-kasus seperti diatas sering disebabkan oleh kurangnya pemikiran secara bijak dan logis, kurangnya pemikiran kritis, keterbatasan pengetahuan, pengaruh emosi, kurangnya kesadaran diri dan pengaruh lingkungan. Penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang filsafat, mengembangkan pemikiran kritis dan logika, serta memahami kelemahan dan kekuatan diri sendiri untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijak

Filsafat dalam bahasa sederhana bisa dikatakan sebuah pemikiran bijak, merupakan suatu ilmu yang mempelajari hakikat realitas, pengetahuan, nilai, dan kebenaran melalui pemikiran kritis dan analitis. Plato mengartikan bahwa pemikiran bijak sebagai sebuah pencarian kebijaksanaan dan pemahaman tentang dunia dan manusia melalui refleksi dan kritik. Dalam makna yang lebih luas, Aristoteles memaknai filsafat sebagai upaya sistematis untuk memahami struktur, makna, dan tujuan kehidupan manusia.

Berkaitan dengan emak-emak, filsafat diarahkan pada studi tentang peran, hak, dan pengalaman emak-emak dalam masyarakat. Simone de Beauvoir dan Betty Friedan memperkenalkan konsep kesetaraan gender dan kebebasan emak-emak. Filsafat emak-emak lebih berfokus pada:

Kesatu, Kesetaraan gender: Menurut Beauvoir, emak-emak harus memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Kedua, Kebebasan: Friedan menekankan pentingnya kebebasan emak-emak dalam memilih karir dan kehidupan pribadi.

Ketiga, Pengalaman emak-emak: Carol Gilligan menyoroti pentingnya pengalaman emak-emak dalam membentuk identitas dan kesadaran.

Pemikiran yang bijak memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, membantu mempertajam pemikiran kritis, analitis dan logis. Mengembangkan kemampuan untuk menganalisis situasi, menilai nilai-nilai dan membuat keputusan yang tepat. Hal ini membantu kita dalam menghadapi tantangan hidup, mengambil keputusan yang bijaksana dan meningkatkan kualitas hidup.

Selain itu, kebijaksanaan dalam berpikir dapat membantu kita memperdalam pemahaman tentang diri sendiri, Tuhan, dan alam semesta, menemukan makna hidup, mengembangkan kesadaran moral dan meningkatkan empati terhadap orang lain.

Pemikiran logis dan emosi/perasaan sering kali dianggap sebagai dua hal yang bertentangan, terutama dalam konteks emak-emak yang dianggap lebih emosional dan perasa. Namun, keduanya dapat saling melengkapi dan meningkatkan kekuatan emak-emak dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

Kesatu, Keseimbangan Emosi dan Logika: Emak-emak dapat menggunakan emosi sebagai sumber inspirasi dan kemudian menganalisisnya dengan pemikiran logis untuk mengambil keputusan yang tepat.

Kedua, Pengambilan Keputusan: Emosi dapat membantu emak-emak mempertimbangkan dampak emosional dari keputusan, sementara pemikiran logis membantu mengevaluasi keputusan tersebut secara objektif.

Ketiga, Empati dan Komunikasi: Emosi emak-emak dapat meningkatkan empati dan kemampuan komunikasi, yang dapat diperkuat dengan pemikiran logis untuk menyelesaikan konflik dan membangun hubungan yang lebih baik.

Ibu Sri Mulyani Indrawati dan Martha Tilaar bisa dijadikan contoh perempuan yang menggabungkan emosi dan logika yang saling melengkapi sehingga menjadi kekuatan emak-emak ideal. Sri Mulyani Indrawati sebagai seorang Menteri Keuangan yang menggunakan analisis logis dan empati untuk mengembangkan kebijakan ekonomi Nasional. Sementara Ibu Martha Tilaar seorang Pengusaha Indonesia yang menggabungkan kreativitas dan pemikiran logis untuk membangun bisnis sukses.

Menggabungkan logika dan emosi dapat membantu emak-emak membuat keputusan yang lebih tepat dan bijaksana, meningkatkan kemampuan komunikasi dan empati, juga dapat membantu emak-emak mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.

"Kita harus berhenti memandang perempuan sebagai objek dan mulai memandangnya sebagai subjek." - Betty Friedan

"Kesetaraan gender bukanlah hanya tentang perempuan, melainkan tentang keadilan bagi semua." - bell hooks

"Pendidikan adalah kunci untuk membebaskan perempuan dari belenggu patriarki." - Sojourner Truth.

"Kesetaraan gender adalah hak asasi manusia, bukan hanya hak perempuan." - Malala Yousafzai

"Perempuan yang bijak menggunakan emosi sebagai kekuatan, bukan kelemahan." - Simone de Beauvoir.

"Perempuan harus menggunakan akal dan hati untuk mencapai kebenaran." - Mary Wollstonecraft

"Perempuan harus mempercayai emosi dan akalnya untuk membuat keputusan." - Rebecca Walker.

"Kebijaksanaan perempuan terletak pada kemampuan menggabungkan cinta dan logika." - Audre Lorde.

"Perempuan yang menggunakan emosi dan logika dapat mencapai kesuksesan." - Malala Yousafzai.

Pemikiran bijak seorang seorang emak yang seimbang antara logika dan emosi memiliki dampak positif pada keluarga dan anak, dapat membuat keputusan tepat, berkomunikasi efektif, mengelola emosi, dan mendidik karakter anak. Dengan pemikiran bijak, perempuan dapat membentuk generasi masa depan yang cerdas, empatik dan bertanggung jawab. Mereka berkontribusi pada pengembangan masyarakat harmonis dan adil, serta meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Sebagai panutan, perempuan bijak membangun karakter bangsa yang kuat dan positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun