Mohon tunggu...
Ulfa Yulianingsih
Ulfa Yulianingsih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance

Menulis adalah sebuah seni kehidupan Akun kedua karena yang pertama terblokir proses Debut !!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Guru Memang Tidak Mudah

25 Februari 2023   09:48 Diperbarui: 25 Februari 2023   09:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Awal pertama kali ngajar memang tidak mudah apalagi freshgraduate, baru saja lulus beberapa bulan kemudian alhamdulillah diterima di sekolah untuk mengajar dengan sistem seleksi, usaha doa dan takdir semua adalah peluang yang harus di perjuangkan, setelah di terima ternyata bukan itu saja, baru dunia di mulai kehidupan sebenarnya, di mana menghadapi anak anak ketika PPL praktik pengalaman lapangan tidak semudah itu ketika mengajar, di tuntut harus bisa menguasai kelas dan memahami setiap karakter anak, karena setiap anak memang berbeda-beda karakternya tidak bisa di samakan mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda.

Sebulan mengajar terjadi masalah beberapa orang tua complain bahkan setiap masuk kelas atas anak anak semaunya sendiri, yah derita guru muda biasanya memang begitu, tak berani keras, belum berani galak (atau tegas), takut anak anak mengadu ke orang tua, eh dampaknya justru ketika guru tidak tegas dan belum paham menguasai kelas, anak anak semena mereka begitu polanya, jadi mau nggak mau kelas adalah sebuah kandang, guru adalah ketuanya, atau bisa di ibaratkan sebuah perahu guru adalah nahkodanya mau dibawa gimana, anak anak di bentuk akrakternya seperti apa itu tergantung gurunya.

Semakin hari semakin menjadi-jadi anak anak semakin tidak karuan, bahkan pernah kualami saat mengajar pramuka mereka berani saling memukul antar teman padahal ada gurunya, disitu aku ketakutan sendiri bingung gimana menghadapi anak anak tersebut, waktu itu jiwaku masih anak kuliah takut dan tidak berani, setelah berjalannya waktu akhirnya paham, bahwa guru orangtua, harus tegas dan melawan ketidak benaran, semakin anak di biarkan semakin menjadi jadi, kadang memang di perlukan sebuah ancaman, ketegasan untuk membantuk karakter anak, tegas dan disiplin membuat atauran di dalam kelas, itu adalah hal ampuh, selain itu tetap memberikan award bagi semua anak memberikan waktu untuk menonton film sebulan seklai di kelas, menyiapkan fasilitas tersebut dan liburan bersama, cerita sharing bersama memberikan kesempatan untuk saling mengungkapkan rasa perasaan dan pengalaman, dan tetap membatasi bahwa dia murid kita guru.

Benar adanya jangan terlalu di dunia ini, termasuk kedekatan dengan siswa jangan terllau dekat, karena lama lama kita tak di hargai, ketika terjadi masalahpun akan bubar dan susah untuk di perbaiki, benar adanya semua sesuai porsinya, di dunia ini tak baik yang serba terlalu, sewajarnya, secukupnya, sampai akhirnya kita paham dunia begitu sesimple itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun