Pendidikan adalah sebuah modal penting agar bagaimana kita melanjutkan hidup dengan taraf yang lebih baik. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pendidikan dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi, ditambah pula lembaga swasta termasuk didalamnya. Memasuki jenjang kampus yang yang dimulai S1, mereka mengambil jurusan sesuai bakat minat yang dimiliki, terkadang juga ada beberapa mahasiswa yang ambil jurusan yang tidak sesuai karena berbagai alasan. Perjalanan panjang kuliah dilalui dengan susah payah, keringat bercucur air mata, menguras energi, pikiran, waktu, biaya dan semua pengorbanan lainnya, tentu membanggakan orang tua dan untuk meraih impian yang diharapkannya. Â Namun Tidak semua lulusan S1 bisa melanjutkan ke strata lebih tinggi lagi karena berbagai alasan, ingin kerja, keterbatasan biaya, dan berbagai alasan lainnya. Satu tahap telah dilalui. Episode baru dimulai.
Tentunya ini bukan akhir dari cerita perjuangan kita meraih cita-cita, masuk cerita baru, next level..! Buat yang melanjutkan ke S2-S3, mereka terus meningkatkan kapasitas diri agar kesuksesan lebih terbuka lebar. Ataupun orang tuanya yang pebisnis, punya warisan banyak, mendapat bea siswa, Â mungkin tidak akan jadi masalah besar mereka selanjutnya. Namun bagaimana jika mereka tidak punya semua itu, berasal dari keluarga yang terbatas dan tidak punya biaya lagi, mau usaha tidak punya modal, mau kemana dan bagaimana ?
Gelar yang diraih bukan hanya sekedar menempel di nama belaka, namun juga sebagai tanggung jawab dan modal awal kita menjalani proses selanjutnya yang mungkin lebih berat, kehidupan sesungguhnya. Kehidupan nyata saat ini sungguh dinamis, apalagi diera digital dan persaingan yang semakin ketat, kesulitan mendapat pekerjaan, pekerjaan yang tidak sesuai keahlian, sulitnya lowongan pekerjaan, ketatnya masuk ASN, dan banyak rintangan lainnya terkait itu semua. Tentu kita ingin mendapat jalur kehidupan yang didamkan, masuk ASN atau bidang lainnya sesuai keahlian dan gelar yang dimiliki. Andaikan hal yang diharapkan belum bisa diraih, tentulah kita tidak berpangku tangan menunggu keajaiban.
Ada beberap hal yang ingin saya bagikan untuk teman-teman lulusan S1 yang masih kebingungan mau kemana dan bagaimana ataupun teman-teman yang akan masuk dunia lapangan kerja, karier dan seterusnya. Catatan ini hanyalah pemahaman dan pengalaman yang telah saya jalani, bagaimana menghadapi situasi sulit seperti ini. Tentu bersifat subyektif dan hanya sebagian kecil memperbaiki langkah, tapi dilihat secara obyektif saja agar teman-teman mendapai nilai positifnya dan menambah gambaran, sehingga dapat membantu dan memahami apa yang harus dilakukan dalam perjalanan selanjutnya untuk mencapai tujuan teman-teman termasuk adik-adik yang sekolahnya sampai SMA mungkin bisa mengambil pelajarannya.
1. Idealis dan Realistis
Sejatinya kita berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Andaikan itu belum dapat diraih, kita tidak boleh kaku dengan keadaan, selagi menunggu harapan, lakukan yang ada didepan selama itu relevan, positif dan menambah pengalaman., itu bagian dari proses. Â Anda masih berharap mendapat pekerjaan yang sesuai ijazah belum didapatkan, sementara ada peluang yang bisa dilakukan anda tolak karena gengsi tidak sesuai pendidikan. Jangan gengsi dengan keadaan, lakukan. Kelak akan mendapat jawabannya.
2. Maksimalkan Potensi dan Passion Diri
Evaluasi diri kita apa kelebihan kita, perbaiki kekurangan kita, terus mengasah kemampuan dan keahlian diri, Analisis SWOT mungkin bisa dipakai untuk mengetahui kondisi kita. ijazah hanya bagian dari legalitas, sejatinya kita mampu menaklukan keadaan.
3. Orang Dalam dan Diri Sendiri,
Saat ini persaingan dunia kerja semakin ketat karena banyaknya saingan calon kerja dan terkadang kalah oleh koneksitas, realitas yang ada. Perlu difahami saat ini "orang dalam" mulai berpikir ulang membawa orang, dia hanya mau membawa orang yang benar-benar memiliki skill dan attitude yang baik, karena dia juga memiliki persaingan dan reputasi.
4. Mendapat Relasi dengan Prestasi
Kita punya saudara ataupun relasi yang telah bekerja dibidang apa saja bak lembaga ataupun swasta. Mereka seringkali punya akses dan informasi tentang lowongan kerja ataupun proyek yang sedang digarapnya baik pekerjaan temporary maupun jangka panjang. Pada saat membutuhkan tenaga baru tentu saja mereka punya akses dan refrensi siapa orang yang layak masuk. Dan kita punya peluang mendapat tawaran karena kita dianggap layak mendapatkannya, dan jika ikita mampu konsisten dengan prestasi kerja kita, niscaya dikemudian hari kita mendapat tawaran lagi, bahkan bisa jadi itu adalah pintu masuk kita pada pekerjaan yang lebih baik.
5. Orang Lain Melihat dan Menilai Kita. ( Perilaku, Sikap, kerjasama, Tanggungjawab, dll )
Banyak orang terlihat sibuk dan pura-pura sibuk ketika ada atasan, percayalah atasan kita sudah faham dan pengalaman. Dia tahu pekerjaan kita dan selesai kapan. Bekerjalah sesuai tanggungjawab, selesaikan segera, baik dikantor, tempat kerja, maupun dibawa ke rumah, ada atasan tidak ada atasan. Bos kita tahu dan menilai kinerja kita. Jaga sikap tutur kata kerjasama baik kebawah maupun keatas, singkirkan ego, low profile. Orang cenderung mengedepankan Good Attitude daripada High Skill without attitude. Ini tentang kepercayaan.
6. Terus Belajar, Menambah Wawasan dan Pemahaman
Terus belajar menambah pemahamn dan pengalaman baik bidang kerja maupun ilmu baru, mulai dari hal yang menarik. Terbuka pada semua informasi, mendengar senior junior siapapun, baca buku dst. Sekarang sumber informasi sumber belajar sudah tak terbatas. Hal-hal tersebut nanti akan menambah pemahaman dan sangat membantu dalam tugas pekerjaan kita, lebih efektif. (orang lain menyelesaikan 5 jam, kita dapat memangkas setengahnya). Dengan menambah berbagai pemahaman effeknya kita sering muncul ide-ide solutif dengan akurasi yang baik. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan dalam membangun kompetensi diri.
7. Selalu Banyak Jalan Menuju Roma
Peselancar ulung tidak lahir dari ombak tenang. Banyak jalan terjal berliku adalah proses mematangkan diri menuju harapan, buka semua peluang kesempatan bersama yang lain, kita belum tahu kesuksesan datang dari pintu yang mana.
8. Berdoa dan Berusaha
Mendekat pada Tuhan, perbanyak doa, orang tua utama, sedekah, ringan tangan berbagi, memberi lebih, mengaji, beribadah, sempatkan diri membaca Kitab suci meski dari HP sekalipun, dan seterusnya. Bukan buat orang lain tapi membuat jalan untuk diri kita agar selalu ada kemudahan. Tidak kaku pada hal-hal yang tidak substansi, dengan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil yang sejatinya positif bernilai buat kita, maka kitapun lebih tenang menjalani proses. Kita tidak tahu doa dari siapa yang dikabulkan Tuhan untuk kita.
9. Darma Bakti untuk Lingkungan
Bahwa kita berada dalam lingkungan masyarakat dengan budaya timurnya. Terutama didaerah-daerah jika ada warga yang berpendidikan sarjana, ada nilai tersendiri yang mereka harapkan dari apa yang kita miliki.Tantangan menghadapi lingkungan sosial masyarakat cukup dinamis sebagai bagian tanggungjawab kita sebagai warga masyarakat. Masyarakat memberi porsi khusus pada warga yang berpendidikan untuk tampil kedepan, berpartisipasi, baik sebagai ketua, partisipasi, pelopor, ataupun ide-ide solutif. Dan memang itu tanggungjawab kita sebagai warga masyarakat. Penilaian baik masyarakat terhadap kita tentu saja kan memberi dampak positif pula untuk kita.
Ini hanya bagian kecil saja yang bisa saya bagikan, pemahaman dan berdasarkan pengalaman yang telah saya alami, masih banyak hal yang bisa dilakukan. Tentu sesuai dengan kapasitas yang kita miliki, tidak serta merta mengambil standar yang tidak bisa kita jangkau. Mudah-mudahan bisa memberi nilai tambah bagi teman-teman muda pencerahan agar sikap langkah kita mampu membuka jalan untuk kita sendiri diiringi do'a orang tua dan kemudahan dari Tuhan, Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H