Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect. Ikut Peduli Dunia Pendidikan, Berbagi Motivasi Khazanah Keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Naik Tangga dan Adaptasi, Berproseslah Anak Muda !

2 Januari 2025   23:08 Diperbarui: 2 Januari 2025   23:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naik Ketas Perlu Melangkah Setapak Demi Setapak. Ilustrasi : pexels.com

Saat ini kita berada pada Era Revolusi Industri 4.0 yang menuju Era Society 5.0, kemajuan teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun, disisi lain muncul paradoks ketika generasi muda masih kesulitan mencari pekerjaan karena kurangnya keterampilan yang relevan dengan tuntutan industri. Data Kemdikbduristek menyatakan sebanyak 13,33% lulusan perguruan tinggi masih berstatus pengangguran pada 2022. Data BPS tingkat pengangguran terbuka di Indonesia lulusan SMK menyumbang paling banyak 9,60% per Februari 2023. Angka ini jelas menunjukkan masih sulitnya mereka dalam mencari sumber kehidupan.

Adanya kemajuan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku generasi muda saat ini. Mereka masih cenderung fokus pada kesenangan instan dan kurang peduli dengan proses panjang, seperti disebutkan oleh Sutanto, 2019. Dampaknya, mereka kurang siap menghadapi kesulitan dan menunda kepuasan. karena faktor generasi yang terlalu instan dan bergantung pada teknologi, Kurniawan, 2020. Lebih suka mencari solusi pragmatis dan kurang mau berproses sehingga menyebabkan kurangnya keterampilan hidup dan kemampuan dalam beradaptasi dengan situasi yang dinamis. 

Masih banyak anak muda saat ini setelah lulus sekolah/S-1 masih kecenderungan dalam memilih-milih pekerjaan. Ada rasa gengsi dan malas terhadap sebuah pekerjaan yang merasa tidak pantas untuknya. Minimnya ketersediaan dan tingginya kebutuhan menjadi lebih sulit bersaing, hingga mekanisme alam menjadi dominan. Bahwa lulusan harus dibekali dengan keterampilan hidup, manajemen waktu dan komunikasi efektif. Widyastuti 2022. Diperlukan pola pikir dan langkah untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran akan pentingnya berproses dan pengembangan diri. Peran orang tua, pendidikan dan masyarakat sangat penting dalam membentuk karakter yang kuat.

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan perspektif secara humaniora kepada generasi muda yang masih kesulitan agar memiliki mindset bagaimana mampu keluar dari suasana gelap, tekanan dan masih terjebak didalamnya. Perlu adanya perubahan pola pikir dan pendekatan dalam mencari karier atau kehidupan yang lebih baik. Ada alternatif yang muncul dari diri sebagai sebagai sebuah kemampuan memperbaiki keadaan.

Perbaikan Paradigma Diri,
Terkait perbaikan paradigma diri penulis ulas lengkap Upgrade Diri Anak Muda di Tahun yang Baru dan Analisis SWOT Diri, Upaya Menjawab Tantangan

Mulai dari Tempat yang Kita Dapat, Menuju Tempat yang Kita Harap

Seringkali kita saat mendapatkan pekerjaan yang merasa tidak pantas untuk dirinya, gengsi, tidak mampu dan sebagainya. Ingin bekerja di level atas malah mendapat alas. Ijazah yang dimilikipun seolah merasa tidak berguna. Sehingga ditinggalkan begitu saja. Bersikap realistis adalah hal terbaik untuk memulai, daripada idealistis dan ego menunggu sesuatu yang belum pasti dimiliki. Banyak orang yang mendapat pekerjaan lebih baik karena mau memulai dari hal yang dianggap "kurang pas", berani ambil resiko, mau turun lebih kedalam memperjuangkan diri.

Saat masuk pabrik atau perusahaan swasta kecil, memulai dari jadi karyawan produksi, operator, dll, padahal mereka ijazah S1, mahir IT, faham administrasi dan lain-lain. Ambil dulu kesempatan yang didapat, bekerja dengan baik, atasanpun akan melihat dan menilai sehingga kita memiliki kondite yang baik. Banyak perusahaan yang pada saat kekurangan tenaga kerja/Staff, divisi kerja dengan spesifikasi, akan lebih dulu memprioritaskan karyawannya dari level bawah/operator untuk menempati posisi tersebut karena dianggap sudah faham situasi pekerjaan dan tentunya kita memiliki kondite baik dan kemampuan yang dbutuhkan ditempat baru untuk meningkatkan karier lagi.

Ada sebuah cerita nyata dari kerabat, saat sudah selesai lulus SMA beliau tidak punya pekerjaan dan ikut abangnya ke Jakarta, bekerja di sebuah bengkel kecil. Saat ada waktu luang dia mencari sampingan menjadi tukang ojek. Singkat cerita saat menjadi ojek tersebut pernah menolong seorang bapak yang motornya mengalami mogok sampai hidup kembali. Orang tersebut tidak mau menerima pemberian sebagai tanda terima kasih dari bapak tersebut. Setelah berbincang, karena terkesan dengan kabaikan orang tersebut si bapak memberi rekomendasi kerja. Beberapa tahun kemudian tukang ojek ini menjadi seorang kepala divisi sebuah bank swasta ditingkat provinsi. Beliau saat ini sudah tiada, namun perjuangannya menjadi inspirasi. Dan banyak cerita inspiratif lainnya.

Ada banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk memulai sesuatu dengan konsep seperti diatas dengan berbagai situasi kondisi yang ada. Kita tidak seta merta cepat keatas tanpa proses yang benar, jatuhnya akan sakit pula. Lebih memahami perjalanan akan faham bagaimana itu harus dipertahankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun